Kisah Tembok Raksasa China dibuat Zulkarnain
Tembok Besar China pada awalnya merupakan benteng pertahanan yang dibangun untuk melindungi Tiongkok dari serangan suku nomaden dari utara. Tembok ini dibangun secara bertahap dari abad ke-3 SM hingga abad ke-17 M.
Melansir History, pembangunan Tembok Besar China digagas oleh Kaisar Qin Shi Huang, kaisar pertama dari Dinasti Qin yang berhasil menyatukan China, pada abad ke-3 SM.
Tujuan pembangunan :
- Mereka dibangun melintasi batas utara historis negara-negara Tiongkok kuno dan Tiongkok Kekaisaran sebagai perlindungan terhadap berbagai kelompok nomaden dari Stepa Eurasia .
- Melindungi Tiongkok dari serangan suku nomaden dari utara, seperti Xiongnu dan Mongol
- Mempersulit pasukan musuh untuk masuk ke wilayah Tiongkok
Bahan bangunan :
- Tanah yang digemburkan
- Batu gunung
- Rerumputan campur pasir dan ranting-ranting pohon konifer
- Tanah atau tanah campur kerikil
- Batu bata
- Batu
Pembangunan :
- Pembangunan tembok ini melibatkan ratusan ribu pekerja, termasuk 300 ribu orang yang melakukan kerja paksa
- Tembok ini dibangun di atas lereng setinggi 3,7 m dengan rata-rata tinggi tembok 7,6 m dan lebar antara 4,6 m - 9,1 m
- Di sepanjang tembok terdapat menara-menara tinggi sebagai pos penjaga
- Ada juga gerbang-gerbang khusus yang berfungsi sebagai pintu masuk dan keluar
Status :
- Tembok Besar China ditetapkan sebagai Situs Warisan Dunia UNESCO sejak 1987
- Tembok ini merupakan salah satu keajaiban dunia dan ikon dari Negara China
Mereka berkata: “Hai Dzulkarnain, sesungguhnya Ya’juj dan Ma’juj itu orang-orang yang membuat kerusakan di muka bumi, maka dapatkah kami memberikan sesuatu pembayaran kepadamu, supaya kamu membuat dinding antara kami dan mereka?” (Q.S. Al Kahfi 18: 94)
Sekitar 50 km di utara Beijing, ada sebuah desa di kaki bukit bernama Badaling. Dari sinilah para turis memasuki pintu gerbang menuju Tembok Besar Cina (The Great Wall). Pemandangan dari atas tembok sangat indah. Tembok sepanjang 6000 km itu konon bisa terlihat dari bulan. Banyak orang menyangka itulah tembok yang dibuat oleh Zulkarnain dalam surat Al Kahfi. Dan yang disebut Ya’juj dan Ma’juj adalah bangsa Mongol dari Utara yang merusak dan menghancurkan negeri-negeri yang mereka taklukkan. Mari kita cermati kelanjutan surat Al Kahfi ayat 95-98 tentang itu.
Zulkarnain memenuhi permintaan penduduk setempat untuk membuatkan tembok pembatas. Dia meminta bijih besi dicurahkan ke lembah antara dua bukit. Lalu minta api dinyalakan sampai besi mencair. Maka jadilah tembok logam yang licin tidak bisa dipanjat.
Ada tiga hal yang berbeda antara Tembok Cina dan Tembok Zulkarnain.
Pertama, tembok Cina terbuat dari batu-batu besar yang disusun, bukan dari besi.
Kedua, tembok itu dibangun bertahap selama ratusan tahun oleh raja-raja Dinasti Han, Ming, dst. Sambung-menyambung.
Ketiga, dalam Al Kahfi ayat 86, ketika bertemu dengan suatu kaum di Barat, Allah berfirman, “Wahai Zulkarnain, terserah padamu apakah akan engkau siksa kaum itu atau engkau berikan kebaikan pada mereka.” Artinya, Zulkarnain mendapat wahyu langsung dari Tuhan, sedangkan raja-raja Cina itu tidak. Maka jelaslah bahwa tembok Cina bukan yang dimaksud dalam surat Al Kahfi. Jadi di manakan tembok Zulkarnain?
Abdullah Yusuf Ali dalam tafsir The Holy Qur’an menulis bahwa di distrik Hissar, Uzbekistan, 240 km di sebelah tenggara Bukhara, ada celah sempit di antara gunung-gunung batu. Letaknya di jalur utama antara Turkestan ke India dengan ordinat 38oN dan 67oE. Tempat itu kini bernama buzghol-khana dalam bahasa Turki, tetapi dulu nama Arabnya adalah bab al hadid. Orang Persia menyebutnya dar-i-ahani. Orang Cina menamakannya tie-men-kuan. Semuanya bermakna pintu gerbang besi.
