Kisah Siddhartha Gautama (Berbagai Versi)
Siddhartha Gautama
adalah cikal bakal agama Buddha yang hidup pada paruh kedua milenium pertama
sebelum Masehi. Siddhartha Gautama juga
dikenal sebagai Sakyamuni dan Tathagata.
Berikut adalah
garis besar riwayat hidup Siddhartha
Gautama :
·
Dilahirkan
pada tahun 563 SM di Taman Lumbini, yang sekarang berada di Nepal
·
Pangeran
Siddhartha merupakan anak yang cerdas dan pandai
·
Menikah
dengan Putri Yasodhara pada usia 16 tahun
·
Raja
Suddhodana khawatir jika Siddhartha meninggalkan istana dan menjadi pertapa
·
Siddhartha
meninggalkan istana, keluarga, dan kemewahan untuk mencari pencerahan
·
Mempelajari
latihan pertapaan dari pertapa Bhagava, Alara Kalama, dan Udraka Ramputra
·
Mengajarkan
Empat Kebenaran Mulia dan Jalan Mulia Berunsur Delapan
·
Mengajarkan
Dhamma untuk membebaskan makhluk dari penderitaan menuju kebahagiaan
Siddhartha Gautama
dihormati oleh umat Buddha sebagai makhluk yang sepenuhnya tercerahkan.
Berikut Kisahnya Siddhattha Gotama
Dikutip dari Wikipedia, Siddhattha Gotama
(Pali; Sanskerta : Siddhartha Gautama), juga dikenal sebagai Sakyamuni dan
Tathāgata, adalah seorang guru pertapa dan spiritual Asia Selatan yang hidup
pada paruh kedua milenium pertama sebelum Masehi. Dia adalah cikal bakal Buddhisme
dan dihormati oleh umat Buddha sebagai makhluk yang sepenuhnya tercerahkan yang
mengajarkan jalan menuju Nirwana (secara harfiah : lenyap atau
padam), kebebasan dari ketidaktahuan, nafsu keinginan, kelahiran kembali
dan penderitaan.
Menurut tradisi
Buddhis, Sang Buddha lahir di Lumbini di tempat yang sekarang disebut Nepal,
kepada orang tua bangsawan dari klan Shakya, tetapi meninggalkan keluarganya
untuk hidup sebagai pertapa pengembara. Memimpin kehidupan mengemis, pertapaan,
dan meditasi, ia mencapai pencerahan di Bodh Gaya. Sang Buddha kemudian
mengembara melalui dataran Gangga yang lebih rendah, mengajar dan membangun
sebuah ordo monastik. Dia mengajarkan jalan tengah antara pemanjaan indria dan
asketisme yang parah, sebuah pelatihan pikiran yang mencakup pelatihan etis dan
praktik meditatif seperti usaha, perhatian, dan jhana. Dia meninggal di
Kushinagar, mencapai parinirvana. Sang Buddha sejak itu dihormati oleh banyak
kepercayaan dan komunitas di seluruh Asia.
Beberapa abad
setelah kematian Sang Buddha, ajarannya disusun oleh komunitas Buddhis di
Vinaya, kodenya untuk praktik monastik, dan Sutta, teks berdasarkan khotbahnya.
Ini diturunkan dalam dialek Indo-Arya Tengah melalui tradisi lisan.
Generasi-generasi selanjutnya menyusun teks-teks tambahan, seperti risalah
sistematis yang dikenal sebagai Abhidharma, biografi Sang Buddha,
kumpulan cerita tentang kehidupan masa lalunya yang dikenal sebagai kisah
Jataka, dan khotbah tambahan, yaitu sutra Mahayana
Kelahiran
Pangeran Siddharta
dilahirkan pada tahun 623 SM di Taman Lumbini, saat Ratu Maha Maya berdiri
memegang dahan pohon sala. Pada saat ia lahir, dua arus kecil jatuh dari
langit, yang satu dingin sedangkan yang lainnya hangat. Arus tersebut membasuh
tubuh Siddhartha. Siddhartha lahir dalam keadaan bersih tanpa noda, berdiri
tegak dan langsung dapat melangkah ke arah utara, dan tempat yang dipijakinya
ditumbuhi bunga teratai.
