Sejarah Gunung Wilis Kediri
Gunung Wilis adalah sebuah gunung berapi (istirahat) yang terletak di Jawa Timur, Indonesia. Tepatnya di Kediri berbatasan di sebelah barat Ponorogo dan Madiun, sebelah selatan Tulungagung, Sebelah utara Nganjuk.
Gunung Wilis memiliki ketinggian 2.169 meter di atas permukaan laut (mdpl) dan termasuk dalam wilayah enam kabupaten yaitu Kabupaten Kediri, Kabupaten Tulungagung, Kabupaten Nganjuk, Kabupaten Madiun, Kabupaten Ponorogo, dan Kabupaten Trenggalek.
Gunung Wilis merupakan salah satu gunung suci dari sembilan gunung suci di Jawa. Perihal kesuciannya tersebut diabadikan dalam Kitab Tantu Panggelaran. Kitab ini berasal dari tahun 1557 Saka (1635 M)[1]. Dalam kitab ini diceritakan tentang proses pemindahan Gunung Mahameru oleh para dewa dari tanah Jambudwipa[2] ke pulau Jawa, dan terbentuknya gunung-gunung di Jawa.
Beginilah kisahnya :
Col andap kulwan, maluhur wetan ikang nuşa jawa; yata pinupak sang hyang mahāmeru, pinalih mangetan.
Tunggak nira hana kari kulwan; matangnyan hana argga kelāça ngarannya mangke, tunggak sang hyang mahāmeru ngūni kacaritanya.
Pucak nira pinalih mangetan, pinutĕr kinĕmbulan dening dewata kabeh; runtuh teka sang hyang mahāmeru.
Kunong tambe ning lĕmah runtuh matmahan gunung katong; kaping rwaning lmah runtuh matmahan gunung wilis;................(Pigeaud, 1924).
Aksara Jawanipun :
꧋ꦕꦺꦴꦭ꧀ꦄꦤ꧀ꦝꦥ꧀ꦏꦸꦭ꧀ꦮꦤ꧀ꦩꦭꦸꦲꦸꦂꦮꦼꦠꦤ꧀ꦆꦏꦁꦤꦸşꦄꦗꦮ;ꦪꦠꦥꦶꦤꦸꦥꦏ꧀ꦱꦁꦲꦾꦁꦩꦃāꦩꦺꦫꦸ꧈ꦥꦶꦤꦭꦶꦃꦩꦔꦺꦠꦤ꧀꧈
꧋ꦠꦸꦁꦒꦏ꧀ꦤꦶꦫꦲꦤꦏꦫꦶꦏꦸꦭ꧀ꦮꦤ꧀;ꦩꦠꦁꦚꦤ꧀ꦲꦤꦄꦂꦒ꧀ꦒꦏꦺꦭ꧀āçꦄꦔꦫꦤ꧀ꦚꦩꦁꦏꦺ꧈ꦠꦸꦁꦒꦏ꧀ꦱꦁꦲꦾꦁꦩꦃāꦩꦺꦫꦸꦔ꧀ūꦤꦶꦏꦕꦫꦶꦠꦚ꧉
꧋ꦥꦸꦕꦏ꧀ꦤꦶꦫꦥꦶꦤꦭꦶꦃꦩꦔꦺꦠꦤ꧀ꦥꦶꦤꦸꦠ꧀ĕꦫ꧀ꦏꦶꦤ꧀ĕꦩ꧀ꦧꦸꦭꦤ꧀ꦝꦼꦤꦶꦁꦣꦺꦮꦠꦏꦧꦺꦃ;ꦫꦸꦤ꧀ꦠꦸꦃꦠꦼꦏꦱꦁꦲꦾꦁꦩꦃāꦩꦺꦫꦸ꧉
꧋ꦏꦸꦤꦺꦴꦁꦠꦩ꧀ꦧꦺꦤꦶꦁꦭ꧀ĕꦩꦃꦫꦸꦤ꧀ꦠꦸꦃꦩꦠ꧀ꦩꦲꦤ꧀ꦒꦸꦤꦸꦁꦏꦠꦺꦴꦁ;ꦏꦥꦶꦁꦫ꧀ꦮꦤꦶꦁꦭ꧀ꦩꦃꦫꦸꦤ꧀ꦠꦸꦃꦩꦠ꧀ꦩꦲꦤ꧀ꦒꦸꦤꦸꦁꦮꦶꦭꦶꦱ꧀;꧉꧉꧉꧉꧉꧉꧉꧉꧉꧉꧉꧉꧉꧉꧉꧉(ꦥꦶꦒꦺꦪꦻꦴꦣ꧀꧇꧑꧙꧒꧔꧇)꧉
Terjemahan dalam bahasa Indonesia :
Dilepaskan turun di sebelah barat, menuju ke timur pulau Jawa. kemudian dilepaslah Sang Hyang Mahameru, dipindah ke timur. Dasarnya tertinggal di barat. Oleh sebab itu terciptalah gunung yang bernama Kailaca nanti. Mengenai Sang Hyang Mahameru beginilah ceritanya. Puncaknya dipindah ke timur, dikitari oleh semua para dewa; runtuh dari Sang Hyang Mahameru. Setelah jatuh ke tanah terciptalah Gunung Katong[3]; yang kedua tanah jatuh menciptakan Gunung Wilis;......….(Munib, NB, 2011).