Sekarang sudah tidak ada dinding besi di sana, tetapi Hiouen Tsiang, seorang pengembara Cina pernah melewati pintu berlapis besi itu dalam perjalanannya ke India di abad ke-7. Tidak jauh dari sana ada danau yang dinamakan Iskandar Kul. Di tahun 842 Khalifah Bani Abbasiyah, al-Watsiq, mengutus sebuah tim ekspedisi ke gerbang besi tadi. Mereka masih mendapati gerbang di antara gunung selebar 137 m dengan kolom besar di kiri kanan terbuat dari balok-balok besi yang dicor dengan cairan tembaga, tempat bergantung daun pintu raksasa. Persis seperti bunyi surat Al Kahfi. Pada Perang Dunia II, konon Winston Churchill, pemimpin Inggris, mengenali gerbang besi itu. Subhanallah.
Bagaimanapun ini masih berupa spekulasi yang perlu diteliti lebih mendalam. Para arkeolog muslim harus terus mencari lagi tembok itu di berbagai tempat lain berdasarkan artefak-artefak dan dongeng rakyat di pelosok dunia yang mirip-mirip uraian Allah dalam surat Al Kahfi tadi. Jangan cepat-cepat berkata bahwa Kisah Zulkarnain di surat Al Kahfi hanyalah tamsil ibarat yang tidak perlu ada kenyataannya. Bahwa ayat Al Quran cukup untuk dibaca dan diimani saja. Wah, bukankah pendapat semacam ini sangat gegabah, menganggap Allah hanya mendongeng? Astaghfirullah. Kita harus yakin bahwa setiap kisah dalam Al Quran adalah benar. Dan kita ditantang untuk membuktikannya dalam rangka memuliakan agama Allah.
Betul, apa yang dikatakan pak Rusdi bahwa ayat kisah Dzul Qarnain dalam surat Al-Kahfi sebagai tamtsil yang titik tekannya adalah pelajaran dibalik kisah itu, dan kita semua tidak dibebani untuk membuktikan kenyataan hakekatnya cukup bagi kita untuk mengimaninya, namun alangkah baiknya jika seorang muslim pantas haus terhadap hakikat pengetahuan (ilmu) atau paling tidak mencari kecocokan dari hakikat itu sendiri. Masalah Dzul Qarnain telah disinggung pula oleh seorang Ulama Tunisia terkenal hingga zaman ini, beliau adalah Sheikh Mohammed Taher Ben Achour (1972 M/1393 H), dalam tafsir monumentalnya Tafser At-tahrer wa et-tanwer, beliau mengacu pada bukti-bukti sejarah bahwa yang dimaksud Dzul-Qarnain adalah bukan Iskandar Al-Maqduni (Macedonia)yang menurut cerita kebanyakan orang, karena dia bukan dari raja yang shalih bahkan dia adalah seorang penyembah berhala dan tidak memiliki syarat khusus untuk mendapat wahyu atau ilham dari Allah Ta’ala, beliau menta’wil bahwa Dzul qarnain adalah seorang raja China yang adil dan shalih yang bernma Tsin chi hwan qi thai (kira2), karena bangsa china pada zamannya memiliki kepercayaan kongfusius (perbaikan akhlak) yang mungkin saja pendahulunya adalah orang shalih, dan pada zaman tersebut orang-orang China terkenal dengan para tukang besi yang pandai. Dan Tujuan didirikan tembok raksasa tersebut untuk mempertahankan bangsa-bangsa China dari serangan Orang-orang Mongol dan Tatar, dan demikianlah dua nama bangsa tersebut sebagai tafsiran dari Ya’juj (suku Tatar dan turki) dan Ma’juj (Mongol).
Adapun,jika terdapat bukti atau fakta lain yang lebih bisa mencocokan dengan ciri-ciri yang terdapat dalam Al-Qur’an merupakan sebuah kebenaran yang mungkin seperti yang anda kutipkan diatas.
Dalam Buku “Menelusuri Ya’juj wal Ma’juj di Asia” (pengarangnya saya lupa-maaf) disebutkan bahwa yang membangun Tembok Cina adalah Dzulkarnaen dimana sebelumnya Ia diperintah oleh Allah untuk mengunjungi “Negeri Matahari Tenggelam” dan “Negeri Matahari Terbit”. Nah, dalam perjalanan pulangnya dari “Negeri Matahari Terbit”, Dzulkarnaen singgah di tanah Cina dan oleh Kaum cina waktu itu meminta Dzulkarnaen untuk dibangunkan tembok sebagai pelindung dari serangan Ya’juj dan Ma’juj.
Menurut Syaikh Hamdi bin Hamzah Abu Zaid dalam Bukunya yang berjudul Munculnya Ya’juj dan Ma’jud di Asia disebutkan Bahwa Dzulkarnain adalah Raja Mesir anak dari Raja Fir’aun yang tenggelam dilaut merah sewaktu mengejar Nabi Musa. Raja Mesir ini Bernama Akhnaton merupakan satu-satunya raja mesir yg beriman Kepada Tuhannya Nabi Musa. Sesuai dengan Wahyu Tuhan, dia mengembara Kenegeri Cina dan Membangun Tembok Perlindungan dan Kaum ya’jud & Ma’jud.
Koleksi Artikel POINT Consultant