Oleh para pertapa
di bawah pimpinan Asita Kaladewala, diramalkan bahwa Pangeran kelak akan menjadi
seorang Chakrawartin (Maharaja Dunia) atau akan menjadi seorang Buddha. Hanya
pertapa Kondañña yang dengan tegas meramalkan bahwa Pangeran kelak akan menjadi
Buddha. Mendengar ramalan tersebut Sri Baginda menjadi cemas, karena apabila
Pangeran menjadi Buddha, tidak ada yang akan mewarisi tahta kerajaannya. Oleh
pertanyaan Raja, para pertapa itu menjelaskan agar Pangeran jangan sampai
melihat empat macam peristiwa. Bila tidak, ia akan menjadi pertapa dan kelak
menjadi Buddha. Empat macam peristiwa itu adalah :
·
Orang
tua,
·
Orang
sakit,
·
Orang
mati,
·
Seorang
pertapa.
Masa kecil
Sejak kecil sudah
terlihat bahwa Pangeran adalah seorang anak yang cerdas dan sangat pandai,
selalu dilayani oleh pelayan-pelayan dan dayang-dayang yang masih muda dan
cantik rupawan di istana yang megah dan indah. Pada saat berusia 7 tahun,
Pangeran Siddharta mempunyai 3 kolam bunga teratai, yaitu :
·
Kolam
Bunga Teratai Berwarna Biru (Uppala)
·
Kolam
Bunga Teratai Berwarna Merah (Paduma)
·
Kolam
Bunga Teratai Berwarna Putih (Pundarika)
Dalam Usia 7 tahun
Pangeran Siddharta telah mempelajari berbagai ilmu pengetahuan. Pangeran
Siddharta menguasai semua pelajaran dengan baik. Dalam usia 16 tahun Pangeran
Siddharta menikah dengan Puteri Yasodhara yang dipersuntingnya setelah
memenangkan berbagai sayembara. Dan saat berumur 16 tahun, Pangeran memiliki
tiga Istana, yaitu :
·
Istana
Musim Dingin (Ramma)
·
Istana
Musim Panas (Suramma)
·
Istana
Musim Hujan (Subha)
·
Masa
dewasa
Kata-kata pertapa
Asita membuat Raja Suddhodana tidak tenang siang dan malam, karena khawatir
kalau putra tunggalnya akan meninggalkan istana dan menjadi pertapa, mengembara
tanpa tempat tinggal. Untuk itu Baginda memilih banyak pelayan untuk merawat
Pangeran Siddharta, agar putra tunggalnya menikmati hidup keduniawian. Segala
bentuk penderitaan berusaha disingkirkan dari kehidupan Pangeran Siddharta,
seperti sakit, umur tua, dan kematian, sehingga Pangeran hanya mengetahui
kenikmatan duniawi.
Suatu hari Pangeran Siddharta meminta izin untuk berjalan di luar istana, di mana pada kesempatan yang berbeda dilihatnya Empat Kondisi yang sangat berarti, yaitu orang tua, orang sakit, orang mati dan orang suci.
Pangeran Siddhartha bersedih dan menanyakan kepada dirinya sendiri, Apa arti kehidupan ini ?, kalau semuanya akan menderita sakit, umur tua dan kematian.
Lebih-lebih mereka yang minta pertolongan kepada orang yang tidak mengerti, yang sama-sama tidak tahu dan terikat dengan segala sesuatu yang sifatnya sementara ini. Pangeran Siddharta berpikir bahwa hanya kehidupan suci yang akan memberikan semua jawaban tersebut.
Selama 10 tahun
lamanya Pangeran Siddharta hidup dalam kesenangan duniawi. Pergolakan batin
Pangeran Siddharta berjalan terus sampai berusia 29 tahun, tepat pada saat
putra tunggalnya Rahula lahir. Pada suatu malam, Pangeran Siddharta memutuskan
untuk meninggalkan istananya dan dengan ditemani oleh kusirnya, Channa.
Tekadnya telah bulat untuk melakukan Pelepasan Agung dengan menjalani hidup suci
sebagai pertapa.
Setelah itu
Pangeran Siddhartha meninggalkan istana, keluarga, kemewahan, untuk pergi
berguru mencari ilmu sejati yang dapat membebaskan manusia dari usia tua, sakit
dan mati. Pertapa Siddharta berguru kepada Alāra Kālāma dan kemudian kepada
Uddaka Ramāputta, tetapi tidak merasa puas karena tidak memperoleh yang
diharapkannya. Kemudian dia bertapa menyiksa diri dengan ditemani lima orang
pertapa. Akhirnya dia juga meninggalkan cara yang ekstrem itu dan bermeditasi
di bawah pohon Bodhi untuk mendapatkan Penerangan Agung.
