Peringkat 20 Ekonomi Terbesar Dunia Berdasarkan PDB (PPP) Tahun 2024
[1/4, 13.34] +62 812-1068-3355:
https://www.visualcapitalist.com/ranked-the-worlds-20-largest-economies-by-gdp-ppp/
*Peringkat 20 Ekonomi Terbesar Dunia Berdasarkan PDB (PPP) Tahun 2024*
Perekonomian global saat ini menunjukkan pergeseran kekuatan yang signifikan, dengan China menjadi ekonomi terbesar dunia berdasarkan Produk Domestik Bruto dengan penyesuaian Paritas Daya Beli (PDB PPP) sejak 2014, diikuti oleh Amerika Serikat di posisi kedua dengan selisih sekitar $8 triliun. Negara-negara BRICS (Brasil, Rusia, India, China, dan Afrika Selatan) secara kolektif mengungguli negara-negara G7, terutama berkat kontribusi besar dari China dan India. G20, yang merupakan gabungan dari kedua kelompok tersebut beserta negara lainnya, menyumbang sekitar 70-85% dari perekonomian dunia, tergantung pada metode pengukuran yang digunakan.
## Latar Belakang G7 dan BRICS
G7 muncul pada masa krisis minyak di tahun 1970-an sebagai kelompok ekonomi matang berpendapatan tinggi yang mendominasi sektor-sektor global utama. Kelompok ini terdiri dari negara-negara seperti Amerika Serikat, Jepang, Jerman, Inggris, Prancis, Italia, dan Kanada, yang semuanya dikenal sebagai ekonomi maju dengan sistem perekonomian yang mapan[1].
Sementara itu, BRICS muncul pada tahun 2000-an sebagai kumpulan negara yang sebagian besar berasal dari "Global South" yang berkompetisi untuk memperluas pengaruh mereka dengan kekuatan ekonomi yang terus berkembang, didorong oleh globalisasi. Saat ini, kelompok ini diposisikan sebagai pesaing G7 dalam hal pengaruh ekonomi global[1].
Kedua kelompok tersebut, bersama dengan beberapa negara lainnya, membentuk G20, yang merupakan forum 20 ekonomi terbesar dunia. G20 menyumbang sekitar 70-85% dari perekonomian dunia, tergantung apakah PDB nominal atau PDB dengan penyesuaian PPP yang digunakan sebagai ukuran[1].
## Peringkat Negara G20 Berdasarkan PDB PPP 2024
Berdasarkan data dari Dana Moneter Internasional (IMF) per Oktober 2024, China menempati posisi pertama dengan PDB PPP sebesar $37,1 triliun, menyumbang 26% dari total G20. Amerika Serikat berada di posisi kedua dengan $29,2 triliun atau 20% dari total G20[1].
India menempati posisi ketiga dengan PDB PPP sebesar $16,0 triliun (11% dari G20), jauh lebih tinggi dibandingkan PDB nominalnya. Rusia dan Jepang melengkapi lima besar dengan masing-masing $6,9 triliun (5%) dan $6,6 triliun (5%)[1][2].
Selanjutnya, Jerman berada di posisi keenam dengan $6,0 triliun (4%), diikuti oleh Brasil dan Indonesia yang berbagi posisi ketujuh dan kedelapan dengan masing-masing $4,7 triliun (3%). Perancis ($4,4 triliun, 3%) dan Inggris ($4,3 triliun, 3%) menempati posisi kesembilan dan kesepuluh[1][2].
Peringkat selanjutnya ditempati oleh Italia ($3,6 triliun, 3%), Türkiye ($3,5 triliun, 2%), Meksiko dan Korea Selatan (masing-masing $3,3 triliun, 2%), Kanada ($2,6 triliun, 2%), Arab Saudi ($2,1 triliun, 1%), Australia ($1,9 triliun, 1%), Argentina ($1,4 triliun, 1%), dan Afrika Selatan ($994 miliar, 1%)[1][2].
Total PDB PPP G20 mencapai $142,3 triliun, mencerminkan kekuatan ekonomi gabungan dari 20 ekonomi terbesar dunia[2].
## Mengapa Menggunakan PDB dengan Penyesuaian PPP?
PDB dengan penyesuaian Paritas Daya Beli (PPP) dihitung dengan mengkonversi PDB suatu negara ke dalam mata uang umum (Dolar Internasional) menggunakan nilai tukar yang memperhitungkan perbedaan tingkat harga antar negara. Metode ini memastikan bahwa sekeranjang barang dan jasa yang sama memiliki biaya yang sama di seluruh negara, mencerminkan output ekonomi riil[1][2].
