SURVEY ELEKTABILITAS
by; Try Noegroho
SURVEY
Survei
adalah pemeriksaan atau penelitian secara komprehensif
Survei
yang dilakukan dalam melakukan penelitian itu biasanya dilakukan dengan
menyebarkan kuesioner atau wawancara, dengan tujuan untuk mengetahui: siapa
mereka, apa yang mereka pikir, rasakan, atau kecenderungan suatu tindakan.
Survei lazim dilakukan dalam penelitian kuantitatif maupun kualitatif.
Dalam
penelitian kuantitatif, survei lebih merupakan pertanyaan tertutup, sementara
dalam penelitian kualitatif berupa wawancara mendalam dengan pertanyaan
terbuka.
Survei
(survey) atau lengkapnya self-administered survey adalah metode pengumpulan
data primer dengan memberikan pertanyaan-pertanyaan kepada responden individu.
Jadi bisa disimpulkan survei adalah metode untuk mengumpulkan informasi dari
kelompok yang mewakili sebuah populasi:
1.
Sejumlah
besar responden.
2.
Bertanya
ke orang.
3.
Menggunakan
kuesioner.
4.
Tempo
yang relatif singkat.
5.
Sangat
kuantitatif
Faktor Pendukung
Berkembangnya Survei :
1.
Metodologi.
2.
Pendanaan.
3.
Institusi.
4.
Perangkat
Tehnologi (komputer)
Apa Yang Dapat
Ditanyakan :
1.
Perilaku.
2.
Pengetahuan.
3.
Harapan.
4.
Klasifikasi
Diri.
5.
Sikap/Opini.
6.
Karakteristik
Beberapa contoh
Survei :
1.
Survei
sosial ekonomi.
2.
Survei
Opini Publik (pilkada, pileg, pilpres).
3.
Survei
Bidang Bisnis (riset pemasaran).
Kategori Survei
:
1.
Pseudosurvey.
Semua survei yang melanggar prinsip survei ilmiah, yaitu yang tidak menggunakan
sampling probabilitas. Ada media yang melaksanakan pseudosurvey dengan mengajak
pembaca/pemirsa mengirim jawaban.
2.
Survei
Asli (Generalisasi dan Tidak Generaliasi).
Istilah Survei :
1.
Private
Survey.
Ø Survei yang
dilakukan untuk orang tertentu (klien) dan tidak dipublikasikan.
Ø Tracking Polls
Ø Survei yang
pendek dengan sampel yang tidak terlalu banyak, dilakukan kontinyu dengan
selang waktu tertentu.
2.
Omnibus
Survey. Beberapa survei pendek digabungkan ke dalam sebuah kuesioner dan
umumnya dilaksanakan secara reguler.
3.
Advocacy
Survey. Survei untuk memperjuangkan suatu masalah. Biasanya disebut disebut
juga hired gun poll. Obyektivitas dipertanyakan karena ada poin yang
diperjuangkan sehingga pertanyaan sesuai dengan pesanan. Menyeleksi hasil
sebuah poll yang sesuai dengan kehendak.
4.
In-House
Poll. Poll yang dilaksanakan sendiri.
5.
In-Home
Poll. Wawancara yang dilaksanakan di rumah responden.
6.
Quick
Count. Kegiatan pengumpulan informasi mengenai proses pemilu dan perolehan
suara yang dilakukan oleh relawan melalui pengamatan langsung di TPS terpilih.
7.
Exit
Poll. Survei yang dilakukan segera setalah pemilih meninggalkan tempat
pemungutan suara (TPS). Exit Poll mewawancarai sampel pemilih yang dipilih di
TPS tertentu.
Pengertian Elektabilitas
Elektabilitas memiliki arti ketertarikan seseorang
dalam memilih (Sugiono, 2008). Elektabilitas adalah tingkat keterpilihan yang
disesuaikan dengan kriteria pilihan. Elektabilitas bisa diterapkan kepada
barang, jasa maupun orang, badan atau partai. Elektabilitas sering dibicarakan menjelang
pemilihan umum. Elektabilitas partai politik berarti tingkat keterpilihan
partai politik di publik. Elektabilitas partai tinggi berarti partai tersebut
memiliki daya pilih yang tinggi.Untuk meningkatkan elektabilitas maka objek
elektabilitas harus memenuhi kriteria keterpilihan dan juga populer.