Masa pengembaraan
Di dalam
pengembaraannya, pertapa Gautama mempelajari latihan pertapaan dari pertapa
Bhagava dan kemudian memperdalam cara bertapa dari dua pertapa lainnya, yaitu
pertapa Alara Kalama dan pertapa Udraka Rāmaputra . Namun setelah mempelajari
cara bertapa dari kedua gurunya tersebut, tetap belum ditemukan jawaban yang
diinginkannya. Sehingga sadarlah pertapa Gautama bahwa dengan cara bertapa
seperti itu tidak akan mencapai Pencerahan Sempurna. Kemudian pertapa Gautama
meninggalkan kedua gurunya dan pergi ke Magadha untuk melaksanakan bertapa
menyiksa diri di hutan Uruvela, di tepi Sungai Nairanjana(Naranjara) yang
mengalir dekat Hutan Gaya. Walaupun telah melakukan bertapa menyiksa diri
selama enam tahun di Hutan Uruvela, tetap pertapa Gautama belum juga dapat
memahami hakikat dan tujuan dari hasil pertapaan yang dilakukan tersebut.
Pada suatu hari
dalam pertapaannya, pertapa Gotama kedatangan seorang roh pemusik/gandharva
yang kemudian melantunkan sebuah syair :
Bila senar kecapi ini dikencangkan, suaranya akan semakin tinggi. Kalau terlalu dikencangkan, putuslah senar kecapi ini, dan lenyaplah suara kecapi itu. Bila senar kecapi ini dikendorkan, suaranya akan semakin merendah. Kalau terlalu dikendorkan, maka lenyaplah suara kecapi itu.
---------
Nasihat tersebut sangat berarti bagi pertapa
Gautama yang akhirnya memutuskan untuk menghentikan tapanya lalu pergi ke
sungai untuk mandi. Badannya yang telah tinggal tulang hampir tidak sanggup
untuk menopang tubuh pertapa Gautama. Seorang wanita bernama Sujata memberi
pertapa Gautama semangkuk susu. Badannya dirasakannya sangat lemah dan maut
hampir saja merenggut jiwanya, namun dengan kemauan yang keras membaja, pertapa
Gautama melanjutkan samadhinya di bawah pohon bodhi (Asattha) di Hutan Gaya,
sambil ber-prasetya, "Meskipun darahku mengering, dagingku membusuk,
tulang belulang jatuh berserakan, tetapi aku tidak akan meninggalkan tempat ini
sampai aku mencapai Pencerahan Sempurna."
Perasaan bimbang
dan ragu melanda diri pertapa Gautama, hampir saja Dia putus asa menghadapi
godaan Mara, dewa penggoda yang dahsyat. Dengan kemauan yang keras membaja dan
dengan keyakinan yang teguh kukuh, akhirnya godaan Mara dapat dilawan dan
ditaklukkannya. Hal ini terjadi ketika bintang pagi memperlihatkan dirinya di
ufuk timur.
Pertapa Gautama
telah mencapai Pencerahan Sempurna dan menjadi Samyaksam-Buddha (Samma
sam-Buddha), tepat pada saat bulan Purnama Siddhi pada bulan Waisak ketika ia
berusia 35 tahun (menurut versi Buddhisme Mahayana, 531 SM pada hari ke-8 bulan
ke-12, menurut kalender lunar. Versi WFB, pada bulan Mei tahun 588 SM). Pada
saat mencapai Pencerahan Sempurna, dari tubuh Siddharta memancar enam sinar
Buddha (Buddharasmi) dengan warna biru (nila) yang berarti bhakti; kuning
(pita) mengandung arti kebijaksanaan dan pengetahuan; merah (lohita) yang
berarti kasih sayang dan belas kasih; putih (Avadata) mengandung arti suci;
jingga (mangasta) berarti semangat ; dan campuran sinar tersebut (prabhasvara)
Penyebaran Ajaran Buddha
Setelah mencapai Pencerahan Sempurna, pertapa Gautama mendapat gelar kesempurnaan yang antara lain :
Buddha Gautama, Buddha Sakyamuni, Tathagata (Ia Yang Telah Datang, Ia Yang Telah Pergi), Sugata (Yang Maha Tahu), Bhagava (Yang Agung) dan sebagainya.