Keuntungan menggunakan metode ini adalah dapat memperhitungkan kekuatan relatif negara-negara berpendapatan rendah dan menengah, karena biaya hidup di negara-negara tersebut lebih rendah dibandingkan negara-negara berpendapatan tinggi. Inilah mengapa PDB PPP India jauh lebih tinggi dibandingkan PDB nominalnya[1].
Namun, terdapat beberapa kritik terhadap metode ini. Untuk menciptakan keranjang barang yang umum, diasumsikan bahwa orang-orang di mana pun membeli jenis barang dan jasa yang sama, yang tidak selalu benar. Selain itu, data yang digunakan untuk perhitungan ini, terutama di negara-negara berkembang, dapat kedaluwarsa atau tidak dapat diandalkan[1].
Metode ini juga tidak memperhitungkan perbedaan kualitas produk atau struktur ekonomi yang berbeda. Dan meskipun penyesuaian untuk biaya hidup dapat bermanfaat, nilai tukar mata uang aktual masih diperlukan untuk keputusan perdagangan dan investasi, sehingga membuatnya kurang praktis dalam beberapa kasus[1].
## Perbandingan Kekuatan Ekonomi: BRICS vs G7
Ketika dilihat dari perspektif geopolitik, negara-negara BRICS menunjukkan kinerja lebih baik secara kolektif dibandingkan G7. Hal ini sebagian besar didorong oleh pertumbuhan ekonomi China dan kontribusi besar dari India[1][2].
China, sebagai ekonomi terbesar berdasarkan PDB PPP, menyumbang lebih dari separuh dari total PDB PPP negara-negara BRICS. India, yang PDB PPP-nya hampir empat kali lipat dari PDB nominalnya, memberikan dorongan besar bagi kekuatan ekonomi BRICS secara keseluruhan[1].
Sementara itu, Amerika Serikat masih menjadi tulang punggung ekonomi G7, dengan kontribusi terbesar terhadap total PDB PPP kelompok tersebut. Namun, secara kolektif, G7 tertinggal dari BRICS dalam hal PDB PPP total, mencerminkan pergeseran kekuatan ekonomi global ke arah negara-negara berkembang dengan pertumbuhan cepat[1][2].
## Kesimpulan
Data PDB PPP tahun 2024 menunjukkan pergeseran kekuatan ekonomi global yang signifikan, dengan China memimpin sebagai ekonomi terbesar dunia berdasarkan metrik ini. Negara-negara BRICS, terutama China dan India, menunjukkan kinerja yang kuat, secara kolektif mengungguli negara-negara G7 dalam hal PDB PPP.
Metode penyesuaian PPP memberikan perspektif berbeda tentang kekuatan ekonomi relatif negara-negara, memberikan bobot lebih kepada negara-negara berpendapatan rendah dan menengah yang memiliki biaya hidup lebih rendah. Meskipun memiliki keterbatasan, metode ini menawarkan wawasan berharga tentang output ekonomi riil dan daya beli di seluruh dunia.
Indonesia, yang menempati posisi kedelapan dalam daftar ini dengan PDB PPP sebesar $4,7 triliun, menunjukkan kekuatan ekonomi yang signifikan di panggung global, setara dengan Brasil dan tidak jauh di belakang Jerman. Posisi ini mencerminkan pertumbuhan ekonomi Indonesia yang stabil dan peningkatan daya beli masyarakatnya.
Pemahaman yang lebih baik tentang peringkat ekonomi global berdasarkan PDB PPP dapat membantu pembuat kebijakan dan bisnis dalam mengambil keputusan strategis terkait perdagangan internasional, investasi, dan kerjasama ekonomi di masa depan.
Citations:
[1] https://www.visualcapitalist.com/ranked-the-worlds-20-largest-economies-by-gdp-ppp/
[2] Ranked: The World’s 20 Largest Economies, by GDP (PPP) https://www.visualcapitalist.com/ranked-the-worlds-20-largest-economies-by-gdp-ppp/
[1/4, 13.46] +62 812-1068-3355:
*Apa perbedaan utama antara GDP nominal dan GDP berdasarkan PPP?*
# Perbedaan Mendasar antara GDP Nominal dan GDP Berdasarkan Paritas Daya Beli (PPP)
Dalam analisis ekonomi global, pemahaman tentang dua metode pengukuran Produk Domestik Bruto (PDB) menjadi krusial untuk menafsirkan kekuatan ekonomi suatu negara secara akurat. GDP nominal dan GDP berdasarkan Paritas Daya Beli (PPP) menawarkan perspektif berbeda yang saling melengkapi dalam menilai kinerja ekonomi nasional maupun perbandingan internasional.