Dari kutipan di atas, diketahui bahwa sekitar abad 16-17 nama “Wilis” telah digunakan. Gunung Wilis merupakan runtuhan kedua setelah Gunung Katong (Lawu) dari rentetan guguran Sang Hyang Mahameru yang dipindah dari india ke tanah Jawa. Jadi, sebagai salah satu bagian dari Sang Hyang Mahameru maka Gunung Wilis adalah gunung suci bagi umat Hindu. Kesucian tersebut dapat pula dilihat dari ditemukannya bangunan suci berupa reruntuhan bangunan suci di lereng-lerengnya.
Goa Selomangleng Kediri, Candi Ngetos, Omben Jago, Candi Penampihan, Candi Pandupragulopati, Situs Condrogeni dan beberapa pusat kerajaan yang tumbuh kembang di sekitar Gunung Wilis. Sebutlah, Kerajaan Wengker di nagara Lwa, Kerajaan Wurawan di nagara Glang-Glang berkembang di bagian barat Gunung Wilis. Sedangkan Kerajaan Panjalu di nagara Daha berkembang di timur Gunung Wilis.
Gunung Wilis Tempat Semedi Prabu Jayabaya
Daya Linuwih Gunung Wilis
Gunung Wilis sejak dulu kala digunakan sebagai tempat meditasi bagi kalangan kraton di Jawa. Misalnya Prabu Jayabaya kerap tetirah di grojogan Seduda Sawahan yang berada di lingkungan Gunung Wilis. Patih Gajahmada melakukan tapa brata di daerah Ngliman. Prabu Brawijaya menjalankan lelaku di daerah Bajulan.
Sebegitu pentingnya kawasan gunung Wilis sebagai tempat untuk menjalankan kegiatan spiritual, maka peranannya sangat berpengaruh pada sejarah. Pada tahun 1979, Ki Panut Darmoko menciptakan lelagon Nganjuk Mranani dengan setting Gunung Wilis dan Gunung Pandan. Keindahan alam dilukiskan dengan amat asri.
Kutha cilik sangisore Gunung Wilis
iku pantes dadi pecangkramaning pra turis
yo kanca ning Seduda ing perenging arga
lelumban lan byur-byuran weh bagasing raga
rampung njajan nginep neng pesanggrahan
wis mesthi kepranan nyawang kaendahan
Jo lali jo keri kutha Nganjuk mranani
Aksara Jawanipun :
ꦏꦸꦛꦕꦶꦭꦶꦏ꧀ꦱꦔꦶꦱꦺꦴꦫꦺꦒꦸꦤꦸꦁꦮꦶꦭꦶꦱ꧀
ꦆꦏꦸꦥꦤ꧀ꦠꦺꦱ꧀ꦝꦣꦶꦥꦼꦕꦁꦏꦿꦩꦤꦶꦁꦥꦿꦠꦸꦫꦶꦱ꧀
꧋ꦪꦺꦴꦏꦚ꧀ꦕꦤꦶꦁꦱꦼꦣꦸꦣꦆꦁꦥꦼꦉꦔꦶꦁꦄꦂꦒ
꧋ꦊꦭꦸꦩ꧀ꦧꦤ꧀ꦭꦤ꧀ꦧꦾꦸꦂꦧꦾꦸꦫꦤ꧀ꦮꦺꦃꦧꦒꦱꦶꦁꦫꦒ
ꦫꦩ꧀ꦥꦸꦁꦚ꧀ꦗꦗꦤ꧀ꦔꦶꦤꦺꦥ꧀ꦤꦺꦁꦥꦼꦱꦁꦒꦿꦲꦤ꧀
ꦮꦶꦱ꧀ꦩꦼꦱ꧀ꦛꦶꦏꦼꦥꦿꦤꦤ꧀ꦚꦮꦁꦏꦌꦤ꧀ꦝꦲꦤ꧀
꧋ꦗꦺꦴꦭꦭꦶꦗꦺꦴꦏꦼꦫꦶꦏꦸꦛꦔꦚ꧀ꦗꦸꦏ꧀ꦩꦿꦤꦤꦶ
Orang Nganjuk menyebut Gunung Wilis dengan nama Gunung Kidul. Para penduduknya disebut dengan brang kidul. Seolah-olah buat orang tidak pernah bepergian, Gunung Wilis dan sekitarnya itu sudah tampak sangat jauh. Meskipun dengan kampung halaman saya letaknya agak jauh, namun Gunung Wilis tampak jelas punggungnya. Besar, gagah, biru dan sangat menawan hati. Bagi mereka yang mendaki Gunung Wilis pasti bakal ketemu dengan Grojogan Sewu yang terkenal dengan nama Air Terjun Sedhudha.