Lima pertapa yang mendampingi Dia di hutan Uruvela merupakan murid
pertama Buddha yang mendengarkan khotbah pertama Dhammacakka Pavattana Sutta,
di mana Dia menjelaskan mengenai Jalan Tengah yang ditemukan-Nya, yaitu Delapan
Ruas Jalan Kemuliaan termasuk awal khotbahNya yang menjelaskan Empat
Kebenaran Mulia.
Buddha Gautama
berkelana menyebarkan Dharma selama empat puluh lima tahun lamanya kepada umat
manusia dengan penuh cinta kasih dan kasih sayang, hingga akhirnya mencapai
usia 80 tahun, saat ia menyadari bahwa tiga bulan lagi ia akan mencapai
Parinibbana.
Buddha dalam
keadaan sakit terbaring di antara dua pohon sala di Kusinagara, memberikan
khotbah Dharma terakhir kepada siswa-siswa-Nya, lalu Parinibbana (versi
Buddhisme Mahayana, 486 SM pada hari ke-15 bulan ke-2 kalender Lunar. Versi WFB
pada bulan Mei, 543 SM). Seorang tabib pribadi dan pengikutnya yang setia,
Jivaka, merawat Sang Buddha pada masa sakitnya.
Sifat Agung Buddha
Seorang Buddha
memiliki sifat Cinta Kasih (maitri atau metta) dan Kasih Sayang (karuna). Jalan
untuk mencapai Kebuddhaan ialah dengan melenyapkan ketidaktahuan atau kebodohan
batin yang dimiliki oleh manusia. Pada waktu Pangeran Siddharta meninggalkan
kehidupan duniawi, ia telah mengikrarkan Empat Prasetya yang berdasarkan Cinta
Kasih dan Kasih Sayang yang tidak terbatas, yaitu :
·
Berusaha
menolong semua makhluk.
·
Menolak
semua keinginan nafsu keduniawian.
·
Mempelajari,
menghayati dan mengamalkan Dharma.
·
Berusaha
mencapai Pencerahan Sempurna.
Buddha Gautama
pertama melatih diri untuk melaksanakan amal kebajikan kepada semua makhluk dengan
menghindarkan diri dari sepuluh tindakan yang diakibatkan oleh tubuh, ucapan
dan pikiran, yaitu :
·
Tubuh
(kaya) : pembunuhan, pencurian, perbuatan jinah.
·
Ucapan
(vaci) : penipuan, pembicaraan fitnah, pengucapan kasar, percakapan tiada
manfaat.
·
Pikiran
(mano) : kemelekatan, niat buruk dan kepercayaan yang salah.
Cinta kasih dan
kasih sayang seorang Buddha adalah cinta kasih untuk kebahagiaan semua makhluk
seperti orang tua mencintai anak-anaknya, dan mengharapkan berkah tertinggi
terlimpah kepada mereka. Akan tetapi terhadap mereka yang menderita sangat
berat atau dalam keadaan batin gelap, Buddha akan memberikan perhatian khusus.
Dengan Kasih Sayang-Nya, Buddha menganjurkan supaya mereka berjalan di atas
jalan yang benar dan mereka akan dibimbing dalam melawan kejahatan, hingga
tercapai Pencerahan Sempurna.
Sebagai Buddha,
Dia telah mengenal semua orang dan dengan menggunakan berbagai cara. Dia telah
berusaha untuk meringankan penderitaan banyak makhluk. Buddha Gautama
mengetahui sepenuhnya hakikat dunia, Ia menunjukkan tentang keadaan dunia
sebagaimana adanya. Buddha Gautama mengajarkan agar setiap orang memelihara
akar kebijaksanaan sesuai dengan watak, perbuatan dan kepercayaan
masing-masing. Ia tidak saja mengajarkan melalui ucapan, akan tetapi juga melalui
perbuatan. Dalam mengajar umat manusia yang mendambakan lenyapnya Dukkha, Dia
menggunakan jalan pembebasan dari kelahiran dan kematian untuk membangunkan
perhatian mereka.
