MENGUMPAT DAN MENCELA
Mengumpat adalah mengeluarkan umpatan, memburuk-burukkan orang, mengeluarkan kata-kata keji (kotor) karena marah (jengkel, kecewa, dsb).
Mengumpat adalah salah satu perbuatan tidak bermoral di mana seseorang memberitahu sesuatu keburukan atau aib kepada orang lain tanpa pengetahuan orang yang dimaksudkan itu.
Mengumpat adalah mengutuk orang karena merasa diperlakukan kurang baik; memaki-maki.
Mengumpat sama artinya mencerca, mencela keras.
BALASAN ORANG-ORANG YANG MENGUMPAT
Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan purba-sangka (kecurigaan), karena sebagian dari purba-sangka itu dosa. Dan janganlah mencari-cari keburukan orang dan janganlah menggunjingkan satu sama lain. Adakah seorang diantara kamu yang suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya. Dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima Taubat lagi Maha Penyayang.
Tahukah pembaca blog yang budiman apakah balasan yang disediakan ke atas orang yang mengumpat.
Surah Al Hujurat menerangkan ayat bagaimana Allah melarang perbuatan mengumpat dan mengumpamakan mereka dengan memakan daging saudara mereka sendiri. Walaupun nama orang yang diumpat tidak disebut tetapi orang yang mendengar tahu pelakunya, ia juga dikira sebagai mengumpat.
MENGUMPAT ORANG ZALIM
Bolehkah seseorang mengumpat orang-orang yang menzalimi orang lain.
Di dalam surah An Nisa 148, bagaimana Allah tidak menyukai ucapan buruk, (yang diucapkan) dengan terang kecuali oleh orang yang dianiaya. Yaitu kalau kita dizalimi kita boleh mengadukan hal itu kepada pihak yang bertanggungjawab walaupun kita pada zahirnya melakukan perbuatan mengumpat tetapi ia dibenarkan oleh Islam.
MENJAUHKAN DIRI DARI PADA MENGUMPAT
Bagaimanakah caranya kita nak menjauhkan diri kita daripada perbuatan mengumpat jika sekiranya kita telah mengetahui betapa besarnya dosa dan balasan orang yang mengumpat.
Surah Al Hujurat 12, bagaimana kalau seseorang itu tahu apabila dia mengumpat saudaranya maka seolah-olahnya dia sedang memakan daging saudaranya sendiri sudah tentu itu akan dapat menjauhkan dirinya daripada mengumpat.
PERUMPAMAAN MENGUMPAT
Perumpamaan mengumpat adalah sama seperti makan daging manusia
PERINGATAN AL QUR'AN BAGI PENCELA DAN PENGUMPAT
Alquran mengancam manusia yang suka mencela dan mengumpat dengan azab-Nya.
Agama Islam mengajarkan manusia untuk saling berprasangka baik terhadap sesama manusia. Islam juga melarang manusia untuk saling mencela dan mengumpat orang lain, baik di depan orang yang dimaksud maupun di belakangnya.
Sehubungan dengan itu, Allah SWT melalui Alquran mengancam manusia yang suka mencela dan mengumpat dengan azab-Nya. Hal ini tertulis dalam Surah Al-Humazah Ayat 1.
وَيْلٌ لِّكُلِّ هُمَزَةٍ لُّمَزَةٍۙ
Celakalah bagi setiap pengumpat dan pencela. (QS Al-Humazah: 1).
Mengutip Tafsir Kementerian Agama, maksud ayat ini adalah Celakalah bagi setiap pengumpat atau pencaci, baik dengan ucapan atau isyarat, dan demikian pula pencela dengan menampilkan keburukan orang lain untuk menghinakannya.
Perbuatan ini berdampak buruk dalam pergaulan karena mencoreng wibawa dan kehormatan seseorang. Serta menghilangkan kepercayaan kepada orang tersebut.
Dalam ayat ini, Allah mengancam bahwa kemurkaan dan azab-Nya akan ditimpakan kepada setiap orang yang mengumpat, mencela, dan menyakiti mereka baik di hadapan maupun di belakang mereka.
يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوا اجْتَنِبُوْا كَثِيْرًا مِّنَ الظَّنِّۖ اِنَّ بَعْضَ الظَّنِّ اِثْمٌ وَّلَا تَجَسَّسُوْا وَلَا يَغْتَبْ بَّعْضُكُمْ بَعْضًاۗ اَيُحِبُّ اَحَدُكُمْ اَنْ يَّأْكُلَ لَحْمَ اَخِيْهِ مَيْتًا فَكَرِهْتُمُوْهُۗ وَاتَّقُوا اللّٰهَ ۗاِنَّ اللّٰهَ تَوَّابٌ رَّحِيْمٌ
Wahai orang-orang yang beriman! Jauhilah banyak dari prasangka, sesungguhnya sebagian prasangka itu dosa dan janganlah kamu mencari-cari kesalahan orang lain dan janganlah ada di antara kamu yang menggunjing sebagian yang lain. Apakah ada di antara kamu yang suka memakan daging saudaranya yang sudah mati ? Tentu kamu merasa jijik. Dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Penerima tobat, Maha Penyayang. (QS Al-Hujurat: 12)
PENJELASAN SURAH AL HUMAZAH TENTANG PENGUMPAT
Dalam agama Islam, mengaji atau membaca ayat suci Al Quran menjadi satu amalan dengan pahala luar biasa. Tak hanya membaca, bahkan seorang muslim juga perlu menghafalkan surat pendek dalam Al Quran. Hal ini lantaran, dalam ibadah sholat membaca surat pendek jadi salah satu rukun yang harus dikerjakan. Ada banyak surat pendek di Al Quran, Al Humazah artinya pengumpat adalah salah satunya.
Secara umum, Al Humazah artinya pengumpat. Namun tak sebatas itu, setiap ayat dalam surat ini juga mempunyai arti dan makna tersendiri. Dengan membaca arti setiap ayatnya, kita akan lebih memahami arti yang terkandung di dalam surat Al Humazah. Sebagai salah satu surat dalam Al Quran, Al Humazah juga mempunyai keutamaannya sendiri.
Memahami kandungan dan keutamaan surat Al Humazah artinya pengumpat.
SURAT AL HUMAZAH ARTINYA PENGUMPAT
Sebelum memahami lebih dalam penjelasan bahwa surat Al Humazah artinya pengumpat, kita perlu mengetahui seluk beluknya terlebih dahulu. Surat Al Humazah diturunkan di kota Mekah, sehingga tergolong surat Makkiyah. Di Al Quran, Al Humazah merupakan salah satu surat dalam juz 30. Surat Al Humazah merupakan surat yang ke-109 dan terdiri atas 9 ayat.
Sebagaimana yang dijelaskan sebelumnya, secara umum Al Humazah artinya pengumpat. Dalam surat tersebut, arti kata pengumpat ditemukan pada ayat pertama. Secara keseluruhan, ayat-ayat di surat Al Humazah dimaksudkan untuk menjadi teguran dan ancaman Allah SWT terhadap orang-orang yang mengumpat dan mencela sesamanya.
Dikutip dari asbabun nuzul atau latar belakang turunnya surat ini berkaitan dengan kisah Umayyah bin Khalaf yang kerap mengumpat Nabi Muhammad SAW.
Sebagaimana yang driwayatkan Ibnu Munzdir, dari Ibnu Ishak, ia berkata, Umayyah bin Khalaf jika bertemu dengan Rasulullah SAW, dia mengumpat dan mengejeknya. Kemudian Allah menurunkan surat ini secara keseluruhan. (Lubabun Nuqul: 216).
BACAAN DAN ARTI SURAT AL HUMAZAH
Surat Al Humazah artinya pengumpat. Surat yang terdiri dari 9 ayat ini, mempunyai makna mendalam pada setiap ayatnya. Maka dari itu, penting untuk membaca dan memahami arti dari setiap ayatnya, agar kita bisa memahami makna secara keseluruhan. Berikut bacaan dan arti dari 9 ayat surat Al Humazah.
1. Wai lul-li kulli hu mazatil-lumaza
(Celakalah bagi setiap pengumpat dan pencela)
2. Al-lazi jama'a maalaw wa'addadah
(yang mengumpulkan harta dan menghitung-hitungnya)
3. Yahsabu anna maalahu akhladah
(dia manusia) mengira bahwa hartanya itu dapat mengekalkannya)
4. Kalla layum ba zanna fil hutamah
(Sekali-kali tidak! Pasti dia akan dilemparkan ke dalam (neraka) Huthamah)
5. Wa maa adraaka mal-hutamah
(Dan tahukah kamu apakah (neraka) Huthamah itu)
6. arul laahil-muuqada
(Yaitu api azab Allah yang dinyalakan)
7. Al latii tat tali'u 'alalafidah
(yang membakar sampai ke hati)
8. Innaha 'alaihim muusada
(Sungguh, api itu ditutup rapat atas (diri mereka)
9. Fii 'amadim-mu mad dadah
(sedang mereka itu) diikat pada tiang-tiang yang panjang)
KANDUNGAN SURAT AL HUMAZAH
Secara garis besar Al Humazah artinya pengumpat. Surat ini diturunkan Allah SWT sebagai bentuk peringatan dan ancaman terhadap manusia yang dzalim pada sesama. Namun tak hanya itu, jika dicermati lebih dalam, surat Al Humazah mempunyai makna yang lebih mendalam.
