Menteri Keuangan Sri Mulyani Mengumumkan Defisit APBN Sebesar Rp31,2 Triliun pada Awal Tahun 2025
Saluran link YouTube :
https://youtu.be/d6uBlheTsPw?si=JSAc0EPXPXIkSgpz
# *Menteri Keuangan Sri Mulyani Mengumumkan Defisit APBN Sebesar Rp31,2 Triliun pada Awal Tahun 2025*
Pada tanggal 13 Maret 2025, Menteri Keuangan Republik Indonesia, Sri Mulyani Indrawati, secara resmi mengumumkan bahwa Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) Indonesia telah mengalami defisit sebesar Rp31,2 triliun hingga akhir Februari 2025. Defisit ini setara dengan 0,13% terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) nasional. Pengumuman ini disampaikan dalam konferensi pers APBN KiTA di kantor Kementerian Keuangan di Jakarta Pusat. Meskipun APBN mengalami defisit di awal tahun, Sri Mulyani menegaskan bahwa kondisi ini masih berada dalam batas target desain APBN 2025 yang direncanakan defisit hingga 2,53% dari PDB. Realisasi defisit tersebut terjadi karena pendapatan negara lebih kecil dibandingkan jumlah pengeluaran pemerintah pada dua bulan pertama tahun anggaran 2025.
## Realisasi dan Penyebab Defisit APBN 2025
Defisit APBN sebesar Rp31,2 triliun di awal tahun 2025 menunjukkan perbedaan yang signifikan dibandingkan dengan kondisi keuangan negara pada periode yang sama di tahun 2024. Pada tahun sebelumnya, APBN justru mencatatkan surplus sebesar Rp22,8 triliun atau setara dengan 0,10% terhadap PDB[2]. Perubahan ini menandakan adanya dinamika yang berbeda dalam pengelolaan keuangan negara di bawah pemerintahan baru Prabowo Subianto dan Gibran Rakabuming Raka yang baru memasuki tahun pertama kepemimpinannya[7].
Sri Mulyani menjelaskan bahwa defisit terjadi karena realisasi belanja negara dalam dua bulan pertama tahun 2025 telah mencapai Rp348,1 triliun atau 9,6% dari total anggaran belanja yang ditetapkan dalam APBN 2025[1]. Jumlah ini lebih besar dibandingkan dengan pendapatan negara yang baru terkumpul sebesar Rp316,9 triliun atau 10,5% dari target APBN 2025[3]. Kesenjangan antara pendapatan dan belanja inilah yang menyebabkan terjadinya defisit anggaran.
Menteri Keuangan juga menyoroti bahwa pengeluaran besar pada awal tahun menjadi salah satu faktor utama penyebab defisit. Hal ini tercermin dari pembiayaan anggaran yang telah mencapai Rp220,1 triliun hingga akhir Februari 2025, atau sekitar 35,7% dari total rencana pembiayaan tahunan[1]. Sri Mulyani menyebut fenomena ini sebagai strategi "front loading" dimana penerbitan surat berharga negara (issuance) dilakukan dengan jumlah yang cukup besar di awal tahun[2].
### Rincian Pendapatan Negara
Pendapatan negara hingga akhir Februari 2025 yang tercatat sebesar Rp316,9 triliun berasal dari beberapa komponen utama. Penerimaan pajak berkontribusi sebesar Rp187,8 triliun, yang setara dengan 8,6% dari target APBN sebesar Rp2.189,3 triliun[2]. Angka ini menunjukkan bahwa penerimaan pajak masih perlu ditingkatkan untuk mencapai target yang telah ditetapkan dalam APBN 2025.
Komponen pendapatan lainnya berasal dari kepabeanan dan cukai yang mencapai Rp52,6 triliun atau 17,5% dari target APBN sebesar Rp301,6 triliun[2]. Realisasi penerimaan dari kepabeanan dan cukai ini terlihat lebih baik secara persentase dibandingkan dengan penerimaan pajak. Selain itu, Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) memberikan kontribusi sebesar Rp76,4 triliun, setara dengan 14,9% dari target APBN yang ditetapkan sebesar Rp513,6 triliun[2][3].
### Rincian Belanja Negara
Dari total belanja negara sebesar Rp348,1 triliun, sekitar Rp211,5 triliun merupakan belanja yang dilakukan oleh pemerintah pusat[1]. Belanja pemerintah pusat ini terbagi menjadi belanja Kementerian/Lembaga (K/L) yang mencapai Rp83,6 triliun atau 7,2% dari target, serta belanja non-K/L yang mencapai Rp136,6 triliun atau 14,9% dari target yang ditetapkan dalam APBN 2025[2].