Pengabdian Buddha
Gautama telah membuat diri-Nya mampu mengatasi berbagai masalah di dalam
berbagai kesempatan yang pada hakikatnya adalah Dharma-kaya, yang merupakan
keadaan sebenarnya dari hakikat yang hakiki dari seorang Buddha. Buddha adalah
perlambang dari kesucian, yang tersuci dari semua yang suci. Karena itu, Buddha
adalah Raja Dharma yang agung. Buddha mengkhotbahkan Dharma, akan tetapi sering
terdapat telinga orang yang bodoh karena keserakahannya dan kebenciannya, tidak
mau memperhatikan dan mendengarkan khotbah-Nya. Bagi mereka yang mendengarkan
khotbah-Nya, yang dapat mengerti dan menghayati serta mengamalkan Sifat Agung
Buddha akan terbebas dari penderitaan hidup. Mereka tidak akan dapat tertolong
hanya karena mengandalkan kepintarannya sendiri.
Karakteristik Fisik
Sumber-sumber awal menggambarkan Sang Buddha mirip dengan biksu Buddhis lainnya. Berbagai wacana menggambarkan bagaimana dia memotong rambut dan janggutnya ketika meninggalkan dunia.
Demikian juga, Digha Nikaya 3 memiliki seorang brahmana yang menggambarkan Sang Buddha sebagai pria yang dicukur atau botak (mundaka).
Digha Nikaya 2 juga menjelaskan bagaimana Raja Ajatashatru tidak dapat membedakan bhikkhu mana yang merupakan Sang Buddha ketika mendekati sangha dan harus meminta menterinya untuk menunjukkannya.
Demikian pula, dalam MN 140, seorang
pengemis yang melihat dirinya sebagai pengikut Sang Buddha bertemu dengan-Nya
secara langsung tetapi tidak dapat mengenalinya.
Berbagai teks
Buddhis mengaitkan Buddha dengan serangkaian karakteristik fisik yang luar
biasa, yang dikenal sebagai 32 Tanda Manusia Agung (Sanskerta :
mahāpuruṣa lakṣaṇa).
Menurut Anālayo,
ketika mereka pertama kali muncul dalam teks-teks Buddhis, tanda fisik ini
awalnya dianggap tidak terlihat oleh orang biasa, dan membutuhkan pelatihan
khusus untuk mendeteksinya. Namun kemudian, mereka digambarkan terlihat oleh
orang-orang biasa dan sebagai keyakinan yang mengilhami Buddha.
Karakteristik ini dijelaskan dalam Digha
Nikaya Lakkhaṇa Sutta (D, I:142)
Versi (2)
Kisah hidup Siddharta Gautama sebelum menjadi Buddha
Kisah hidup
Siddharta Gautama sebelum menjadi Buddha Kelahiran Siddharta Gautama sudah
diramalkan oleh cenanyang bernama Asita. Masih dari sumber yang sama, Asita
mengungkapkan bahwa Siddharta kecil kelak akan menjadi pemimpin yang hebat.
Mungkin juga menjadi maharaja seluruh India. Jika dia tumbuh dalam kehidupan
religius, Siddharta akan menjadi pertama yang mulia. Ketika hal itu dihubungkan
dengan keturunannya yang mulia, maka mungkin bisa menjadi penyelamat dunia.
Siddharta tumbuh
menjadi anak yang cerdas dan sangat pandai. Di usia 7 tahun, Siddharta sudah
mempelajari berbagai ilmu pengetahuan. Dia menikah dengan Putri Yasodhara
ketika berusia 16 tahun. Namun, ramalan Asita menghantui ayah Siddharta. Sang
ayah khawatir jika Siddharta memutuskan untuk meninggalkan istana dan menjadi
pertapa. Pasalnya, Raja lebih memilih anaknya untuk mewarisi kekuasaannya
sebagai raja.
Siddharta Gautama menjadi Buddha
Kekhawatiran Raja menjadi nyata. Di usia 29 tahun, Siddharta memutuskan untuk meninggalkan istana, istri, dan anaknya yang baru lahir. Ia pergi untuk menjadi seorang pertapa yang bertujuan menemukan cara untuk menghilangkan penderitaan atau membebaskan manusia dari usia tua, sakit, dan mati. Keputusannya ini muncul setelah dirinya berjumpa dengan orang tua, orang sakit, orang mati, dan seorang pertapa yang sebelumnya dilarang ditemuinya. Siddharta kemudian bermeditasi menggunakan berbagai guru spiritual yang membimbingnya. Ia bermediasi di bawah pohon Bodhi untuk mendapatkan penerangan Agung. Setelah enam tahun, konon Siddharta mendapatkan kenyataan bahwa bertapa dengan menyiksa diri maupun hidup terlalu berfoya-foya, bukanlah jawaban akan sesuatu hal yang mampu melampaui penderitaan dan karma.
