Satu Abad Kelahiran Pramoedya Ananta Toer
Kawan-kawan, tentunya diri kalian sudah mengenal siapa sosok Pramoedya. Aku yakin satu-satu di antaramu pasti mengetahui bagaimana Pram menjadi tokoh sastrawan termasyhur di planet ini. Di mana-mana buku-bukunya terpampang dalam susunan rak toko buku, meski catatannya pernah dilarang ketat di bangsa ini untuk tidak dibaca. Tetralogi buruh, Gadis Pantai, Panggil Aku Kartini Saja, Manggir, Cerita Dari Blora, dan banyak lainnya.
Kawan-kawanku yang baik di mana pun berada. Ketahuilah, bahwa di Rusia ada novelis terkenal berkisah tentang perjuangan dan pembebasan bernama, Tolstoy. di Philipina ada Jose Rizal dan di Nusantara ini, Pramoedya Ananta Toer.
Ketahui pulu, bahwa hampir semua karya-karya Pram menampilkan perjuangan Rakyat untuk menjadi manusia yang lebih manusiawi, manusia merdeka, terbebaskan dari belenggu penindasan.
Yang lebih memukau ialah di dalam karyanya Pram selalu menampilkan pahlawan dari Rakyat biasa, tertindas. Bumi Manusia, tokoh perempuan kharismatik bernama Nyai Ontosoroh, punya pendirian hebat, militan, revolusioner, sangat kuat dalam merespon kemajuan. ia lah yang mengatakan di akhir buku tersebut, "kita kalah, Ma..", kata Minke. "kita telah melawan Nak, Nyo, sebaik-baiknya, sehormat-hormatnya", Nyai Ontosoroh.
Di novel Arus Balik juga sama dengan tokohnya, Wiranggaleng seperti Ontosoroh, dedikasi, penuh kasih sayang, militan dan selalu respon pada kemajuan. sekali lagi Pram selalu menampilkan perjuangan Rakyat biasa untuk pembebasan, dan kita bisa dilihat sangat apik dalam novel "Keluarga Gerilya".
Acara "Satu Abad Kelahiran Pramoedya Ananta Toer" sungguh menggembirakan itu semua dan wajib untuk kita ikuti. Sekali lagi, wajib diikuti.!
Untuk bisa memahami secara utuh dan mendalam tentang Pram serta karyanya, kita datang saja..! Ini lebih hebat asupan vitaminnya.
Ya, lebih lanjut, silahkan hubungi nomor yang tertera dalam flyer di bawah ini..!
*
Puisi lentera merah.
#puisi #lentera #merah.