Post Power Syndrome atau Sindrom Pascakekuasaan
Post power syndrome atau sindrom pascakekuasaan adalah
kondisi ketika seseorang hidup dalam bayang-bayang kekuasaan yang pernah
dimilikinya dan belum bisa menerima hilangnya kekuasaan itu. Post power
syndrome sering dialami oleh orang yang baru saja memasuki masa pensiun.
Tidak sedikit orang yang menjadikan pekerjaan sebagai
bentuk aktualisasi diri dan tujuan hidupnya. Saat memasuki masa pensiun,
orang-orang seperti ini tidak hanya kehilangan pekerjaan yang dicintai, tetapi
juga segala bentuk penghargaan diri yang mereka dapatkan saat masih bekerja,
seperti pujian, rasa hormat, dan rasa dibutuhkan oleh orang lain.
Perubahan besar ini bisa mengakibatkan timbulnya perasaan
bahwa mereka sudah tidak lagi berguna, bahkan tidak memiliki tujuan hidup lagi.
Kondisi inilah yang disebut dengan post power syndrome.
Bila salah satu keluarga atau teman Anda mengalami post
power syndrome, bantuan dan dukungan Anda sangat ia butuhkan agar bisa melewati
masa ini.
Pasalnya, bila dibiarkan berlarut-larut, post power
syndrome bisa menyebabkan penderitanya mengalami berbagai gangguan kesehatan,
baik secara fisik maupun mental.
Gejala Post Power Syndrome
Ada beberapa gejala yang bisa menjadi tanda bahwa
seseorang sedang mengalami post power syndrome.
Berikut adalah beberapa di antaranya :
1.
Kurang bergairah
dalam menjalani kehidupan setelah pensiun
2.
Mudah tersinggung
3.
Menarik diri dari
pergaulan
4.
Tidak mau kalah
5.
Tidak suka
mendengar pendapat orang lain
6.
Suka mengkritik
atau mencela pendapat orang lain
7.
Suka membicarakan
mengenai kehebatan atau kekuasaannya di masa lalu
Cara Mendampingi Orang dengan
Post Power Syndrome
Orang yang mengalami post power syndrome biasanya akan
menunjukkan berbagai emosi yang negatif. Meski demikian, ingatlah untuk tidak
menghindar atau menjauhinya. Bantu ia untuk beradaptasi dan menerima kondisinya
melalui beberapa cara ini :
1.
Berikan kesibukan
baru. Salah satu alasan seseorang bisa mengalami post power syndrome adalah
karena hilangnya rutinitas atau kebiasaan yang dilakukan setiap hari. Oleh
sebab itu, memberi penderita post power syndrome kesibukan baru bisa menjadi
salah satu cara untuk mengalihkan pikirannya dari bayang-bayang pekerjaannya di
masa lalu.Kegiatannya yang bisa Anda tawarkan bisa bermacam-macam, misalnya
olahraga hingga sekadar menjemput cucu di sekolah setiap sore. Anda juga bisa bertanya kepadanya mengenai
kesibukan apa yang ingin ia lakukan di masa pensiunnya.
2.
Jaga komunikasi
dengan baik. Seperti yang disebutkan sebelumnya, orang yang sedang mengalami
post power syndrome tidak boleh ditinggalkan sendiri, karena hal ini bisa
menyebabkan gejala post power syndrome-nya menjadi lebih parah. Maka dari itu,
sebisa mungkin Anda harus terus menjaga komunikasi dengannya. Bila tidak bisa
bertemu secara langsung setiap hari, menjaga komunikasi juga bisa dilakukan
melalui sambungan telepon atau video call. Dengan begitu, ia tidak akan merasa
sendiri saat menghadapi masa post power syndrome-nya.
3.
