Artificial Intelligence
Kecerdasan buatan atau bahasa canggihnya Artificial Intelligence (AI) kini sudah diterapkan di kehidupan sekarang, sadar atau tidak.
Contoh sederhana, Google Lens. Google Lens merupakan teknologi pengenalan gambar yang dikembangkan oleh Google, yang dirancang untuk memunculkan informasi yang relevan terkait objek yang diidentifikasi menggunakan analisis visual.
Seseorang bisa menggunakan Google Lens ini dengan mengambil gambar baru atau gambar yang sudah tersimpan di ponsel. Hanya tinggal memilih apps Google Lens untuk mengaktifkannya, gambar yang diambil atau sudah ada tadi langsung diteliti oleh Google Lens. Seperti merek atau nama sebuah barang.
Google Lens itu salah satu bentuk kecerdasan buatan yang menurut CEO Google Sundar Pichai cukup memberikan orang kemudahan.
Mengenal lebih jauh soal AI, CNBC Indonesia berkesempatan berbincang dengan Nazim Machresa. Nazim saat ini merupakan AI Services and Business Development dari Renom Infrastruktur Indonesia (GRID Inc.) yang merupakan perusahaan pengembangan AI yang bermarkas di Jepang.
Simak petikan wawancara dengan Nazim yang juga Wasekjen Inovator 4.0 di Jakarta, beberapa waktu lalu :
Apakah kecerdasan buatan atau AI itu ?
Banyak penafsiran harfiah dari terminologi Artificial Intelligence. CNBC Indonesia sendiri pernah memuat artikel yang menafsirkan AI sebagai simulasi kecerdasan manusia dalam mesin yang diprogram untuk berpikir seperti manusia dan meniru tindakannya.
Kalau dielaborasikan lagi, pemrograman untuk membuat simulasi kecerdasan manusia tersebut merupakan bagian dari computer science (ilmu komputer). Jadi bisa dibilang AI adalah science untuk membuat komputer dapat meniru cara berpikir dan bertindak seperti manusia.
Bagaimana perkembangan AI di dunia? Bisa jelaskan secara singkat dan seperti apa AI di Indonesia ?
Key drivers perkembangan AI adalah big data dan computing power.
Seperti yang diketahui bahwa untuk dapat 'mengajari' komputer cara berpikir dan bertindak seperti manusia, diperlukan jumlah data yang luar biasa masif (Big Data). Terlebih saat ini komputer juga dapat diprogram untuk dapat mempelajari sendiri data yang diberikan atau disebut 'machine learning'. Dengan demikian semakin banyak data yang diberikan, secara otomatis semakin 'pintar' pula komputer tersebut.
Di era digital dan Internet of Things (IoT) seperti sekarang, di mana semua data dapat terdigitalisasi dan ter-capture dari manapun -bahkan secara real time- tentunya menjadikan AI berkembang sangat pesat diseluruh dunia.
Termasuk di Indonesia, di mana setidaknya setengah dari penduduk Indonesia sudah dapat mengakses internet. Namun tentunya di negara-negara maju yang internet access coverage-nya hampir 100%, perkembangan AI dapat lebih pesat karena semakin banyak (dan biasanya semakin rapi juga) data yang dapat di utilize untuk mengembangkan AI.
Perlu dipahami juga bahwa untuk dapat memproses jumlah data yang luar biasa masif tersebut diperlukan kapasitas komputer atau computing power yang mumpuni. Itulah kenapa AI semakin berkembang pesat disaat perkembangan teknologi menjadikan computing power ini semakin terjangkau. Ditambah lagi dengan berkembangnya teknologi komputasi awan (cloud computing). Computing power untuk mengolah big data dan membuat AI tidak lagi menjadi hal yang mahal.
Ketika hal-hal yang dibutuhkan untuk membuat AI tersebut semakin banyak tersedia dan terjangkau, maka bukan hanya negara maju atau perusahaan besar saja yang berpartisipasi. Di Indonesia sendiri mulai banyak starts up yang menggunakan AI untuk menunjang kegiatan bisnisnya atau bahkan menjadikan AI tersebut sebagai bisnis.
Contoh dari AI itu apa saja ?
Karena AI belajar dari data, maka saya buat contohnya berdasarkan data yang digunakan untuk mengembangkan AI tersebut. Paling mudah mengkategorikan data menjadi 2 : data yang berupa gambar (visual) dan data non-gambar (teks bahasa atau angka).