Pemikiran tersebut
dianggap menyimpang dari aliran Hindu pada masa itu. Alhasil, ia pun mengembara
ke sebelah selatan India untuk mencari prinsip-prinsip spiritual yang dapat
membentuk fondasi Buddhisme. Pada akhirnya di bawah pohon Bodhi, ia memperoleh
apa yang dicita-citakannya, yakni ajaran tentang sebab akibat penderitaan dan
cara-cara mendapatkan kelepasan yang tersimpul dalam pandangan filosofis.
Pertapa Siddharta telah mencapai Pencerahan Sempurna dan menjadi
Samyaksam-Buddha (Sammasam-Buddha), tepat pada saat bulan Purnama Siddhi di
bulan Waisak ketika ia berusia 35 tahun.
Menyebarkan Agama Buddha
Buddha Gautama
mendapat gelar setelah mencapai pencerahan sempurna, seperti Buddha Gautama,
Sakyamuni, Tathagata (Ia Yang Telah Datang, Ia Yang Telah Pergi), Sugata (Yang
Maha Tahu), Bhagava (Yang Agung). Dia menyampaikan khotbah pertamanya di Taman
Rusa, Isipatan, Samath kepada lima pertama yang dulu menjadi rekan bertapanya.
Selama 45 tahun, ia menyampaikan khotbahnya demi kebahagiaan umat manusia
hingga memasuki Maha Pari-Nibbana di Kusinara pada usia 80 tahun. Dikutip dari
Kompas.com (2022), sepanjang hidupnya, Buddha Gautama menyebarkan ajarannya
kepada sejumlah orang hingga dirinya meninggal pada 486 SM. Setelah Sang Buddha meninggal, tidak ada
penerus yang menyebarkan ajarannya karena muncul banyak aliran agama Buddha
dalam waktu 400 tahun. Beberapa aliran agama Buddha adalah Buddha Nikaya dan
Buddha Mahayana yang masih tersisa hingga sekarang.
Penyebaran agama
Buddha di Indonesia Buddha merupakan agama tertua di dunia. Agama ini masuk ke
Indonesia sekitar abad ke-5. Hal ini merujuk pada peninggalan prasasti yang
ada. Sementara kerajaan bercorak Buddha pertama di Indonesia didirikan antara
abad ke-7 sampai dengan abad ke-12, yakni Kerajaan Sriwijaya. Menurut
Kompas.com (2022), agama Buddha masuk ke Indonesia lewat jalur perdagangan dan
dibawa oleh pengelana China, Fa Hien. Agama Buddha terus berkembang di masa
kerajaan Majapahit hingga pada ke-20. Meyoritas pemeluk Buddha tersebar di di
Jakarta, Riau, Sumatera Utara, dan Kalimantan
Versi (3)
Siddharta Gautama Menurut Islam
Menurut tafsir
Al-Qasimi, Siddharta Gautama tidak memenuhi kriteria sebagai seorang Nabi.
Namun, Siddharta Gautama dan Muhammad mengajarkan nilai yang sama, yaitu
kebenaran universal.
Berikut ini adalah
riwayat hidup Siddharta Gautama :
- Siddharta Gautama lahir pada tahun 623 SM di Taman Lumbini, Nepal.
- Ayahnya adalah Raja Suddhodana dari Suku Sakya dan ibunya adalah Ratu Mahā Māyā Dewi.
- Siddharta Gautama diramalkan akan menjadi seorang Buddha atau Chakrawartin (Maharaja Dunia).
- Siddharta Gautama menikah dengan Putri Yasodhara dan memiliki seorang putra bernama Rahula.
- Siddharta Gautama meninggalkan istana dan keluarganya untuk menjadi pertapa.
- Siddharta Gautama bermeditasi di bawah pohon Bodhi dan mencapai Pencerahan Sempurna.
- Siddharta Gautama menyebarkan ajarannya dan mendirikan agama Buddha di India pada abad ke-6 hingga ke-5 SM.
