Makna Idul Adha
Idul
Adha merupakan salah satu hari raya besar umat Muslim yang dirayakan setiap
tahunnya. Pada hari yang suci ini, umat Muslim di seluruh dunia melakukan
ibadah berkurban sebagai bentuk penghormatan dan pengabdian kepada Allah SWT.
Berkurban merupakan salah satu rukun Islam yang wajib dilaksanakan bagi yang
mampu.
Sejarah dan Asal Usul Ibadah Berkurban
Asal
usul penyembelihan pada Idul Adha berasal dari kisah Nabi Ibrahim AS dan
putranya, Nabi Ismail AS. Dalam kisah tersebut, Allah SWT memerintahkan Nabi Ibrahim
AS untuk menyembelih putranya, Nabi Ismail AS, sebagai bentuk pengorbanan dan
pengabdian kepada-Nya. Meskipun awalnya Nabi Ibrahim AS merasa sedih dan berat
hati, ia tetap menaati perintah Allah SWT dan bersedia untuk mengorbankan
putranya.
Namun,
ketika Nabi Ibrahim AS bersiap untuk menyembelih putranya, Allah SWT
mengirimkan seekor domba yang dijadikan sebagai ganti untuk disembelih. Hal ini
menunjukkan bahwa Allah SWT tidak menghendaki pengorbanan manusia sebagai
bentuk ibadah, melainkan kesediaan untuk berkorban dan mengabdikan diri
kepada-Nya.
Sejak
saat itu, umat Muslim di seluruh dunia melakukan ibadah berkurban pada hari
raya Idul Adha sebagai bentuk penghormatan dan pengabdian kepada Allah SWT.
Dalam ibadah ini, umat Muslim menyembelih hewan kurban sebagai simbol kesediaan
untuk berkorban dan mengabdikan diri kepada Allah SWT. Daging kurban kemudian
dibagikan kepada orang-orang yang membutuhkan.
Makna Ibadah Berkurban Idul Adha
Ibadah
berkurban memiliki makna yang sangat dalam bagi umat Muslim. Selain sebagai
bentuk penghormatan dan pengabdian kepada Allah SWT, berkurban juga merupakan
simbol kesediaan untuk berkorban demi kepentingan umat manusia. Berkurban juga
mengajarkan kita untuk berbagi dengan sesama, terutama dengan orang-orang yang
membutuhkan.
Pelaksanaan Ibadah Berkurban
Pelaksanaan
ibadah berkurban dimulai dengan memilih hewan kurban yang sesuai dengan
syarat-syarat yang telah ditetapkan, seperti umur, jenis kelamin, dan
sebagainya. Setelah itu, hewan kurban disembelih dengan cara yang benar dan
sesuai dengan syariat Islam. Daging kurban kemudian dibagikan kepada sesama,
termasuk kepada orang-orang yang membutuhkan.
Hikmah Ibadah Berkurban
Ibadah
berkurban memiliki banyak hikmah yang dapat diambil. Selain sebagai bentuk
ketaatan kepada Allah SWT, berkurban juga mengajarkan kita untuk mengorbankan
sesuatu yang kita cintai demi kepentingan umat manusia. Berkurban juga
mengajarkan kita untuk berbagi dengan sesama dan membantu orang-orang yang
membutuhkan. Dengan berkurban, kita juga dapat merasakan kebahagiaan dan
keberkahan yang diberikan oleh Allah SWT.
Ibadah
berkurban merupakan salah satu ibadah yang sangat penting dalam agama Islam.
Selain sebagai bentuk ketaatan kepada Allah SWT, berkurban juga mengajarkan
kita untuk berkorban demi kepentingan umat manusia. Dengan berkurban, kita juga
dapat merasakan kebahagiaan dan keberkahan yang diberikan oleh Allah SWT. Oleh
karena itu, mari kita laksanakan ibadah berkurban dengan penuh kesadaran dan
keikhlasan hati.
Sejarah Kurban dan Makna Idul Adha
Idul
Adha merupakan salah satu hari raya umat Islam yang ditunggu-tunggu
kehadirannya. Sama seperti momen penting lainnya, Idul Adha juga memiliki latar
belakangnya sendiri. Inilah sejarah kurban yang dipaparkan secara singkat.
Sejarah
kurban berawal dari kisah Nabi Ibrahim a.s. dan putranya, yaitu Nabi Ismail
a.s. di mana sang ayah akan menyembelih anaknya. Kisah pengorbanan dan ketaatan
tersebut menjadi titik awal sunah muakad menyembelih kurban di Idul Adha yang
juga dicontohkan oleh Rasulullah saw.