Orang yang memiliki elektabilitas tinggi adalah
orang yang dikenal baik secara meluas dalam masyarakat. Ada orang baik, yang
memiliki kinerja tinggi dalam bidang yang ada hubungannya dengan jabatan publik
yang ingin dicapai, tapi karena tidak ada yang memperkenalkan menjadi tidak
elektabel. Sebaliknya, orang yang berprestasi tinggi dalam bidang yang tidak
ada hubungannya dengan jabatan publik, boleh jadi mempunyai elektabilitas
tinggi karena ada yang mempopulerkannya secara tepat.
Dalam masyarakat, sering diartikan, orang yang
populer dianggap mempunyai elektabilitas yang tinggi. Sebaliknya, seorang yang
mempunyai elektabilitas tinggi adalah orang yang populer. Popularitas dan
elektabilitas tidak selalu berjalan seiring. Orang yang memiliki elektabilitas
tinggi adalah orang yang dikenal baik secara meluas dalam masyarakat. Ada orang
baik, yang memiliki kinerja tinggi dalam bidang yang ada hubungannya dengan
jabatan publik yang ingin dicapai, tapi karena tidak ada yang memperkenalkan
menjadi tidak elektabel. Sebaliknya, orang yang berprestasi tinggi dalam bidang
yang tidak ada hubungannya dengan jabatan publik, boleh jadi mempunyai
elektabilitas tinggi karena ada yang mempopulerkannya secara tepat.
Perbedaan Elektablitas dan Popularitas
Terkadang pengertian elektabilitas kerap
disalahartikan menjadi pengertian popularitas. Padahal popularitas adalah
tingkat keterkenalan di mata publik. Meskipun populer, belum tentu layak
dipilih. Sebaliknya meskipun punya elektabilitas sehingga layak dipilih tapi
karena tidak diketahui public, maka rakyat tidak memilih.
Popularitas seseorang dapat menjadi salah satu aspek
yang mendukung seseorang untuk memperoleh kekuasaan. Pemilihan Umum, Pilpres,
serta Pemilukada kepopuleran seseorang calon atau kontestan sangat mendominasi
dan menentukan bagi pilihan ditentukan oleh rakyat. Dengan adanya modal
popularitas maka akan lebih mudah bagi seseorang atau figur tersebut untuk
mencuri perhatian masyarakat, melalui pemberitaan media yang diharapkan
nantinya akan mempunyai nilai tambah untuk meningkatkan atau mendongkrak
elektabilitas. Untuk mewujudkan semua itu, perlu dibangun pencitraan yang baik
ditengah masyarakat, agar nantinya timbul simpati dan keberpihakan masyarakat
kepada tokoh atau figur tersebut
Untuk meningkatkan elektabilitas maka sangat
tergantung pada teknik kampanye yang dipergunakan.
Dalam masyarakat yang belum berkembang, kecocokan
profesi tidak menjadi persoalan. Yang perlu diingat, tidak semua kampanye
berhasil meningkatkan elektabilitas. Ada kampanye yang menyentuh, ada kampanye
yang tidak menyentuh kepentingan rakyat. Sementara itu ada kampanye yang
berkedok sebagai survei, dengan tujuan untuk mempengaruhi orang yang sulit
membuat keputusan dan sekaligus mematahkan semangat lawan.
Elektabilitas dapat ditingkatkan dengan pencitraan
politik. Citra politik berkaitan dengan pembentukan pendapat umum karena pada
dasarnya pendapat umum politik terbangun melalui citra politik
Pencitraan politik sebagai bagian dari komunikasi
politik, pencitraan politik dilakukan secara persuasif untuk memperluas arsiran
wilayah harapan antara kandidat dengan pemilih. Corner dan Pels mencatat baik
figur yang bersih maupun bermasalah (notorious) secara substansial bekerja
keras membangun citra politik untuk mempengaruhi pemilih, karena citra telah
menjadi faktor paling menentukan sukses tidaknya sebuah perjalanan kampanye.
Pencitraan sosok atau figur tertentu bukan hanya
menjadi monopoli para pemilik saham stasiun televisi, tetapi juga terjadi
dilakukan oleh orang luar yang mempunyai kekuatan modal kuat untuk membangun
suatu politik pencitraan terhadap sosok tertentuyang didukung oleh pemilik
saham. Tentunya diharapkan akan dapat memberi keuntungan dikemudian hari bila
sosok tersebut benar-benar berhasil sesuai dengan yang direncanakan.