Penafsiran
Al-Qasimi terhadap QS. Al-Tin ayat 1-3 menuai banyak kontroversi. Beberapa
pendapat ulama kontemporer yang dikutipnya mengindikasikan adanya simbolisasi
Agama Buddha dalam kata al-Tin. Pemikiran semacam ini menimbulkan banyak
spekulasi terutama terkait dengan status Siddharta sebagai salah satu Nabi yang
tidak disebutkan namanya dalam Al-Qur’an. Ulama tanah air seperti Quraisy
Shihab dan HAMKA turut membicarakannya dalam tafsirnya. Penelitian ini
bertujuan untuk menemukan pandangan Al-Qasimi melalui penafsirannya terhadap
ayat-ayat kenabian dalam kitab Maḥāsin al-Ta’wīl fī al-Qur’ān al-Karīm.
Penafsiran-penafsiran
yang ada secara tematis akan membangun sebuah konsep kenabian yang memiliki
beberapa indikator sebagai standar akurasi seorang Nabi dalam Islam. Penelitian
ini merupakan kajian kepustakaan, oleh karena itu metode penelitian yang
digunakan adalah library research. Sumber data dalam penelitian ini adalah
kitab Mahasin Al-Ta’wil dan literatur lainnya yang relevan dengan fokus
penelitian. Berdasarkan analisis yang dilakukan, dapat disimpulkan bahwa
merujuk pada kriteria kenabian, Al-Qasimi memandang bahwa Siddharta Gautama
tidak memenuhi kriteria sebagai seorang Nabi.
Selain itu
implikasi penafsiran surah At-Tin ayat 1-3 oleh Al-Qasimi dalam tafsirnya dapat
memberikan pandangan yang berbeda terhadap idealisme antar-umat beragama. Pada
tataran ini Muhammad maupun Siddharta bahkan para Nabi di seluruh dunia menurut
Al-Qasimi pada dasarnya mengajarkan nilai yang sama, yakni kebenaran universal
yang diakui seluruh umat manusia. Kesadaran akan adanya kebenaran uviversal
tersebut diharapkan akan mewujudkan tercapainya perdamaian dan kesatuan umat
manusia tanpa ada diskriminasi apapun.
Berikut ini adalah
teks, transliterasi, terjemahan, spesifikasi, keutamaan surat dan kutipan
sejumlah tafsir ulama atas surat At-Tin ayat 1-3 :
وَالتِّينِ وَالزَّيْتُونِ (1) وَطُورِ سِينِينَ (2) وَهذَا الْبَلَدِ الْأَمِين
(3)
(1) Wattiini wazzaitun; (2) watuurisiiniin; (3) wahaadzal baladil amiin.
Artinya, "(1)
Demi buah tin dan buah zaitun; (2) demi Gunung Sinai; (3) Dan negeri (Makkah)
yang aman ini."
Spesifikasi Surat
At-Tin Surat At-Tin adalah surat ke-95 dalam urutan mushaf, termasuk dalam
golongan surat Makiyah, terdiri dari 8 ayat, 34 kalimat dan 150 huruf. Surat
ini diturunkan setelah surat al-Buruj. Penamaannya dengan surat at-Tin karena
Allah bersumpah pada permulaan surat dengan "Wat-Tin waz-Zaitun"
dimana dalam keduanya terdapat banyak kebaikan, manfaat, dan keberkahan.
Keutamaan Surat At-Tin Al-Baidhawi dalam tafsirnya menuliskan sebuah hadis
tentang keutamaan surat ini, sebagai berikut :
عن النبي صلّى الله عليه وسلم: من
قرأ سورة والتين أعطاه الله العافية واليقين ما دام حياً، فإذا مات أعطاه الله من الأجر
بعدد من قرأ هذه السورة
Artinya,
"Dari Nabi saw "Barangsiapa membaca surat Wat Tin maka Allah akan
memberikan kesehatan dan keyakinan selama hidupnya; dan bila ia telah mati,
Allah akan memberikanya pahala sejumlah bilangan manusia yang membaca surat
ini".(Nasiruddin as-Syairazi al-Baidhawi, Anwarut Tanzil wa Asrart Ta'wil,
[Beirut, Dar Al-Kutub Al-Islamiyah: 2009 M], juz III, halaman 565).
Ragam Tafsir Surat At-Tin Ayat 1-3 Dalam surat
ini Allah bersumpah dengan empat hal yakni, at-Tin, az-Zaitun, Thurisin dan
al-Balad al-Amin. Secara ringkas Imam
Jalaluddin al-Mahalli menjelaskan at-Tin dan az-Zaitun dengan dua jenis
makanan, atau dua bukit di daerah Syam yang menumbuhkan dua jenis makanan
tersebut. Imam Jalaluddin al-Mahalli hanya menyebutkan dua pendapat dari sekian
banyak pendapat tentang maksud dari at-Tin dan az-Zaitun. Di antaranya at-Tin
adalah masjid Nabi Nuh As, Masjidil Haram, Masjid Dimsyik, sedangkan az-Zaitun
adalah Masjidil AqsA, Baitul Maqdis dan lain sebagainya.