Minta bantuan orang
ketiga. Bila Pembaca Blog ini Yang Budiman, merasa kesulitan dalam menghadapi orang yang
sedang mengalami post power syndrome, Anda bisa meminta bantuan orang lain
untuk menolong Anda mendampinginya. Melakukan cara-cara di atas diharapkan bisa
membantu ia melewati masa post power syndrome-nya dengan lebih baik. Dengan
begitu, ia bisa menjalani masa pensiunnya dengan sehat dan bahagia. Selain itu,
tetap pastikan penderita post power syndrome menjalani pola hidup yang sehat. Pembaca
Blog ini Yang Budiman, bisa mengajaknya
untuk membiasakan diri makan makanan sehat, mengingatkannya untuk tidur cukup
dan tidak begadang, dan mengajaknya berolahraga bersama. Hal ini akan
memberikan pengaruh baik untuk kesehatan mentalnya. Namun, bila cara-cara yang Pembaca
Blog ini Yang Budiman, lakukan tidak
juga berhasil atau mungkin ia malah terlihat tambah murung dan mengutarakan
perasaan bahwa dirinya tidak berguna atau tidak lagi punya tujuan hidup,
cobalah untuk berkonsultasi dengan psikolog.
4.
Psikolog dapat
membantu Pembaca Blog ini Yang Budiman, mencari cara terbaik untuk mendampingi
penderita post power syndrome yang mungkin sudah sampai mengalami depresi. Jika
perlu, psikolog juga bisa merujuk ke psikiater agar kondisi ini bisa ditangani
dengan obat.
GEJALA POST POWER SYNDROM DAN CARA MENGATASINYA
Pernahkah Anda merasa kecewa, bingung, putus asa atau
khawatir yang berlebih ketika memutuskan untuk berhenti bekerja? Kalau
jawabannya iya, Pembaca Blog ini Yang Budiman, mungkin mengalami post power syndrome.
Post power syndrome adalah suatu kondisi kejiwaan yang
umumnya dialami oleh orang-orang yang kehilangan kekuasaan atau jabatan yang
diikuti dengan menurunnya harga diri.
Power pada kata post power syndrome bukan diartikan
sebagai kekuasaan maupun pekerjaan. Melainkan dikonotasikan sebagai sosok yang
tadinya aktif, banyak kegiatan, mendadak hilang semua sehingga timbul
ketidaknyamanan. Jadi, orang-orang yang mengalami post power syndrome adalah
orang-orang yang tidak bisa menerima perubahan yang terjadi, sebenarnya. Dan
perubahan yang tidak bisa dia terima itu adalah perubahan yang berkaitan dengan
hilangnya aktivitas, hilangnya kekuasaan, hilangnya harta, dan sebagainya.
Menjalani masa pensiun ditanggapi dengan berbagai cara,
ada yang merasa gembira karena terbebas dari pekerjaan yang selama ini harus
selalu dipertanggungjawabkan, namun tidak jarang banyak pegawai yang merasa
kebingungan akan apa yang akan dikerjakan setelah pensiun. Masa pensiun sering
ditanggapi dengan perasaan yang negatif, tidak menyenangkan bahkan dipandang
sebagai masa yang menakutkan. Oleh karena itu akan terkena gejala post power
syndrome yaitu sindrom dari berakhirnya suatu jabatan atau kekuasaan dimana
yang mengalaminya menjadi tidak bisa berpikir realistis, tidak bisa menerima
kenyataan, bahwa sekarang sudah bukan pejabat lagi, bukan pegawai lagi dan
sudah pensiun (Suadirman, 2001)
Sindrom ini biasanya muncul pasca pensiun, PHK,
menurunnya ketenaran seorang artis atau seseorang yang memutuskan berhenti
bekerja saat ia tengah berada pada posisi atau jabatan yang cukup penting.
Beberapa ciri kepribadian yang rentan terhadap sindrom
ini diantaranya adalah mereka yang sangat bangga pada jabatannya, senang
dihormati, senang mengatur orang lain dan selalu menuntut agar keinginan atau
perintahnya dituruti.
Sehingga ketika masa kekuasaan itu berakhir, muncullah
gejala post power syndrome yang merupakan tanda kurang berhasilnya seseorang
dalam menyesuaikan diri dengan kondisi barunya.