Isi kandungan surat Al Humazah :
1. Peringatan akidah untuk pencemooh, penggosip, dan orang-orang yang mengumpulkan harta tapi tidak membelanjakannya di jalan Allah SWT.
2. Peringatan agar lebih menghargai dan menghormati sesama manusia.
3. Peringatan pada manusia, bahwa harta di dunia hanyalah sementara. Harta yang tidak dikelola dengan baik juga bisa membawa kehancuran.
- Peringatkan bahwa Allah SWT telah menyiapkan siksa pedih untuk para pengumpat, pencela, serta untuk mereka yang mengumpulkan harta tapi tidak membelanjakannya secara benar.
KEUTUTAMAAN MEMBACA SURAT AL HUMAZAH
Sama halnya ayat suci dalam Al Quran lainnya, surat Al Humazah juga mempunyai keutamaan dan kebaikan. Tak hanya limpahan pahala, orang yang membaca surat Al Humazah artinya pengumpat juga akan memperoleh banyak kebaikan.
Keutamaan dari membaca surat Al Humazah :
1. Membaca surat Al Humazah ditujukan untuk orang yang sakit mata, atas izin Allah SWT dapat mempercepat penyembuhan.
2. Membaca surat Al Humazah dippercaya dapat mempermudah rezeki.
3. Dianjurkan membaca surat Al Humazah setiap selesai mendirikan sholat sunnah, insyaallah ganjaran yang akan didapat antara lain kelapangan rezeki.
4. Dianjurkan membaca surat Al Humazah sebanyak 7 kali secara rutin pada pagi dan sore, insyaallah akan terhindar dari gangguan sihir atas izin Allah SWT.
Itulah di antaranya ulasan tentang surat Al Humazah artinya pengumpat. Semoga bermanfaat dan bisa menambah keimanan kita sebagai seorang muslim.
MENURUT IMAM GHAZALI TENTANG MENGUMPAT DAN MELAKNAT
Di dalam Ihya Ulumiddin dan Kimiya al-Sa’adah, Imam Ghazali menyatakan bahwa mengumpat (ghibah) merupakan kejahatan lidah yang terbesar. Untuk memperkuat pendapatnya, beliau mengutip hadis yang mengatakan bahwa perbuatan mengumpat itu lebih berat dosanya dari tiga puluh kali perbuatan zina. Mengapa? Karena dosa mengumpat hanya diampuni jika mau meminta maaf kepada orang yang diumpat.
Mengumpat atau menggunjing atau ngerasani menurut Al-Ghazali ialah seseorang menceritakan kekurangan orang lain, yang kemungkinan orang yang dibicarakan tersebut tidak suka jika mengetahui atau mendengarkan bahwa kekurangannya dibeberkan kepada orang lain. Meskipun apa yang dikatakan tersebut sungguh benar adanya. Adapun jika mengatakan kekurangan orang lain yang tidak sesuai dengan kenyataan orang yang dibicarakan disebut dengan fitnah (buhtan) bukan mengumpat atau ghibah.
Kekurangan orang boleh jadi terletak pada tubuh, keturunan, akhlak, pekerjaan, bicara, urusan agama, pakaian, rumah, perhiasan dan seterusnya. Kekurangsempurnaan tubuh seperti pendeknya, tinggi atau sifat apa saja yang tidak ingin dibicarakan. Cacat keturunan seperti bapak orang yang berbuat dosa atau jahat. Kejelekan akhlak atau sifat tercela seperti kebakhilan dan sifat pengecut.
Cacat dalam urusan agama seperti mencuri, sujud salat yang salah dan lain-lain. Keburukan mengenai pakaian seperti kotor, kurang rapi dan sebagainya. Cacat dalam urusan dunia, contohnya kekasaran dalam bersikap atau makan terlalu banyak.
Umpatan tidak terbatas pada lisan saja, menyatakan kekurangan orang bisa dengan dengan berbagai cara, seperti tulisan, meniru-nirukan, isyarat dengan tangan, menggerakkan alis mata dan sebagainya. Menyebutkan kekurangan orang dengan menuliskannya dalam buku juga termasuk umpatan. Termasuk menuliskannya di status Facebook, di status Whatsapp, di story Instagram, dan sosial media lainnya. Umpatan seperti ini tidak diperbolehkan kepada siapa saja. Meskipun orangnya sudah meningggal.