## Konsep Dasar dan Metode Perhitungan
**GDP nominal** mengukur nilai total barang dan jasa akhir yang diproduksi suatu negara dalam satu tahun menggunakan harga pasar terkini, tanpa penyesuaian terhadap inflasi atau perbedaan daya beli antarnegara. Perhitungan ini menggunakan nilai tukar mata uang pasar yang berlaku untuk konversi ke mata uang umum seperti dolar AS. Sebagai contoh, jika Indonesia memproduksi 100 unit barang dengan harga Rp50.000 per unit, GDP nominalnya adalah Rp5 juta yang kemudian dikonversi ke dolar AS berdasarkan kurs saat ini[1][6].
Sebaliknya, **GDP PPP** menggunakan pendekatan yang lebih kompleks dengan menciptakan mata uang virtual (dolar internasional) yang menyamakan daya beli antarnegara. Metode ini mengkonversi GDP lokal dengan memperhitungkan biaya hidup relatif dan tingkat harga domestik. Jika harga sekeranjang barang di Indonesia setara dengan $1 di AS tetapi hanya membutuhkan Rp15.000, maka nilai tukar PPP akan menjadi Rp15.000 per dolar internasional, bukan kurs pasar yang mungkin Rp15.500[2][4]. Penyesuaian ini menghasilkan gambaran yang lebih realistis tentang kemampuan ekonomi riil suatu negara.
## Dampak terhadap Perbandingan Internasional
Perbedaan metodologi ini menghasilkan disparitas signifikan dalam peringkat ekonomi global. China, dengan GDP PPP $37,1 triliun, mengungguli AS ($29,2 triliun) sebagai ekonomi terbesar dunia berdasarkan PPP, sementara dalam ukuran nominal posisinya terbalik[7]. Fenomena serupa terlihat pada India yang menempati peringkat ketiga dunia berdasarkan PPP ($16 triliun) tetapi jauh lebih rendah dalam ukuran nominal[7].
Negara berkembang seperti Indonesia menunjukkan peningkatan posisi yang mencolok dalam peringkat PPP. GDP PPP Indonesia sebesar $4,7 triliun menempatkannya di urutan kedelapan dunia, setara dengan Brasil dan lebih tinggi dari Prancis[7]. Kontras ini muncul karena PPP memperhitungkan harga properti, jasa, dan barang non-tradable yang lebih murah di negara berpendapatan menengah[3][5].
### Contoh Perhitungan Praktis
Sebuah ilustrasi sederhana menggunakan data India memperjelas perbedaan ini. Jika GDP nominal India sebesar Rp400.000 dikonversi dengan kurs pasar Rp80/dolar AS, hasilnya $5.000. Namun dengan PPP yang memperhitungkan harga lokal lebih rendah (kurs PPP Rp20/dolar), GDP yang sama bernilai $20.000[4]. Perbedaan empat kali lipat ini menjelaskan mengapa negara berkembang seringkali memiliki GDP PPP yang jauh melebihi GDP nominal.
## Implikasi terhadap Pengukuran Kesejahteraan
PDB per kapita berdasarkan PPP memberikan gambaran lebih akurat tentang standar hidup riil penduduk. Penelitian IMF menunjukkan bahwa perbedaan GDP per kapita AS-Indonesia yang tampak 16 kali lipat dalam ukuran nominal menyusut menjadi 4-5 kali lipat dalam PPP[5][7]. Hal ini terjadi karena PPP memperhitungkan biaya hidup yang lebih rendah untuk barang-barang esensial seperti perumahan dan transportasi di Indonesia.
Tabel perbandingan implisit antara kedua metode:
- **Barang Tradable** (elektronik, kendaraan): Harga relatif stabil secara global
- **Barang Non-Tradable** (jasa kesehatan, pendidikan): Varian harga signifikan antarnegara
- **Harga Properti**: Bervariasi hingga puluhan kali lipat antarnegara
PPP secara efektif memberi bobot lebih besar pada barang non-tradable dalam perhitungan, sehingga lebih merefleksikan kesejahteraan riil masyarakat[2][3].
## Kelebihan dan Keterbatasan Masing-masing Metode
GDP nominal unggul dalam mengukur:
1. Kemampuan ekonomi dalam transaksi internasional
2. Kekuatan mata uang di pasar global
3. Utang luar negeri dalam mata uang asing[6][8]
Sementara GDP PPP lebih efektif untuk:
1. Membandingkan standar hidup antarnegara
2. Mengukur produktivitas ekonomi riil
3. Analisis kemiskinan dan ketimpangan global[3][5]
Keterbatasan utama GDP nominal terletak pada sensitivitasnya terhadap fluktuasi nilai tukar yang seringkali tidak mencerminkan fundamental ekonomi. Sebaliknya, PPP menghadapi tantangan dalam menentukan "keranjang barang" representatif dan akurasi data harga di negara berkembang[2][5].