Contoh AI yang dapat dibuat dengan data visual misalnya AI untuk menganalisa dan mendeteksi objek dari gambar atau video. Anggap saja ini mengartifisialkan bagaimana mata manusia melihat dan mengenali objek.
Sedangkan contoh AI yang dapat dibuat dengan data non gambar, misalnya AI untuk membalas percakapan (mengartifisialkan manusia berbicara atau mengirim pesan) yang kita kenal sebagai chat/voice/speech bot, dan AI untuk membuat prediksi (mengartifisialkan cara manusia berpikir tentang suatu keadaan dimasa depan dengan menganalisa kondisi dari kurun waktu sebelumnya hingga saat ini).
Adakah aplikasi di ponsel yang telah menggunakan AI atau aplikasi AI itu sendiri ?
AI diaplikasikan untuk menunjang aktivitas manusia termasuk aktivitas yang dilakukan di ponsel, umumnya dikenal berupa fitur. Dapat berupa fitur khusus yang ada di ponsel maupun berupa fitur dalam aplikasi lain.
Fitur personal assistant pada I-Phone (Siri) misalnya, menggunakan AI berupa NLP agar dapat memahami bahasa yang diucapkan oleh manusia sehingga dapat mendukung aktivitas penggunanya dalam mengoperasikan ponsel.
Lalu yang menjadi fitur pada aplikasi lain misalnya fitur rekomendasi produk pada aplikasi e-commerce. Rekomendasi yang diberikan dihasilkan dari data perilaku kita selama menggunakan aplikasi tersebut, dipelajari oleh sistem dan diolah menjadi rekomendasi.
Banyak yang menuliskan, AI bisa bikin pengangguran bertambah. Apa anda setuju ? Seperti apa tanggapan Anda ?
AI dikembangkan untuk menunjang pekerjaan manusia. Kalau dibilang dapat menggantikan sebagian pekerjaan yang saat ini masih dikerjakan oleh manusia, tentu benar. Justru dengan demikian sumber daya yang dimiliki dapat dialokasikan untuk pekerjaan-pekerjaan yang lebih bernilai dibanding sekedar pekerjaan yang repetitif dan klerikal.
Misalnya, jika pengaduan masalah yang sederhana pada customer service dapat ditangani oleh sistem secara otomatis, maka staff customer service yang tersedia dapat lebih cepat dan lebih fokus menangani pengaduan pada masalah yang lebih kompleks.
Selain itu, AI bukan hanya diimplementasikan untuk mengotomasi proses tertentu, teknologi ini membuat banyak sekali peluang dapat dieksplorasi yang tentunya juga menciptakan pekerjaan-pekerjaan baru yang mungkin saat ini pun belum terpikirkan oleh kita. Misalnya, dulu belum ada atau tidak umum dikenal profesi seperti data scientist, business intelligence, scrum master, dan lain-lain yang baru muncul ketika perkembangan teknologi menciptakan peluang baru.
Mau belajar AI harus bagaimana, apa step-stepnya ?
Kalau tertarik dengan AI secara teknikal atau ingin menjadi AI engineer bisa dimulai dari mempelajari data science. Sekarang banyak tersedia online course yang interaktif untuk mempelajari data science dari basic, bahkan banyak yang gratis. Setelah cukup memahami ilmu dan prakteknya, mulai ciptakan portofolio dengan bereksperimen pada suatu data set lalu posting hasilnya di open source platform yang memungkinkan hasil kerja kalian ditanggapi oleh komunitas data science seperti GitHub, atau mengikuti kompetisi pada Kaggle.
Kalau sudah ada portfolio akan lebih mudah mendapatkan kesempatan untuk terjun langsung ke perusahaan, misalnya memulai magang sebagai data science. Then, welcome to the jungle
Adakah kendala dalam penerapan AI di Indonesia ?
Kendala yang utama kembali pada key drivernya: data. Di Indonesia, masih banyak kita lihat proses bisnis yang dilakukan secara manual di luar sistem sehingga perlu effort lagi untuk memindahkannya menjadi data digital yang dapat diutilisasi menjadi AI. Data culture juga belum menjadi budaya yang umum, jadi masih banyak PR untuk pengelolaan Big Data di Indonesia.
