Siapa Sih Merumorkan Sri Mulyani Mundur ?
Gosip liar kembali berhembus. Kali ini, targetnya bukan artis, bukan pejabat yang tersandung kasus, bukan juga selebgram yang jualan skincare abal-abal. Yang kena rumor adalah Sri Mulyani, Menteri Keuangan yang sudah bertahun-tahun jadi tameng pertahanan ekonomi negara. Katanya, beliau mau mundur.
Siapa yang pertama kali menyebarkan isu ini? Tidak jelas. Mungkin oposisi yang butuh bahan serangan. Mungkin analis ekonomi yang ingin bikin kehebohan. Mungkin netizen yang iseng tapi punya imajinasi liar. Biasanya saya ni, ups. Atau mungkin ibu-ibu arisan yang lagi bosan bahas harga beras. Tidak ada yang tahu. Yang pasti, kabar ini langsung menyebar secepat promo gratis ongkir di e-commerce.
Presiden Prabowo pasti pusing tujuh keliling. Baru saja naik jadi presiden, belum juga sempat menyelesaikan satu episode panjang rapat ekonomi, tiba-tiba harus menghadapi kemungkinan kehilangan orang kepercayaan dalam kabinet. Apalagi ini bukan sembarang menteri, tapi Menteri Keuangan. Menteri yang pegang uang. Menteri yang tugasnya memastikan negara tidak bangkrut, APBN tidak bocor, dan utang negara tetap bisa dicicil tanpa bikin rakyat jantungan.
Bayangkan kalau rumor ini benar. Ini bukan cuma soal pergantian pejabat biasa. Ini soal stabilitas ekonomi nasional. Soal kepercayaan investor. Soal bagaimana nasib rupiah minggu depan. Soal bagaimana kita tetap bisa membeli kopi liberika tanpa harus jual ginjal.
Selama ini, Sri Mulyani adalah sosok yang bikin investor tenang. Dia dikenal tegas, pintar, dan tidak mudah panik. Dia sudah dua kali jadi Menteri Keuangan, pertama di era SBY, lalu dipanggil lagi oleh Jokowi untuk membereskan keuangan negara. Bahkan, dia pernah menjabat sebagai Direktur Pelaksana Bank Dunia, sesuatu yang tidak bisa dilakukan sembarang orang. Sekarang, jika benar-benar pergi, siapa yang bisa menggantikannya?
Ini pertanyaan besar. Butuh orang yang tidak hanya pintar di atas kertas, tapi juga tahan banting. Harus bisa menghadapi rapat ekonomi tanpa keringat dingin. Harus bisa bernegosiasi dengan IMF tanpa perlu minum antidepresan. Harus bisa menjelaskan kebijakan fiskal ke DPR tanpa bikin anggota dewan tertidur di kursi.
Siapa yang kira-kira cocok? Beberapa nama mungkin bisa dipertimbangkan. Elon Musk? Bisa saja, tapi dia terlalu sibuk mengirim mobil ke luar angkasa. AI super canggih? Mungkin, tapi takutnya malah nge-lag saat presentasi APBN. Atau mungkin kita panggil dukun ekonomi, yang bisa melihat masa depan nilai tukar rupiah lewat bola kristal. Tapi, tentu saja, negara ini butuh lebih dari sekadar ramalan gaib.
Ketika isu ini ditanyakan langsung ke Sri Mulyani setelah pertemuannya dengan Presiden Prabowo pada 12 Maret 2025, reaksinya sangat diplomatis. Tidak ada klarifikasi. Tidak ada bantahan. Tidak ada konfirmasi. Hanya senyum.
Senyum ini membuat publik semakin bingung. Apa maksudnya? Apakah ini tanda bahwa dia memang akan mundur, tapi belum waktunya diumumkan? Apakah dia hanya ingin membiarkan rumor ini berkembang seperti teori konspirasi di grup WhatsApp keluarga? Atau mungkin, dia hanya capek ditanya pertanyaan yang sama berulang kali?
Yang jelas, efek dari gosip ini sudah terasa. Pasar saham mulai bergejolak. Investor mulai pasang helm, bersiap menghadapi kemungkinan goncangan ekonomi. Rupiah juga mulai deg-degan, siap-siap melakukan gerakan naik-turun yang tidak terduga.
Kalau benar-benar terjadi, dampaknya akan besar. Investor butuh kepastian, bukan drama. Pasar saham bisa berubah jadi rollercoaster yang bikin jantung copot. Kepercayaan publik terhadap pemerintahan baru bisa terguncang. Sementara ekonomi global masih labil, kondisi dalam negeri juga tidak bisa dibiarkan goyah.
Ini semua masih spekulasi. Sampai ada pernyataan resmi, kita tidak bisa memastikan apa pun. Bisa jadi ini hanya isu yang sengaja ditiupkan untuk mengalihkan perhatian dari isu lain yang lebih serius. Bisa jadi hanya bagian dari dinamika politik. Bisa jadi ujian mental buat rakyat, apakah kita cukup kuat menghadapi kejutan-kejutan baru di dunia perpolitikan tanah air.
Yang bisa kita lakukan sekarang hanya menunggu. Menunggu klarifikasi. Menunggu pengumuman resmi. Menunggu apakah rupiah akan tetap bertahan atau justru ikut-ikutan panik.
Sambil menunggu, ada baiknya kita tetap tenang. Tetap bekerja seperti biasa. Tetap minum kopi tanpa dihantui kecemasan berlebihan. Tetap hidup dengan optimisme bahwa, siapa pun yang memegang kendali keuangan negara, kita tidak akan mendadak bangun di pagi hari dan menemukan rupiah sudah berubah jadi angka diskon.
#camanewak
Rosadi Jamani Ketua Satupena Kalbar, Terima kasih atas kiriman tulisan dari pak dosen UNU Kalbar
Ditulis ulang oleh POINT Consultant