## Aplikasi dalam Kebijakan Ekonomi
Bank Sentral Eropa menggunakan GDP nominal untuk menilai stabilitas mata uang Eurozone, sementara Bank Dunia lebih mengandalkan GDP PPP dalam program pengentasan kemiskinan[3][5]. Di Indonesia, kebijakan subsidi BBM dan listrik lebih tepat dianalisis menggunakan PPP karena menyangkut daya beli riil masyarakat, sedangkan kebijakan ekspor-impor memerlukan pendekatan nominal[6][7].
### Studi Kasus Krisis Moneter 1998
Pada krisis 1998, GDP nominal Indonesia anjlok 13% karena depresiasi rupiah, sementara GDP PPP "hanya" turun 2.5% yang lebih merepresentasikan penurunan produksi riil[8]. Data ini menunjukkan bagaimana PPP dapat memberikan gambaran lebih stabil dalam situasi gejolak moneter.
## Proyeksi dan Tren Global
IMF memprediksi bahwa pada 2028, kontribusi negara berkembang dalam GDP global berdasarkan PPP akan mencapai 60%, melampaui negara maju[7]. Pergeseran ini mengindikasikan redistribusi kekuatan ekonomi global yang tidak terlihat dalam ukuran nominal. China diproyeksikan mencapai 25% GDP global PPP pada 2030, sementara India akan menyumbang 15%[7].
## Kesimpulan
Pemilihan antara GDP nominal dan PPP harus disesuaikan dengan tujuan analisis. Untuk memahami posisi strategis dalam perdagangan internasional dan kekuatan finansial, GDP nominal tetap relevan. Namun dalam menilai kesejahteraan masyarakat, efektivitas kebijakan sosial, dan potensi pertumbuhan jangka panjang, GDP PPP memberikan wawasan lebih mendalam. Kombinasi kedua indikator ini memberikan gambaran komprehensif tentang realitas ekonomi suatu negara dalam konteks global yang semakin kompleks.
Citations:
[1] Pengertian GDP Lengkap dengan Rumus dan Contoh Soalnya https://www.quipper.com/id/blog/mapel/ekonomi/gdp-gross-domestic-product/
[2] [PDF] Chapter I https://icp.unescwa.org/sdgs/pdf/en/PPP%20Ch1.pdf
[3] [PDF] kesejahteraan penduduk antar negara diukur http://download.garuda.kemdikbud.go.id/article.php?article=2366939&val=22753&title=KESEJAHTERAAN+PENDUDUK+ANTAR+NEGARA+DIUKUR+MENGGUNAKAN+GDP+PERKAPITA+DAN+GDP-PPP+PERKAPITA
[4] Nominal GDP V/S PPP GDP (Purchasing Power Parity) - LinkedIn https://www.linkedin.com/pulse/nominal-gdp-vs-ppp-purchasing-power-parity-sharad-singh
[5] Membandingkan PDB Nominal Dengan Purchasing Power Parity https://insight.kontan.co.id/news/membandingkan-pdb-nominal-dengan-purchasing-power-parity
[6] Apa Itu GDP: Pengertian, Jenis, Cara Menghitung dan Manfaatnya https://www.liputan6.com/feeds/read/5869092/apa-itu-gdp-pengertian-jenis-cara-menghitung-dan-manfaatnya
[7] IMF Rilis Data PDB, Indonesia Jadi Negara dengan Perekonomian ... https://www.tempo.co/ekonomi/imf-rilis-data-pdb-indonesia-jadi-negara-dengan-perekonomian-tertinggi-ke-8-1200343
[8] [PDF] Pengertian Gross Domestic Product (GDP) dan GDP per kapita https://e-journal.uajy.ac.id/1590/3/2EP15976.pdf
[9] GDP (Nominal) vs GDP (PPP) - StatisticsTimes.com https://statisticstimes.com/economy/gdp-nominal-vs-gdp-ppp.php
[10] GDP Fully Explained: Per Capita, PPP, Nominal - YouTube https://www.youtube.com/watch?v=7GZrpVlLXRA
[11] Produk domestik bruto - Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia ... https://id.wikipedia.org/wiki/Produk_domestik_bruto
[12] Keseimbangan kemampuan berbelanja - Wikipedia https://id.wikipedia.org/wiki/Keseimbangan_kemampuan_berbelanja
[13] Pendekatan Purchasing Power Parity dalam PDB dan Kualitas ... https://fiskal.kemenkeu.go.id/kajian/2016/10/05/075343577295374-pendekatan-purchasing-power-parity-dalam-pdb-dan-kualitas-kesejahteraan-indonesia
Diposting ulang oleh POINT Consultant