Selain itu, mindset inovasi juga berpengaruh. Jika banyak yang berpikir bahwa tenaga kerja di Indonesia terbilang murah sehingga untuk apa berinvestasi pada teknologi yang (dikira hanya dapat) mengotomasi pekerjaan manusia, maka tentunya akan berpengaruh pada gairah inovasi AI.
Bisa dijelaskan secara singkat, AI apa yang menurut anda paling maju saat ini dan apakah mampu diterapkan di Indonesia ?
Kalau harus memilih maka menurut saya adalah AI yang dapat menciptakan strategi bahkan mengalahkan strategi yang dibuat manusia. Contoh yang terkenal seperti IBM Deep Blue yang mengalahkan pecatur dunia, juga ada Google Deep Mind untuk permainan Go-nya, bahkan sudah ada AI yang menyaingi kreatifitas manusia dalam hal seni dengan menciptakan lukisan. Padahal sebelumnya saya pikir pekerjaan ter-'aman' dari pesatnya teknologi adalah seniman
Apakah AI tersebut mampu diterapkan di Indonesia, kenapa tidak ?
Peranan Kecerdasan Buatan (Artificial Intelligence) dalam Pendidikan
Teknologi (Artificial Intelligence) AI atau kecerdasan buatan mengalami perkembangan yang masif dari tahun ke tahun. Kehadirannya dengan fitur, fungsi, dan tampilan yang baru semakin berdampak pada banyak aspek kehidupan manusia tidak terkecuali dalam pendidikan (Luger dan Stubblefield, 1993). Kecerdasan buatan mulai mengambil peran dalam kegiatan pembelajaran di sekolah maupun perguruan tinggi (Mulianingsih, dkk. 2020). kecerdasan buatan menjadi bagian primer dalam tumbuh kembang teknologi pendidikan. Hal ini tentu memberikan implikasi secara eksplisit terhadap kehidupan kerja manusia di masa depan.
Bila kita berbicara teknologi pendidikan, kita harus fair mengatakan bahwa belum sepenuhnya teknologi ini digunakan dalam pembelajaran. di era sekarang yang semakin kompetitif, masih terdapat lembaga pendidikan yang belum menerapkan teknologi dalam kegiatan belajar mengajar. Seyogyanya, sekolah di era sekarang harus memanfaatkan lahirnya teknologi-teknologi yang memudahkan pekerjaan guru ataupun siswa (Tjahyanti, dkk. 2022). sekolah bisa memanfaatkan aplikasi atau media yang dapat mengotomatiskan tugas-tugas seperti memberikan umpan balik, memilih materi pembelajaran yang sesuai, maupun menyelaraskan kurikulum dengan kebutuhan siswa.
Pengertian Kecerdasan Buatan.
Teknologi kecerdasan buatan (Artificial Intellegence) AI terus dikembangkan oleh para ahli sehinggan dapat berkembang pesat.H. A. Simon mengklaim bahwa kecerdasan buatan (AI) adalah bidang yang memungkinkan komputer melakukan tugas-tugas yang lebih unggul dari manusia. Knight dan Rich setuju dengan Simon bahwa kecerdasan buatan (AI) adalah cabang ilmu komputer yang memandang upaya membangun komputer sebagai sesuatu yang dapat dilakukan manusia, bahkan lebih baik dari itu.
Diciptakannya kecerdasan buatan (Artificial Intellegence) bertujuan antara lain :
1. Diperkirakan AI akan digunakan untuk membuat perangkat lunak atau robot yang dapat membantu manusia dalam rutinitas sehari-hari.
2. Diperkirakan kehadiran AI akan membuat mesin lebih pintar dari sebelumnya.
3. Diharapkan dapat benar-benar membantu manusia dalam memecahkan masalah yang kompleks, seperti melalui pengembangan kalkulator pintar berhitung cepat.
Manusia dapat merasakan berbagai manfaat yang juga dimiliki kecerdasan buatan, seperti :
1. AI tidak memihak, terlepas dari penggunanya. Tanpa memperhitungkan faktor apapun, penilaian yang telah dibuat adalah benar.
2. AI tidak dapat diubah dan tidak dapat diubah. Ini dapat digunakan berulang kali. Kerugian mengadopsi AI termasuk fakta bahwa meskipun akan bekerja tanpa lelah dan terus menerus, sistem tidak akan dapat menyerap masukan yang menyimpang dari apa yang telah diprogram.
Pembelajaran Mandiri.