Selain belanja pemerintah pusat, komponen belanja lainnya adalah transfer ke daerah (TKD) yang mencapai Rp136,6 triliun atau 14,9% dari target[1][2]. Sri Mulyani menyoroti bahwa persentase transfer ke daerah ini lebih tinggi dibandingkan dengan kecepatan belanja pemerintah pusat[2]. Hal ini menunjukkan adanya upaya pemerintah untuk mempercepat distribusi dana ke daerah guna mendukung pembangunan di berbagai wilayah Indonesia.
## Keseimbangan Primer dan Pembiayaan Anggaran
Meskipun APBN mengalami defisit secara keseluruhan, Sri Mulyani melaporkan bahwa keseimbangan primer masih mencatatkan surplus sebesar Rp48,1 triliun[3][5]. Keseimbangan primer merupakan selisih antara pendapatan negara dan belanja negara tanpa memperhitungkan pembayaran bunga utang. Surplus pada keseimbangan primer ini menunjukkan bahwa tanpa beban bunga utang, pengelolaan keuangan negara masih berada dalam kondisi yang positif.
Dari sisi pembiayaan anggaran, realisasi hingga akhir Februari 2025 telah mencapai Rp220,1 triliun atau 35,7% dari rencana pembiayaan tahunan[1][2]. Sri Mulyani mengungkapkan bahwa tingginya realisasi pembiayaan di awal tahun ini merupakan strategi yang disengaja, dimana pemerintah melakukan penerbitan surat berharga negara dengan jumlah yang cukup besar di awal tahun (front loading)[1]. Strategi ini bertujuan untuk mengamankan kebutuhan pembiayaan dan mengurangi risiko ketidakpastian pasar di masa mendatang.
## Tantangan Mencapai Target Pertumbuhan Ekonomi
Dalam kesempatan yang sama, Sri Mulyani juga membahas tantangan yang dihadapi Indonesia dalam mencapai target pertumbuhan ekonomi sebesar 5,2% sesuai yang ditetapkan dalam APBN 2025[1]. Menteri Keuangan menyebut bahwa Indonesia akan menghadapi kondisi perekonomian global yang sedang tidak menentu, yang dapat mempengaruhi upaya pencapaian target pertumbuhan ekonomi nasional.
Sri Mulyani menilai bahwa target pertumbuhan ekonomi sebesar 5,2% memang tidak mudah dicapai. Namun, ia juga menekankan bahwa pertumbuhan ekonomi Indonesia sebesar 5,03% pada tahun 2024 masih tergolong baik di tengah kondisi ekonomi global saat ini[1]. Menteri Keuangan menegaskan bahwa mempertahankan pertumbuhan ekonomi di atas 5% bukanlah hal yang mudah bagi semua negara, sehingga capaian Indonesia dalam hal ini tetap patut diapresiasi.
## Implikasi dan Strategi Pengelolaan APBN
Defisit APBN di awal tahun 2025 memberikan gambaran mengenai tantangan yang dihadapi pemerintah dalam mengelola keuangan negara. Meskipun defisit masih dalam batas yang direncanakan, situasi ini memerlukan strategi pengelolaan yang tepat untuk memastikan bahwa defisit tidak melebihi target 2,53% dari PDB pada akhir tahun anggaran.
Realisasi pendapatan negara yang baru mencapai 10,5% dari target hingga Februari 2025 menunjukkan perlunya upaya yang lebih intensif dalam meningkatkan penerimaan negara, terutama dari sektor pajak yang realisasinya baru mencapai 8,6% dari target tahunan[2]. Di sisi lain, belanja negara yang telah mencapai 9,6% dari target menunjukkan bahwa pemerintah perlu memastikan efektivitas dan efisiensi pengeluaran untuk mendapatkan manfaat optimal dari anggaran yang digunakan.
Strategi front loading dalam pembiayaan anggaran yang diterapkan oleh pemerintah dapat membantu mengamankan kebutuhan pembiayaan di awal tahun. Namun, strategi ini juga perlu diimbangi dengan pengelolaan utang yang hati-hati untuk memastikan keberlanjutan fiskal dalam jangka panjang. Surplus keseimbangan primer sebesar Rp48,1 triliun menjadi indikator positif bahwa tanpa beban bunga utang, pengelolaan keuangan negara masih berada dalam kondisi yang sehat.