Itulah
cerita singkat Nabi Ibrahim dan Ismail tentang kurban yang banyak diketahui
oleh muslim seluruh dunia. Namun, masih ada cerita lain yang melengkapi asal
mula muslim berkurban.
Sejarah Kurban dan Kisah Nabi Ibrahim
Dahulu
diceritakan bahwa Nabi Ibrahim as. belum memiliki buah hati hingga masa tuanya
tiba. Lantaran ingin sekali menimang anak, beliau lantas berdoa kepada Allah
Ta’ala agar diberikan keturunan.
Allah
Swt. kemudian mengabulkan doa Nabi Ibrahim as. dan lahirlah Nabi Ismail as.
dari istrinya yang bernama Hajar.
Sang
ayah kemudian membawa istri dan anaknya yang masih bayi ke Makkah. Saat itu,
tak ada seorang pun yang menghuni kota tersebut. Hingga kebutuhan pokok sulit
didapatkan. Bahkan, air pun tidak tersedia.
Nabi
Ibrahim as. kemudian meninggalkan anak istrinya di Makkah dengan meninggalkan
bekal berupa kurma dan bejana kulit berisi air. Setelah itu, beliau pergi
dengan tidak mengatakan apa pun kepada sang istri.
Sang
istri yang penasaran kemudian bertanya hendak ke mana suaminya tersebut pergi.
Siti Hajar yang mulanya cemas, akhirnya lega karena Allah Swt. yang menyuruh
Ibrahim as. untuk pergi. Hajar kemudian menyusui Ismail dan meminum air yang
telah ditinggalkan oleh suaminya.
Namun,
lama berselang persediaan air yang dimiliki Hajar pun habis. Rasa haus yang
dirasakan baik oleh Hajar dan Ismail membuatnya menangis dan merengek. Karena
tidak tega, Siti Hajar beranjak dari Makkah dan berjalan hingga ia menemukan
sebuah bukit bernama Shafa.
Setelah
melihat-lihat sekeliling dan tidak ada satu orang pun, ia kemudian turun
kembali dan sampailah di lembah kemudian melanjutkan langkah ke bukit Marwah.
Akan tetapi, di sana pun tidak ada orang sama sekali yang dapat ia mintai
pertolongan.
Berlari di Bukit Shafa dan Marwah
Dalam
sejarah kurban diceritakan bahwa Hajar kemudian berlari-lari menuju ke bukit
Shafa dan Marwah bolak-balik sebanyak tujuh kali hingga ia mendengar suara.
Usai mencari sumber suara tersebut, Siti Hajar menyadari asal suara tersebut
adalah dari malaikat yang berada di dekat sumber mata air Zamzam.
Malaikat
yang mengais permukaan tanah hingga memancarlah air dari sana. Hajar kemudian
mengambil air dengan kedua tangannya, mengambilnya lagi, dan air semakin
bertambah deras. “Zam-zam,” ujar Hajar yang berarti kumpul. Hajar pun bisa
minum dan menyusui anaknya kembali.
Demikianlah
Hajar hidup bersama Ismail, hingga suatu ketika rombongan dari kalangan Bani
Jurhum melalui jalan tempat mereka berada. Nabi Ismail as. pun tumbuh dewasa di
tengah permukiman Bani Jumhur. Sampai pada akhirnya, tiba hari di mana Ibrahim
as. datang menemuinya.
Ketika
itu, Ibrahim merasa resah karena ia telah bermimpi untuk menyembelih anak yang
selama ini ia nantikan kehadirannya. Terlebih itu bukanlah sekadar mimpi,
melainkan perintah dari Allah Swt.
Namun,
Ismail yang penyabar justru menenangkan ayahnya. Ia ikhlas dan tawakal atas
segala ketentuan Rabb-nya. Kejadian ini tertuang dalam Alquran surah
Ash-Shaffat ayat 102.
Kesabaran
dan ketaatan Ismail pun diabadikan di dalam Alquran surat Maryam ayat 54.
“Dan
ceritakanlah (hai Muhammad kepada mereka) kisah Ismail (yang tersebut) di dalam
Alquran. Sesungguhnya ia adalah seorang yang benar janjinya, dan dia adalah
seorang rasul dan nabi.”
