Manusia dilahirkan bebas, dan di mana-mana ia terbelenggu (Jean-Jacques Rousseau)
“Manusia dilahirkan dalam kondisi bebas, namun di mana-mana ia terbelenggu.” Itulah ungkapan paling terkenal dari Jean Jacques Rousseau dalam karyanya The Social Contract. The Social Contract merupakan sebuah buku kontroversial yang mendorong meletusnya Revolusi Prancis pada 1789.
“Manusia dilahirkan bebas, dan di mana-mana ia terbelenggu” adalah kutipan dari buku The Social Contract karya Jean-Jacques Rousseau. Kutipan ini menjadi tema utama dalam karya-karyanya.
Rousseau berpendapat bahwa manusia dilahirkan bebas, tetapi terbelenggu oleh berbagai kekuatan yang menindas. Ia mencoba menunjukkan bahwa manusia kehilangan hak-haknya dan diperbudak oleh paksaan.
Berikut beberapa hal yang dikemukakan Rousseau dalam kutipan tersebut :
- Manusia dilahirkan bebas, tetapi terbelenggu oleh berbagai kekuatan yang menindas
- Manusia diperbudak oleh rantai perbudakan, kemiskinan, kelas, dan sekte
- Manusia perlu melepaskan kebebasan alamiahnya untuk melengkapi keadaan kebebasan dalam masyarakat madani
- Kebebasan setiap individu dikaitkan dengan kebebasan komunitas dan masyarakat
- Negara dan masyarakat yang bersumber dari kontrak sosial hanya mungkin terjadi tanpa paksaan
Jean-Jacques Rousseau, dalam pernyataannya yang terkenal “Manusia dilahirkan bebas, dan di mana-mana ia terbelenggu”, mengungkapkan kritik mendalam terhadap keadaan sosial dan politik manusia. Pernyataan ini muncul dalam karya monumental The Social Contract (1762) dan mencerminkan pandangannya tentang kontradiksi antara kebebasan alami manusia dan keterbatasan yang dihasilkan oleh masyarakat.
Penjelasan Maknanya :
1. Kebebasan Alami
Rousseau percaya bahwa manusia, dalam keadaan alaminya (sebelum munculnya masyarakat), adalah makhluk yang bebas. Kebebasan ini adalah kebebasan sejati, di mana manusia hidup tanpa tekanan, aturan, atau hierarki buatan. Dalam keadaan ini, manusia memiliki otonomi penuh atas dirinya sendiri.
2. Perbudakan oleh Masyarakat
Ketika manusia membentuk masyarakat, kebebasan alami ini mulai terkikis oleh berbagai aturan, norma, dan struktur kekuasaan. Rousseau melihat bahwa masyarakat menciptakan ketidaksetaraan, menindas kebebasan individu, dan membuat manusia terikat oleh kontrak sosial yang sering kali tidak adil.
3. Kontrak Sosial sebagai Solusi
Rousseau tidak sepenuhnya menolak kehidupan sosial. Sebaliknya, ia menawarkan gagasan kontrak sosial yang ideal. Dalam kontrak ini, manusia menyerahkan sebagian kebebasan alami mereka untuk mendapatkan kebebasan sipil—yaitu kebebasan yang didasarkan pada hukum yang adil dan kesetaraan. Kontrak sosial yang benar, menurutnya, harus didasarkan pada kehendak umum (general will), yang mencerminkan kepentingan bersama semua individu.
4. Kritik terhadap Ketidakadilan
Pernyataan ini juga merupakan kritik terhadap sistem politik dan sosial pada masanya—monarki absolut dan ketidaksetaraan yang meluas. Rousseau berargumen bahwa sistem tersebut membuat manusia kehilangan kebebasannya dan menjadi budak bagi kekuasaan atau kelas tertentu.
Relevansi dalam Kehidupan Modern
Rousseau mengingatkan kita bahwa:
• Kebebasan sejati sering kali dikorbankan demi kepentingan sosial, politik, atau ekonomi.
• Struktur masyarakat modern, dengan segala hukum dan institusinya, harus diperiksa untuk memastikan bahwa mereka tidak menindas kebebasan individu.
• Demokrasi sejati hanya bisa terwujud jika keputusan diambil berdasarkan kehendak umum, bukan untuk kepentingan segelintir orang.
Pernyataan ini tetap relevan, terutama di era modern yang masih menghadapi isu seperti ketidaksetaraan, korupsi, dan pelanggaran hak asasi manusia. Rousseau mengajarkan bahwa kebebasan bukanlah sesuatu yang dapat diterima begitu saja, tetapi harus diperjuangkan dan dipelihara dalam setiap aspek kehidupan bermasyarakat.
Ditulis ulang oleh POINT Consultant