## Kesimpulan
Pengumuman Menteri Keuangan Sri Mulyani mengenai defisit APBN sebesar Rp31,2 triliun atau 0,13% terhadap PDB hingga akhir Februari 2025 menunjukkan adanya tantangan dalam pengelolaan keuangan negara di awal tahun anggaran. Defisit ini terjadi karena realisasi belanja negara yang mencapai Rp348,1 triliun lebih besar dibandingkan dengan pendapatan negara yang baru terkumpul sebesar Rp316,9 triliun.
Meskipun APBN mengalami defisit, kondisi ini masih berada dalam batas target yang ditetapkan dalam desain APBN 2025 yaitu defisit sebesar 2,53% dari PDB. Surplus keseimbangan primer sebesar Rp48,1 triliun juga menjadi indikator positif bahwa pengelolaan keuangan negara masih berada dalam kondisi yang sehat tanpa memperhitungkan beban bunga utang.
Tantangan utama yang dihadapi pemerintah adalah meningkatkan penerimaan negara, terutama dari sektor pajak, sambil memastikan efektivitas dan efisiensi belanja negara. Strategi front loading dalam pembiayaan anggaran perlu diimbangi dengan pengelolaan utang yang hati-hati untuk menjaga keberlanjutan fiskal dalam jangka panjang. Di tengah kondisi perekonomian global yang tidak menentu, pencapaian target pertumbuhan ekonomi sebesar 5,2% menjadi tantangan tersendiri yang memerlukan strategi dan kebijakan ekonomi yang tepat dari pemerintah.
Citations:
[1] Penyebab APBN Bisa Tekor Rp31,2 T di Awal 2025 https://www.cnnindonesia.com/ekonomi/20250313130317-532-1208382/penyebab-apbn-bisa-tekor-rp312-t-di-awal-2025
[2] Awal Tahun 2025, Sri Mulyani Umumkan APBN Tekor Rp 31,2 Triliun - Jawa Pos https://www.jawapos.com/ekonomi/015761476/awal-tahun-2025-sri-mulyani-umumkan-apbn-tekor-rp-312-triliun
[3] Sri Mulyani Umumkan APBN Sudah Tekor Rp31,2 Triliun https://www.dw.com/id/sri-mulyani-umumkan-apbn-sudah-tekor-rp312-triliun/a-71905243
[4] Video: Sri Mulyani: APBN Tekor Rp31,2 Triliun di Akhir Februari 2025 https://www.cnbcindonesia.com/news/20250313105955-8-618229/video-sri-mulyani-apbn-tekor-rp312-triliun-di-akhir-februari-2025
[5] Baru Dua Bulan, APBN Sudah Defisit Rp 31,2 Triliun https://www.detik.com/bali/bisnis/d-7821036/baru-dua-bulan-apbn-sudah-defisit-rp-31-2-triliun
[6] Sri Mulyani Lapor APBN Defisit Rp31,2 Triliun per Februari 2025 https://www.youtube.com/watch?v=d6uBlheTsPw
[7] Menkeu Sri Mulyani Umumkan Defisit APBN 2025 Sebesar 31,2 ... https://www.youtube.com/watch?v=6mY-F2y2DW4
[8] Diramal Tekor, Sri Mulyani Umumkan APBN Pagi Ini! https://www.cnbcindonesia.com/news/20250313044852-4-618109/diramal-tekor-sri-mulyani-umumkan-apbn-pagi-ini
[9] Pertama dalam 4 Tahun, APBN Tekor di Awal Tahun https://www.cnbcindonesia.com/research/20250313133047-128-618316/pertama-dalam-4-tahun-apbn-tekor-di-awal-tahun
[10] Pemerintahan Baru Jalan 2 Bulan, Sri Mulyani Umumkan APBN ... https://www.inilah.com/pemerintahan-baru-jalan-2-bulan-sri-mulyani-umumkan-apbn-tekor-rp312-triliun
[11] Sri Mulyani Umumkan APBN Sudah Tekor Rp31,2 T https://www.cnnindonesia.com/ekonomi/20250313105542-532-1208298/sri-mulyani-umumkan-apbn-sudah-tekor-rp312-t
[12] Awal Tahun! Sri Mulyani Umumkan APBN Tekor Rp31,2 T https://www.cnbcindonesia.com/news/20250313104525-4-618224/awal-tahun-sri-mulyani-umumkan-apbn-tekor-rp312-t
[13] Sri Mulyani Umumkan APBN Sudah Tekor Rp 31,2 T https://finance.detik.com/berita-ekonomi-bisnis/d-7820992/sri-mulyani-umumkan-apbn-sudah-tekor-rp-31-2-t
Dirilis ulang oleh POINT Consultant