Percaya kepada apa yang dikatakan si pengumpat terhitung mengumpat pula. Berdiam diri terhadap perbuatan mengumpat berarti turut ambil bagian, kecuali kalau tidak mampu mencegahnya atau meninggalkan tempat orang yang sedang mengumpat tersebut. Jika terpaksa berdiam diri tidak bisa meninggalkan, haruslah umpatan tersebut dibenci dalam batin. Tidak boleh rida pada umpatan orang.
Imam Ghazali juga membahas tentang umpatan dalam pikiran. Menurut beliau, mengumpat dengan pikiran ialah mempunyai sangkaan buruk (su’udzan) tentang seseorang. Buruk sangka kepada orang lain juga merupakan satu dosa. Menuduh orang lain buruk sebagaimana persangkaannya, bisa dibenarkan jika didasarkan atau diketahui dengan bukti yang jelas.
Satu akibat dari persangkaan buruk ialah orang akhirnya berhasrat memata-matai (tajassus) seseorang untuk mencocokkan dengan informasi yang telah diterima. Perbuatan ini menurut Imam Al-Ghazali juga merupakan dosa karena ada upaya untuk mengetahui apa yang dirahasiakan Allah tentang makhluk-Nya. Apalagi yang ingin diketahui adalah aibnya.
Mengatakan keburukan orang tertentu memang tidak salah, jika ini dilakukan untuk maksud yang baik. Misalnya untuk mencari keadilan atau bantuan seorang yang berwewenang, untuk menghilangkan kejahatan dengan memberitahukan orang-orang yang dapat menghapuskannya, untuk minta pendapat hukum dari seorang hakim mengenai hal itu, dan untuk membuat orang lain berhati-hati terhadap kejahatan itu. Menyebut seseorang dengan nama panggilan yang dikenal punya kekurangan orang itu bukanlah mengumpat.
Juga tidak termasuk mengumpat kalau mengatakan keburukan seseorang yang telah berbuat buruk, hanya sebatas yang telah diumumkannya sendiri, karena hal ini tidak menyakitinya, tambahan lagi orang semacam itu tidak layak mendapat penghargaan dari orang lain.
Mengumpat dapat disembuhkan dengan dua cara, satu di antaranya terdiri dari ilmu dan amal. Dengan ilmu berarti mengetahui dampak buruk mengumpat bagi kehidupan di akhirat. Dengan amal bisa dilakukan dengan menyelidiki kekurangan diri sendiri.
Kalau sudah menemukan kekurangan diri maka orang akan merasa malu dan tidak pantas menyalahkan orang lain. Dengan mempersalahkan diri sendiri bisa menyadarkan seseorang bahwa tidak ada seorang pun yang bisa bebas dari kekurangan.
Akhirnya, kadang kala seseorang berkata buruk tentang orang lain untuk membenarkan kejahatan yang ada pada dirinya sendiri. Tanpa disadari, membiasakan diri dengan kebiasaan jahat adalah hal yang menggelikan.
MELAKNAT
Dunia maya kini seolah menjadi media yang bisa mempermudah orang untuk melaknat orang lain yang tidak sepemikiran atau beda dukungan. Ironisnya, pelaknat dilakukan bukan hanya oleh orang yang tak berpendidikan. Orang yang berpendidikan tinggi pun melaknat orang lain dengan tulisan atau kata-katanya. Seolah perbuatannya tersebut benar dan diperbolehkan agama. Padahal Islam sangat melarangnya. Bagaimana pandangan Imam Ghazali dalam hal pelaknatan ?
Menurut Imam Ghazali, melaknat apa pun yang diciptakan Allah merupakan perbuatan lidah yang buruk. Melaknat sesuatu berarti menganggap hal yang dilaknat seolah jauh dari Allah. Padahal Allah selalu melimpahkan rahmat kepada setiap makhluk-Nya. Sebab, melaknat makhluk, merupakan hak Allah. Manusia tidak bisa ikut campur tangan di dalamnya.
Imam Ghazali di dalam Ihya Ulumiddin juz tiga menegaskan agar orang berhati-hati dalam urusan laknat-melaknat. Beliau menyarankan agar orang tidak melaknat meskipun apa yang dikatakannya memang benar, karena tidak ada manfaat yang ditimbulkannya. Lidah seharusnya dibuat sibuk memuji Allah. Lidah juga sebaiknya dicegah dari berdoa kepada Allah untuk mencelakakan seseorang, walaupun ia seorang penindas.