Kemudian
"Thurisin" merupakan gunung atau bukit tempat Allah berkata
(berkalam) dengan Nabi Musa. Makna (sinin) itu sendiri adalah yang diberkahi
(al-Mubarak). Sedangkan maksud "al-Balad al-Amin" adalah Makkah.
(Ahmad bin Muhammad As-Shawi, Tafsir Jalalain dan Hasyiyah As-Shawi, [Surabaya,
Dar-Ilm], juz IV, halaman 443). Ada
penafsiran menarik dari Syekh Mustafa al-Maraghi. Ia menjelaskan, yang dimaksud
dengan "Wattiini" adalah Allah bersumpah dengan masa Nabi Adam, bapak
pertama manusia. Yaitu, masa dimana Nabi Adam As dan istrinya, Hawa, mulai
menutupi auratnya dengan daun-daun yang ada di surga. Sedangkan
"wazzaitun", Allah bersumpah dengan zaitun, yakni masa Nabi Nuh As
dan keturunannya saat Allah membinasakan keluarganya dengan banjir bandang. Allah
menyelamatkan Nabi Nuh As dalam perahunya. Kemudian setelah itu sebagian
burung-burung mendatanginya dengan membawa daun pohon zaitun. Nabi Nuh pun
merasa bahagia. Ia tahu bahwa kemurkaan Allah telah reda, dan Allah telah
memberikan izin kepada bumi untuk menelan air banjir bandang supaya bumi dapat
ditempati dan diramaikan manusia. Nabi Nuh pun melabuhkan kapal dan turun dari
kapal dengan anak-anaknya kemudian meramaikan bumi.
Dengan demikian,
ringkasnya al-Maraghi mengatakan bahwa "Wattiini wazzaitun" keduanya
disebutkan dengan dua masa, yakni masa nabi Adam yang merupakan bapak manusia
pertama, dan masanya Nabi Nuh yang merupakan bapak manusia kedua.
Selanjutnya beliau
menafsirkan "Watuurisiiniin" Allah mengingatkan pada sesuatu yang
terjadi di gunung tersebut, yakni tentang tampaknya tanda-tanda bagi Nabi Musa
dan kaumnya yang bersinar dengan diturunkannya kitab Taurat. Tampaknya cahaya
tauhid setelah bumi dikotori dengan berhala. Para nabi setelah Musa selalu
mengajak kaumnya untuk berpegang teguh dengan syariat Allah. Setelah munculnya
bid'ah, kemudian datanglah Nabi Isa untuk membersihkan bid'ah yang dilakukan
kaumnya.
Kaum Nabi Isa pun tidak jauh beda dengan
kaum-kaum sebelumnya. terjadi perselisihan paham agama dalam kaumnya, sehingga
Allah memberikan anugerah kepada manusia dengan munculmya masa cahaya Nabi
Muhammad saw. Hal ini, diisyaratkan dengan firmanya "Wahaadzal baladil
amiin" , yakni negara yang dimuliakan dengan kelahiran Rasul-Nya Muhammad
saw dan dimuliakan dengan Bait al-Haram atau ka'bah. Ringkasnya, Allah bersumpah dengan empat
masa yang terdapat bekas atau pengaruh yang tampak dalam sejarah manusia. Dalam
empat masa tersebut Allah menyelamatkan manusia dari gelap gulita menuju cahaya
yang terang benderang. Wallahu a'lam. (Ahmad bin Mustafa al-Maraghi, Tafsir
Al-Maraghi, [Mesir: Matbaah Mustafa al-Baby al-Halabi: 1365H/1946M], jus XXX,
halaman 194).
Sumber referensi :
·
Kompas.com/Penulis:
Verelladevanka Adryamarthanino, Ari Welianto, Lukman Hadi Subroto | Editor
Widya Lestari Ningsih, Ari Welianto, Tri Indriawati),
·
https://moraref.kemenag.go.id/documents/article/98077985952857942
·
Wikipedia
Penulis : POINT Consultant