“Ada kepercayaan bahwa siapa saja yang mandi di Grojogan Sedhudha akan selalu awet muda.”
Bagi penguasa Jakarta, Kabupaten Kediri dianggap gawat kaliwat liwat, angker kepati Pati. Sampai sekarang wilayah Kediri dipercaya sebagai daerah yang wingit, angker kepati pati. Selamanya tidak ada Presiden Indonesia yang berani datang di wilayah Kediri. Presiden RI selalu merasa sor prebawa, kalah awu dengan pimpinan Kediri.
Bocah Gunung
Nadyan aku bocah gunung
Doh banget dunungku
Ora usah ndadak nganggo bingung
Yen ta pancen tresna aku
Pancen isih dadi lakon
Ninggalke sliramu
Ra orane yen bakal kelakon
Pepisahan karo aku
Muga-muga aja nganti gawe gela
Nga dinunga tinebehna ing rubeda
Ala yo mas – yo mas yo mas
Apa kowe ra kelingan
Dolan neng omahku
Aneng latar padha lelungguhan
Geguyonan karo aku
Aksara Jawanipun :
ꦧꦺꦴꦕꦃꦒꦸꦤꦸꦁ
ꦤꦣꦾꦤ꧀ꦄꦏꦸꦧꦺꦴꦕꦃꦒꦸꦤꦸꦁ
ꦣꦺꦴꦃꦧꦔꦼꦠ꧀ꦝꦸꦤꦸꦁꦏꦸ
ꦎꦫꦈꦱꦃꦤ꧀ꦝꦣꦏ꧀ꦔꦁꦒꦺꦴꦧꦶꦔꦸꦁ
ꦪꦺꦤ꧀ꦠꦥꦚ꧀ꦕꦺꦤ꧀ꦠꦿꦼꦱ꧀ꦤꦄꦏꦸ
ꦥꦚ꧀ꦕꦺꦤ꧀ꦆꦱꦶꦃꦣꦝꦶꦭꦏꦺꦴꦤ꧀
ꦤꦶꦁꦒꦭ꧀ꦏꦺꦱ꧀ꦭꦶꦫꦩꦸ
ꦫꦎꦫꦤꦺꦪꦺꦤ꧀ꦧꦏꦭ꧀ꦏꦼꦭꦏꦺꦴꦤ꧀
ꦥꦼꦥꦶꦱꦲꦤ꧀ꦏꦫꦺꦴꦄꦏꦸ
ꦩꦸꦒꦩꦸꦒꦄꦗꦔꦤ꧀ꦠꦶꦒꦮꦺꦒꦼꦭ
ꦔꦣꦶꦤꦸꦔꦠꦶꦤꦺꦧꦺꦃꦤꦆꦁꦫꦸꦧꦺꦣ
꧋ꦄꦭꦪꦺꦴꦩꦱ꧀–ꦪꦺꦴꦩꦱ꧀ꦪꦺꦴꦩꦱ꧀
ꦄꦥꦏꦺꦴꦮꦺꦫꦏꦼꦭꦶꦔꦤ꧀
ꦣꦺꦴꦭꦤ꧀ꦤꦺꦁꦎꦩꦃꦏꦸ
ꦄꦤꦺꦁꦭꦠꦂꦥꦣꦊꦭꦸꦁꦒꦸꦲꦤ꧀
ꦒꦼꦒꦸꦪꦺꦴꦤꦤ꧀ꦏꦫꦺꦴꦄꦏꦸ
Dafar Pustaka:
Munib, NB. 2011. Dinamika Kekuasaan Raja Jayakatyeng di Kerajaan Glang-Glang Tahun 1170-1215 Çaka: Tinjauan Geopolitik. Skripsi. Malang: FIS UM
Pigeaud, Th G T. 1924. De Tantu Panggelaran. Leiden: s’Gravenhage, Nederl. Boek en Steendrukkerij voorheen H.L. Smits.
[1] Terdapat pada penutup kitab “tlas (s)inurat sang hyang tantu panglaran ring karangkabhujanggan kutritusan, dina u(manis) bu(dha) madangsya, titi sasi kasa, rah 7, tengek 5, rsi pandawa buta tunggal(1557)”(Pigeaud, 1924)
[2] Nama kuno wilayah India
[3] Nama kuno Gunung Lawu
Berikut penulis sajikan artikel Sejarah Gunung Wilis :