Setiap orang tua perlu melakukan screening terhadap minat dan bakat yang dimiliki setiap anak. kita tahu, bahwa setiap anak memiliki keistimewaan. jika keterampilan kerja yang diinginkan oleh orang tua diajarkan pada usia muda, anak-anak dapat terus mengembangkannya selama masa belajar mereka di sekolah. salah satu keterampilan yang dapat diajarkan sejak dini adalah kontrol dan pemantauan terhadap pembelajaran mereka sendiri. hal ini juga dikenal dengan istilah pembelajaran mandiri (Zimmerman, 1990). sebuah sistem yang memungkinkan pelajar untuk proaktif mengubah kemampuan mental menjadi keterampilan akademik melalui pemikiran, perasaan, dan perbuatan yang membantu mereka mencapai tujuan.
Pelajar atau siswa yang dapat mengatur sendiri pembelajaran mereka dengan cara ini. rumah dan sekolah melalui orangtua dan guru memfasilitasi dengan baik untuk menavigasi laju kehidupan yang lebih cepat di era kecerdasan buatan. siswa dapat memahami dan mengelola keterbatasan mereka selama belajar. kenyataan yang terjadi di lapangan dapat dikatakan berbeda. meskipun keterampilan belajar mandiri menghasilkan manfaat akademis (Zimmerman, 1990), masih banyak anak-anak yang tidak diberi kesempatan yang cukup di sekolah untuk mengeksplorasi dan mempraktekkan keterampilan ini dengan dukungan guru mereka. ketika anak-anak menggunakan aplikasi pembelajaran digital informal, misal aplikasi Youtube, Instagram atau Tiktok, mereka mungkin memiliki terlalu banyak kebebasan, yang mengakibatkan pembelajaran yang tidak produktif. dapat dikatakan, sekolah masih memihak pada teknologi pendidikan yang formal seperti e-book maupun video animasi.
Kita kembali dihadapkan dengan pertanyaan apakah anak-anak kita mampu mengendalikan dan menavigasi diri dengan kecerdasan buatan. dengan memilih kecerdasan buatan, tentu memberikan porsi besar atas kendali di pembelajaran. anak-anak akan terbiasa dengan hal-hal otomatis sehingga menekan peluang bagi mereka untuk mengembangkan keterampilan belajar secara mandiri. maka, penting bagi orangtua dan guru dalam membekali, mengawasi, dan mengevaluasi anak-anak dalam rangka menata sistem belajar dan menggunakan teknologi pendidikan secara bijak dan efektif.
Penghubung Antara Siswa dan Guru.
Terjadi bias pada saat anak-anak mengembangkan keterampilan belajar mandiri dan ketika anak-anak memanfaatkan teknologi pendidikan. Pembelajaran mandiri berpusat pada kebebasan di siswa dalam menggali dan mengolah informasi. Adapun pembelajaran yang memanfaatkan alat digital, menimbulkan pertanyaan, “Siapakah penanggung jawabnya?” “Apakah itu pelajar, guru, atau alat digital itu sendiri?”. Alat pendidikan digital mengumpulkan banyak data tentang pembelajaran, dan kecerdasan buatan (Artificial Intelligence) dapat menggunakan informasi ini untuk mendapatkan pemahaman yang lebih dalam tentang proses pembelajaran.
Lalu, apakah data dan algoritma kecerdasan buatan (Artificial Intelligence) dapat digunakan untuk memberdayakan siswa dan guru? Tentu untuk mencapai hal ini, siswa dan guru membutuhkan keterampilan yang lebih kuat untuk memanfaatkan dukungan kecerdasan buatan (Artificial Intelligence) secara maksimal.
Pertama, siswa dan guru harus mampu beradaptasi dengan situasi dan tugas baru, karena perubahan sosial semakin sering terjadi di era kecerdasan buatan (Artificial Intelligence). Semakin banyak alat digital akan dibawa ke ruang kelas, dan guru serta siswa perlu berkolaborasi saat mereka mencari cara untuk menggunakannya secara efektif.
Kedua, pelajar dan guru perlu berkolaborasi secara produktif dan mahir dengan manusia dan kecerdasan buatan (Artificial Intelligence). Saat siswa bekerja dengan teknologi dalam kelompok, interaksi sosial yang positif dan keterampilan pengaturan seperti perencanaan dan pemantauan adalah kunci pembelajaran (Isohätälä, 2020).