Meskipun bukan tergolong penyakit kejiwaan yang serius,
post power syndrome perlu segera diatasi. Sebab jika dibiarkan berlarut-larut
akanmenyebabkan masalah kesehatan seperti darah tinggi atau depresi di kemudian
hari.
Pensiun atau purnabakti akan dialami oleh siapapun yang
usianya melebihi batas yang telah ditentukan atau mereka yang sengaja
menghentikan kegiatan rutinitasnya. Masa itu akan datang, masa dimana seseorang
akan mulai kehilangan teman kerja, teman beraktifitas, termasuk kehilangan
kekuasaan dan kewenangan. Hal itu dapat menyebabkan post power syndrome.
Post power syndrome merupakan sindrom pasca seseorang
berhenti dari dunia kerja atau dari kekuasaannya. Post power syndrome biasanya
muncul setelah seseorang turun dari jabatan atau kekuasaannya yang disertai
perasaan menurunnya harga diri dikarenakan dia merasa tidak dihormati lagi dan
lebih mudah tersinggung serta curiga.
Pada umumnya, orang yang mengalami post power syndrome
tidak menyadari akan kondisinya. Gejala yang muncul juga bisa bermacam-macam
baik gejala fisik maupun psikis. Gejala post power syndrome akan mudah muncul
jika seseorang tidak dilibatkan dalam pengambilan keputusan atau tidak dimintai
pendapatnya. Ini akan lebih mudah terjadi pada orang yang sebelumnya memiliki
jabatan tinggi atau penting.
GEJALA
Gejala post power syndrome terbagi menjadi tiga, yakni
gejala fisik, emosi dan perilaku. Secara fisik, penderita post power syndrome
ditandai dengan penampilan yang terlihat lebih kuyu, tidak ceria dan sering
sakit-sakitan seperti gampang terkena flu, deman dan penyakit fisik lainnya.
Sementara gejala emosi ditandai dengan penderita mudah
tersinggung, lebih senang menyendiri, pemurung, lebih cepat marah dan
tersinggung jika pendapat atau ucapannya tidak dihargai. Gejala lainnya seperti
rasa kecewa, bingung, sedih, merasa kesepian atau merasa sendirian, takut, dan
perasaan kosong.
Adapun gejala perilaku yang muncul bisa dilihat dari
perubahan perilaku penderita yang cenderung lebih pendiam, pemalu atau
sebaliknya malah terus menerus membanggakan kejayaan karirnya di masa lampau.
Gejala yang cenderung muncul kepada orang yang mengalami
Post Power Syndrome, antara lain adalah :
Kegalauan dan kegelisahanhati ,serta rasa khawatir
berlebihan menghadapi masa masa yang berada diluar zona keamanan dan
kenyamanannya,dapat mendistorsi jiwa seseorang yang tidak mempersiapkan diri
sedari awal. Sebenarnya terlepas dari siapapun adanya diri kita, adalah wajar
,ada rasa kekuatiran ,menghadapi masa masa pensiun. Karena pensiun,bukan hanya
pemasukan uang tidak lagi berjalan seperti biasa,tetapi pensiun juga berarti,ia
tidak lagi memiliki “kekuasaan” untuk memerintah” orang lain. Bila gejala ini
merambat dan menguasi dirinya,maka kegalauan dan keresahan tidak hanya
merugikan diri sendiri, tetapi langsung atau tidak akan menebar dan mendistorsi
anggota keluarga. Oleh karena itu pilihan terbaik adalah jika kita
memasuki masa pensiun, tanpa rasa kekhawatiran yang berlebihan
CARA MENGATASI
Mempersiapkan diri sedini mungkin.dengan menanamkan di
dalam hati bahwa tidak ada manusia yang bisa hidup selamanya. Bahwa suatu waktu
.suka ataupun tidak,kedudukan kita akan digantikan oleh orang lain. Tanamkanlah
pada diri kita ,bahwa pensiun adalah sesuatu yang wajar yang merupakan proses