Allah
Swt. juga berfirman dalam Alquran, yang berbunyi :
“Hai
Ibrahim, sesungguhnya kamu telah membenarkan mimpi itu sesungguhnya demikianlah
Kami memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik. Sesungguhnya ini
benar-benar suatu ujian yang nyata. Dan Kami tebus anak itu dengan seekor sembelihan
yang besar.” (QS Ash-Shafaat: 104:107)
Nabi
Ibrahim as. diuji Allah Ta’ala dengan perintah untuk menyembelih sang putra
tercinta. Ayah dan anak tersebut pun sangat teguh, taat, dan sabar. Allah
kemudian menggantikan Nabi Ismail as. dengan domba jantan yang berasal dari
surga.
Itulah
sejarah ibadah kurban yang berawal dari kisah Nabi Ibrahim dan Ismail a.s. Dari
sinilah, kemudian berkurban menjadi ibadah sunah bagi umat Islam.
Memaknai Idul Adha
Setelah
mengetahui bagaimana sejarah kurban, kira-kira apakah Anda tahu makna di balik
itu semua? Sebenarnya, ada banyak pelajaran penting yang bisa diambil.
Pertama
adalah memberikan pengorbanan. Seperti sejarah kurban yang telah dijelaskan
sebelumnya, Nabi Ibrahim a.s. rela mengorbankan anaknya atas perintah Allah.
Idul Adha mengajarkan umat Islam untuk bisa berkorban atas semua hal yang
dilakukannya.
Selain
itu, hari raya ini juga mengajarkan keikhlasan atas cobaan. Dengan begitu,
seberat apa pun ujian yang diberikan Allah, Anda bisa mendapatkan hikmahnya.
Dari
latar belakang terjadinya ibadah kurban yang dikisahkan dari cerita Nabi
Ibrahim dan Ismail as., umat Islam diajarkan untuk selalu mendekatkan diri
kepada Allah Swt.
Pada
hari raya Idul Adha, biasanya terdapat tradisi mengunjungi kerabat atau
saudara. Tak hanya itu, interaksi dengan tetangga juga termasuk yang harus
dijaga. Tradisi yang juga termasuk dalam muamalah ini menekankan bahwa Anda
wajib menjaga tali silaturahmi dan tidak memutus persaudaraan.
Dari
kisah sejarah kurban dan melaksanakan ibadahnya, Anda kemudian disadarkan bahwa
segala sesuatu yang terjadi di alam semesta ini adalah milik Allah Swt. Harta
benda yang dimiliki manusia tidaklah abadi lantaran semuanya hanyalah titipan.
Setelah
mengetahui betapa baik makna dari Idul Adha. tentu kita akan lebih bisa makin
menguatkan diri untuk dapat menjalankan kurban dan bersedekah kepada mereka
yang membutuhkan.
Makna Berkurban saat Idul Adha
Meski
masih beberapa hari lagi, suasana Idul Adha sudah mulai terasa. Hal ini bisa
terlihat seperti di pelataran masjid-masjid atau beberapa sudut jalan yang
sudah mulai terpasang atribut (pedagang) yang menjual hewan kurban seperti
kambing dan sapi. Hampir setiap hari ada saja pengunjung yang membelinya,
lucunya anak-anak kecil seringkali berkumpul ke pelataran guna melihat hewan
kurban dari dekat.
Tak
sedikit hewan kurban yang memiliki badan gemuk, bahkan hingga yang kurus
sekalipun, sudah membuat kita gemas melihatnya, terlebih saat mengeluarkan
bunyi ‘khas’ dari hewan tersebut. Hanya setahun sekali bisa kita rasakan
momentum tersebut, dan teryata dibalik semua kegiatan Idul Adha ini tersimpan
makna-makna menarik.
Salah
satu sifat yang bisa diambil dari kegiatan Idul Adha adalah berbagi, hal ini
bisa kamu terapkan secara langsung ke orang sekitar, seperti misal: membagikan
daging kurban ke warga yang tidak mampu. Selain itu kita juga dapat belajar
untuk lebih peka terhadap lingkungan (memperhatikan orang lain yang ekonominya
kurang), serta menjauhi dari sifat kikir (pelit). Karena itu kurban tidak cukup
dilakukan sekali seumur hidup atau dalam artian setiap tanggal 10 Dzulhijjah,
maka kita wajib melaksanakan idul qurban ini.