Ketiga, menurut Zulkifli (2006) siswa membutuhkan dukungan sosio-emosional untuk mengatasi masalah yang menantang. disini muncul peran penting orang tua dan keluarga dalam memberikan dukungan itu untuk membantu siswa memahami dan mengelola keadaan emosi dan motivasi mereka sendiri. Tidak kalah penting, siswa perlu membuat adaptasi skala kecil dalam rangka mewujudkan progres yang nyata (Sobocinski, dkk. 2022). Misalnya, mereka dapat mengambil inisiatif, menetapkan tujuan, dan memantau diri sendiri saat bekerja dengan orang lain dan dengan kecerdasan buatan (Artificial Intelligence). Semua keterampilan dan kompetensi ini sangat penting untuk memberikan kebebasan kepada siswa dan guru.
Penerapan AI dalam Kegiatan Pembelajaran.
Terdapat dua pendekatan yang dapat diterapkan untuk menerapkan kecerdasan buatan (AI) di lingkungan pendidikan. Pertama, pengalihan tugas guru ke sistem AI, yang bertindak sebagai tutor untuk setiap siswa. Adanya teknologi pintar yang menyesuaikan konten untuk setiap pembelajar sudah digunakan secara luas di banyak ruang kelas, dalam bentuk sistem tutor cerdas (Moleenar, 2021). Peran alternatif AI adalah untuk menambah kecerdasan manusia dan membantu manusia dalam melakukan kegiatan pembelajaran yang efektif dan efisien.
Terdapat beragam hal yang dapat dilakukan untuk menerapkan AI dalam kegaiatan pembelajaran. Semakin berkembangnya zaman, menuntut segala bidang termasuk pendidikan untuk beradaptasi maupun berkolaborasi untuk memecahkan masalah.
Mentor Virtual.
Internet sekarang yang universal diciptakan sebagai sarana untuk menyebarkan informasi, pengetahuan, dan pemikiran tentang berbagai topik. Salah satu program yang berjalan bersama The Lab System, yang beroperasi lebih sebagai lingkungan multimedia dengan eLearning terintegrasi, adalah Virtual Mentor. Menurut makalah Jurnal Sistem Informasi Komputer, fitur mentor virtual lebih berguna daripada instruksi kelas biasa (Zhang, 2004).
Jika Learning by Asking (LBA), juga dikenal sebagai pembelajaran interaksi, tidak digunakan, pembelajaran interaksi tidak akan terjadi. Akan ada dua komponen utama saat menggunakan LBA ini (Video Streaming Server dan Web Server). Pengolahan video asli oleh kedua komponen ini akan menghasilkan generasi pertanyaan yang nantinya akan menjadi salah satu data pertanyaan yang selanjutnya dapat dipanggil kembali dan dikembangkan tergantung pada intensitas pertanyaan yang muncul dan perubahan video yang diproses. Ketersediaan mentor virtual seperti LBA membuat kontak menjadi lebih efisien dari sudut pandang manajerial dan keuangan.
Voice Assistant.
Pengguna dapat belajar tanpa harus membaca berkat fitur asisten suara atau voice assistant, pengganti suara. Membaca informasi yang mengaktifkan asisten suara akan berbeda dengan proses kognisi manusia seperti penyerapan informasi dari suara. Voice Assistant dijelaskan dalam satu contoh sebagai alat untuk memahami sudut pandang guru. Esai ini membahas bagaimana guru melihat integrasi teknologi asisten suara di kelas, yang akan memberikan wawasan tentang pengaturan ruang kelas di masa depan (Jean-Charles, 2018). Voice Assistant saat ini sedang dikembangkan untuk digunakan di berbagai perangkat teknologi. Dalam ruang kelas, fitur ini mempercepat pencarian siswa terhadap materi-materi tambahan. Adanya voice assistant juga membuat memungkinkan siswa mendapatkan informasi yang transparan dan akurat.
Smart Content.
Sebuah aplikasi bernama Smart Content menawarkan data seperti laporan cuaca, berita terbaru, alarm, dan laporan perdagangan pasar saham. Fungsi ini menyediakan bahan bacaan terbaru dari buku-buku yang baru dirilis serta pencari informasi sesuai dengan kebutuhan pembelajaran yang tercakup dalam bidang pendidikan. Kemampuan ini tersedia dalam aplikasi seperti Cram101, yang membagi buku teks digital menjadi beberapa bab. Hal ini akan memudahkan pembaca—dalam hal ini siswa yakni untuk menggali informasi yang mereka cari.
