Kembali Bising
(Yudi Latif)
Saudaraku, lebaran bagaikan jeda, sebuah koma dalam kalimat panjang yang penuh hiruk-pikuk. Sejenak, politik mereda seperti api yang dikipas pelan agar tak membakar terlalu liar. Semua yang robek dicoba dirajut dalam pelukan maaf dan doa yang membubung bersama takbir. Politik yang gaduh diberi jeda, seolah semua tokoh dan pengikut tersadar bahwa di balik warna dan kubu, mereka masih manusia yang merindukan pulang.
Tapi waktu tak pernah berkompromi. Damai tak kerasan bertahan lama. Begitu ketupat habis dan jalanan kembali padat, politik kembali bergemuruh seperti badai yang hanya menunggu waktu untuk menggulung. Wacana mulai berputar, janji-janji bertebaran, dan perang kata kembali disulut di ruang-ruang digital. Yang kemarin berjabatan tangan, kini kembali berhadapan; yang sempat diam, kini kembali ribut.
Jeda sudah usai. Mesin propaganda kembali dipanaskan, strategi disusun, dan drama pun berlanjut. Seperti arus sungai yang deras setelah bendungan dibuka, politik tak pernah benar-benar pergi—hanya menepi sejenak sebelum kembali menelan kita semua dalam pusarannya.
Kita lelah digulung kebisingan politik tak kenal sudah, namun apa daya tak pernah benar-benar bisa berpaling. Seperti menatap langit di musim hujan, berharap cerah tapi tak bisa menolak mendung yang datang. Sesekali ada cahaya, sesekali ada teduh, tapi lebih sering kita terjebak di antara badai yang tak kunjung reda.
Entah sampai kapan, politik tak sekadar panggung yang terus menampilkan drama pertarungan dan kekisruhan, melainkan rumah bahagia bagi asa dan sentosa yang tak perlu takut direnggut. Entah sampai kapan, damai dan bahagia bukan sekadar selingan di tengah gaduh, tapi sungguh-sungguh menjadi pohon kehidupan yang mengakar kuat dan tumbuh lestari.
https://www.instagram.com/reel/DH9r9nGyOd8/?igsh=amp3ZHZ2eHBlM3Q4
Diposting ulang oleh POINT Consultant