Tanggal 5 Desember ditetapkan sebagai hari jadi Badan Tenaga Nuklir Nasional (BATAN) karena pada tanggal tersebut dibentuk Dewan Tenaga Atom (LTA) pada tahun 1958
Sejarah
Setiap tanggal 5 Desember yang merupakan tanggal bersejarah bagi perkembangan teknologi nuklir di Indonesia dan ditetapkan sebagai hari jadi BATAN.
5 Desember ditetapkan sebagai hari jadi Badan Tenaga Nuklir Nasional (BATAN) karena pada tanggal tersebut dibentuk Dewan Tenaga Atom (LTA) pada tahun 1958.
Pembentukan LTA berawal dari komisi yang dibentuk pada 1954 untuk menyelidiki kemungkinan penyebaran radioaktif akibat uji coba senjata bom atom di Lautan Pasifik.
Pada Maret 1965, LTA direorganisasi dan diubah menjadi BATAN. Dr. G. A. Siwabessy, mantan direktur LTA, diangkat sebagai direktur BATAN yang pertama.
Saat ini, Indonesia memiliki tiga reaktor nuklir, yaitu RA Kartini di Yogyakarta, TRIGA 2000 di Bandung, dan GA. Siwabessy di Serpong.
Badan Tenaga Nuklir Nasional (BATAN)
Tanggal didirikan, 5 Desember 1958
Dasar hukum : UU Nomor 10 Tahun 1997
Tugas :
Penelitian, pengembangan, dan pendayagunaan ilmu pengetahuan dan teknologi nuklir
Status :
Lembaga Pemerintah Non Kementerian (LPNK) yang bertanggung jawab langsung kepada Presiden
5 Desember : Menyalakan Kembali Api Semangat Nuklir Indonesia di Tengah Badai
5 Desember bukan hanya sebuah tanggal dalam kalender. Ia adalah penanda lahirnya sebuah mimpi besar bangsa ini—cikal bakal Lembaga Tenaga Atom (LTA) pada tahun 1958, yang kelak menjadi Badan Tenaga Nuklir Nasional (BATAN). Pada hari itu, Indonesia menegaskan tekadnya untuk menguasai teknologi nuklir. Bukan untuk kehancuran, tetapi demi masa depan yang lebih cerah—membangun kesejahteraan, kemandirian, dan kemajuan bangsa.
Bayangkan sejenak semangat para perintis saat itu. Dengan keterbatasan sumber daya, mereka tidak gentar bermimpi besar. Mereka berjuang membangun dasar ilmu pengetahuan dan teknologi di Indonesia, percaya bahwa atom bisa menjadi kunci bagi kemajuan rakyat. Bung Karno, dengan visi besarnya, pernah berkata:
"_Di dalam negeri tenaga atom penting sekali untuk memajukan kesejahteraan kita, sesuai dengan kerangka kedua Amanat Penderitaan Rakyat. Yaitu mendirikan negara, masyarakat yang adil dan makmur di dalamnya. Masyarakat adil dan makmur yang diselenggarakan dengan bantuan Atomic Energy._”
(Pidato Bung Karno pada peletakan batu pertama Pembangunan Reaktor Bandung, 9 April 1961)
Kata-kata Bung Karno ini seperti sebuah nyala obor, mengingatkan kita akan potensi tenaga nuklir untuk memperjuangkan kesejahteraan. Kini, kita seharusnya meneruskan nyala itu—menggunakan teknologi nuklir untuk mendukung ketahanan energi, kesehatan, dan pangan. Bayangkan PLTN yang membantu mengurangi ketergantungan pada energi fosil, mendekatkan kita pada target _Net Zero Emission_. Bayangkan teknologi nuklir di sektor pertanian, yang memungkinkan panen lebih melimpah dan pangan berkualitas tinggi. Bayangkan juga bagaimana teknologi ini menjadi pilar di sektor kesehatan, menghadirkan layanan diagnosis dan terapi yang lebih baik untuk masyarakat yang lebih sehat dan sejahtera.
Namun, jalan ini penuh tantangan. Peleburan BATAN ke dalam BRIN telah membawa dinamika baru yang tak mudah. Demotivasi di kalangan SDM nuklir, berkurangnya dukungan nyata teknologi nuklir untuk masyarakat, hingga melemahnya kemampuan menjawab pertanyaan publik tentang nuklir adalah realitas yang kita hadapi. Situasi ini membawa kita pada pertanyaan mendasar: *apakah kita siap mengelola dan mengoptimalkan potensi besar nuklir untuk masa depan?*
Di sinilah pentingnya kembali ke semangat 5 Desember semangat para perintis yang berani bermimpi besar meski di tengah keterbatasan. Semangat ini harus kita rawat, seperti api kecil yang perlu dilindungi dari angin kencang.
Mari jadikan 5 Desember sebagai momentum refleksi, untuk mengingat betapa jauh kita telah melangkah, sambil memperkuat tekad untuk mengatasi tantangan. Jangan biarkan api ini padam! Bersama, kita bisa menjawab tantangan dan mewujudkan mimpi besar Indonesia bangsa yang mandiri, maju, dan sejahtera dengan teknologi nuklir sebagai salah satu pilar utamanya.
Semangat para perintis adalah warisan yang tak boleh hilang. Mari kita teruskan, karena masa depan Indonesia ada di tangan kita semua.
Himpunan Masyarakat Nuklir Indonesia |
Oleh : Djarot S. Wisnubroto5 Desember 2024
Dirilis ulang oleh POINT Consultant