alami. Yang tidak dapat dihindarkan oleh siapapun. Dengan jalan menerima bahwa
hal tersebut adalah suatu kenyataan hidup,maka hati kita menjadi tenang.Jauh
dari kerisauan memikirkan masa pensiun. mempersiapkan tabungan
sebaik-baiknya/rencana investasi jangka panjang dengan resiko yang seminim
mungkin. Misalnya buka buka kos-kosan, buka warung makan, kelontong atau usaha
kecil lainnya. Pada masa era media sosial sekarang bisa dimanfaatkan untuk
jualan online. Misal ibu-ibu yang hobi masak atau bikin kue di rumah, bisa
menyalurkan hobinya tersebut dan dijual secara online melalui media facebook,
instagram atau melalui status whatsapp. Selain itu bisa menyalurkan hobi jualan
baju atau mungkin jilbab yang sedang trend sekarang ini. Bagi bapak-bapak bisa
berbisnis tanaman, peternakan atau kuliner. Bisnis produk makanan sehat juga
bisa dijadikan suatu peluang dimana gaya hidup masyarakat saat ini beralih ke
gaya hidup yang lebih sehat. Apapun bisa dijadikan peluang usaha asalkan kita
menjalaninya dengan senang hati dan tanpa paksaan, apalagi sesuai hobi
masing-masing.
Keluarga atau orang lain yang terdekat akan sangat
membantu atau mempengaruhi seseorang agar tidak mengalami post power syndrome.
Hal ini karena merekalah yang lebih mengetahui kondisinya. Cara paling mudah
adalah dengan terus menjalin silaturahim dengan orang-orang di sekitar, baik
itu keluarga maupun tetangga. Berkumpullah dengan mereka agar kita tidak pernah
merasa sendirian atau kesepian. Jika perlu bentuklah semacam komunitas dengan
aktivitas yang sederhana tetapi menyehatkan jiwa raga. Seperti komunitas religi
seperti pengajian atau aktivis gereja, bisa juga komunitas berdasarkan hobi.
Komunitas ini sebagian besar beranggotakan pensiunan atau
purnabakti. Awalnya hanya beraktivitas pada pengajian atau tadarus saja. Namun,
selanjutnya berkembang pada aktivitas lainnya seperti jalan sehat pagi, gowes
religi, dan bakti sosial atau bisa juga rekreasi bersama. Bahkan ada komunitas
yang terjadlin berdasarkan hobi, misalnya bernyanyi bersama atau menari/ dance,
sesekali bisa juga mengadakan piknik atau rekreasi bersama sehingga rasa
kesepian dan kosong karena kehilangan teman tidak akan terjadi. Mereka akan
tetap merasa happy dengan hidupnya bahkan kemungkinan akan lebih menikmatinya
pada saat pensiun karena beban atau tanggung jawab pekerjaan yang sudah
berkurang.
Selain itu menjalin komunikasi dan memasyarakatkan diri
dengan baik pada siapa saja tanpa memandang apakah itu selevel ataupun tidak
dengan kita sehingga ketika memasuki masa pensiun, bila kita memiliki
kepribadian yang baik pasti akan tetap akan dihargai dengan baik, tapi
sebaliknya bila memiliki kepribadian yang tidak menyenangkan ,maka siapapun
akan cuek kepada kita. Jangan pernah membanggakan diri,baik karena jabatan,
maupun kekuasaan yang kita miliki,pada saat masa jaya. Janganlah kita pernah
mengabaikan prinsip hidup yang satu ini bahwa segala sesuatu yang sudah
berhasil dicapai, tidak akan selamanya kita miliki, sehingga kelak bila
waktunya memasuki masa pensiun, maka kita dengan berbesar hati dan percaya
diri, berani melenggang masuk ke gelangang arena pensiunan. Hal ini akan
mengatur dan mengarahkan langkah langkah kita ,sehingga kita mampu melengkapi
motto Muda berkarya tua berdaya