Presentation Translator.
Presentation Translator atau penterjemah presentasi memiliki kegunaan untuk menjelaskan atau mempresentasikan sebuah teks dari bahasa yang berbeda ke dalam bahasa yang diinginkan. Pengguna hanya perlu mendengarkan berbagai macam teks pidato, artikel, ataupun buku digital tanpa perlu membaca dan menerjemahkan satu persatu. Teknologi ini memungkinan pengguna mendengarkan ucapan atau kalimat bahasa asing ke dalam bahasa ibu mereka.
Kesimpulan.
Kehadiran teknologi AI merupakan sebuah terobosan di bidang teknologi pendidikan untuk memudahkan pembelajaran. Penggunaan teknologi dengan bijak dan terkendali dapat memicu akselerasi pendidikan. Kemunculan teknologi kecerdasan buatan (Artificial Intellegence) juga dapat menanamkan sifat mandiri dalam diri pelajar. Guru tidak dibebani peran yang begitu dominan, namun, tugasnya menjadi spesifik dalam lingkup memberikan pencerahan dengan kata kunci yang substansial. Pangkal dari setiap pemanfaatan teknologi bagi guru adalah tetap mengedepankan esensi dari mengajar yaitu menata moral dan perilaku dari pelajar. Adapun bagi pelajar, adanya teknologi pendidikan dapat membantu mereka dalam mengontrol dan memantau pembelajaran mereka sendiri, memungkinkan mereka untuk hidup dan bekerja dengan baik di masa depan.
Referensi :
Bandura, A. (1997). Self-Efficacy: The Exercise Of Control. New York, Ny: W. H. Freeman And Company.
Boekaerts, M., Pintrich, P. R., And Zeidner, M. (2000). Handbook Of Self-Regulation. San Diego, Ca: Academic Press.
Isohätälä, J., Näykki, P., & Järvelä, S. (2020). Convergences Of Joint, Positive Interactions And Regulation In Collaborative Learning. Small Group Research, 51(2), 229-264.
Järvenoja, H., Malmberg, J., Törmänen, T., Mänty, K., Haataja, E., Ahola, S., & Järvelä, S. (2020, July). A Collaborative Learning Design For Promoting And Analyzing Adaptive Motivation And Emotion Regulation In The Science Classroom. In Frontiers In Education (Vol. 5, P. 111). Frontiers Media Sa.
Luger, George F., Dan William A. Stubblefield.1993. Artificial Intelligence Structures And Strategies For Complexmproblem Soving 2nd Edition. California: The Benjamin/Cumming Publishing Company Inc.
Molenaar, I., Horvers, A., Dijkstra, R., & Baker, R. S. (2020, March). Personalized Visualizations To Promote Young Learners' Srl: The Learning Path App. In Proceedings Of The Tenth International Conference On Learning Analytics & Knowledge (Pp. 330-339).
Molenaar, I. (2021). Personalisation Of Learning: Towards Hybrid Human-Ai Learning Technologies. In OECD Digital Education Outlook 2021: Pushing The Frontiers With Artificial Intelligence, Blockchain And Robots. OECD Publishing, Paris.
Sobocinski, M., Malmberg, J., & Järvelä, S. (2022). Exploring Adaptation In Socially-Shared Regulation Of Learning Using Video And Heart Rate Data. Technology, Knowledge And Learning, 27(2), 385-404.
Tjahyanti, L. P. A. S., Saputra, P. S., & Santo Gitakarma, M. (2022). Peran Artificial Intelligence (Ai) Untuk Mendukung Pembelajaran Di Masa Pandemi Covid-19. Komteks, 1(1).
Van Leeuwen, A., Rummel, N., Holstein, K., Mclaren, B. M., Aleven, V., Molenaar, I., ... & Gal, K. (2018). Orchestration Tools For Teachers In The Context Of Individual And Collaborative Learning: What Information Do Teachers Need And What Do They Do With It?. International Society Of The Learning Sciences, Inc.[ISLS].
Zimmerman, B. J., And Schunk, D. H. (2011). Handbook Of Self-Regulation Of Learning And Performance. New York, Ny: Routledge.
Zulkifli. 2006. Psikologi Perkembangan. Bandung: P.T. Remaja Rosdakarya.