Memupuk Rasa Empati
Ini
adalah salah satu manfaat berkurban yang mungkin bisa sebagai pengingat untuk
siapapun yang menunaikan ibadah idul qurban, berqurban menjadi amalan yang
dapat meningkatkan kepedulian kita terhadap sesama, apabila kita termasuk orang
yang cukup dalam harta, maka wajib bagi kita untuk menyisihkan sebagian harta
yang dimiliki untuk berkurban. Kemudian kurban tersebut dibagikan kepada
orang-orang yang lebih membutuhkan.
Meningkatkan Ketaqwaan
Berkurban
menjadi salah satu perintah yang jelas tertera di dalam kita suci Al-qur’an dan
dapat menjadi suatu amalan yang baik dan wajib dijalankan bagi umat muslim.
Oleh karena itu, ibadan berkurban bermaksud untuk mengajak para umat muslim
agar menjalankan perintah-Nya guna meningkatkan keimanan serta menghindarkan
diri kita dari nafsu dunia.
Rezeki Berlimpah
Menyedekahkan
rezeki kita untuk berkurban tentu akan jauh lebih bermanfaat dan bisa menjadi
contoh penting untuk umat muslim yang lainnya, terlebih untuk kaum golongan
atas (mampu) wajib hukumnya untuk melaksanakan ibadah ini. Namun, apakah kamu
tahu manfaat dari idul kurban ini? Nah salah satu manfaat yang akan kamu
rasakan kelak adalah lancarnya rezeki yang kamu miliki.
Dapat Pahala
Berkurban
menjadi salah satu aktivitas yang mengajakmu untuk mendapatkan imbalan berupa
pahala di dalamnya. Untuk itu, disaat hari raya idul adha tiba setiap tahunnya,
menjadi kesempatan untuk terus melatih diri kamu agar menjadi pribadi yang
lebih baik lagi dan taat agama. Jadi, tidak ada salahnya bukan jikalau kita
membeli hewan kurban untuk disumbangkan kepada orang yang tidak mampu, dan kita
sebagai penyumbang juga tentu akan mendapatkan pahala yang setimpal.
Qurban
Qurban adalah persembahan kepada Allah (seperti biri-biri, sapi, unta, yang disembelih pada hari Lebaran Haji) sebagai wujud ketaatan muslim kepada-Nya. Qurban adalah cara mendekatkan diri atau beribadah kepada Allah dengan menyembelih hewan tertentu pada hari raya Idul Adha ...
Sejarah qurban tak lepas dari peristiwa pengorbanan yang dilakukan oleh Nabi Ibrahim AS. Diceritakan, Nabi Ibrahim bermimpi bahwa Allah memerintahkan dia untuk mengorbankan putra satu-satunya, Ismail. Dalam pengabdiannya kepada Allah, Ibrahim setuju untuk mengikuti mimpinya dan melakukan pengorbanan dengan menyembelih Ismail.
Namun, saat hendak menyembelih, Allah turun tangan dan mengirimkan seekor domba jantan untuk dikorbankan menggantikan Ismail. Ismail selamat karena Ibrahim membuktikan bahwa dia akan mengorbankan putranya sebagai tindakan takwa, meskipun kehilangan akan didapatnya. Amalan qurban terus dilakukan sebagai pengingat ketaatan nabi Ibrahim kepada Allah.
Di lihat dari sejarah sejarah..seorang nabi mengorbankan anaknya atas perintah Alloh..
Apa legenda ini benar terus berubah menjadi kambing..
Pertanyaan adalah apa bener Tuhan membutuhkan pengorbanan seseorang.. Berhubungan dengan dara hewan,
Tujuannya jelas dari sebagai pengorbanan pembuktian. Sebagai bukti keihklasan mengorbankan anaknya.. Sesembahan
Sedangkan dalam bab daging qurban di bagikan itu yang terjadi di abad sekarang.. Fiqih.. Berbagi
Namun nilai dari sakralnya adalah semua berhubungan dengan sesembahan pengorbanan.. Dan darah.. Apakah berani berkata jujur.. Itu nyatanya..
Sama seperti keyakinan lain di jaman dulu.. Ada pengorbanan baik manusia atau hewan dll..
Yang jadi pertanyaan apa Tuhan meminta tumbal korban.. Dara hewan sedangkan itu ciptaannya..
Garis bawahi. Korban sebagai membagikan ke orang yang tidak mampu itu tidak salah.. (berbagi)
Tapi jika dilihat dari jalur legenda tidak ada bab bahwa qurban itu niat shodaqoh..lebih kearah sesembahan mengobarkan..