MENJAGA API PANCASILA DI TENGAH KABUT ZAMAN
Suara Jiwa Nusantara dari Seorang Prajurit Bangsa.
Brigadir Jenderal (Purn.) TNI MJP Hutagaol.
Oleh : Brigjen (Purn.) TNI MJP Hutagaol
MENJAGA API PANCASILA DI TENGAH KABUT ZAMAN
Suara Jiwa Nusantara dari Seorang Prajurit Bangsa
Brigadir Jenderal (Purn.) TNI MJP Hutagaol
📝 Oleh : Brigjen (Purn.) TNI MJP Hutagaol
🌅 Pengantar Reflektif
Setiap tanggal 1 Juni, bangsa ini mengenang kelahiran Pancasila — bukan sekadar sebagai dasar negara, tetapi sebagai nyawa dan arah hidup Indonesia. Pancasila bukan untuk dikultuskan, melainkan untuk dihidupkan.
Sebagai seorang prajurit yang lama mengabdi dalam sunyi dan badai republik, saya meyakini: api Pancasila harus dijaga bukan oleh suara keras, tetapi oleh ketulusan langkah dan keteladanan jiwa.
---
📜 Latar Sejarah: Dari Pidato ke Jiwa Bangsa
Pada 1 Juni 1945, Ir. Soekarno dalam sidang BPUPKI mengusulkan lima prinsip dasar :
1. Kebangsaan Indonesia
2. Internasionalisme (Peri-Kemanusiaan)
3. Mufakat (Demokrasi)
4. Kesejahteraan Sosial
5. Ketuhanan yang Berkebudayaan
Ketuhanan awalnya di urutan kelima, namun dengan kedalaman spiritual yang tinggi: bukan sekadar formalisme agama, tetapi Ketuhanan yang memberi ruang pada budaya, kearifan lokal, dan kebhinekaan.
Setelah melalui berbagai perdebatan, rumusan itu dikukuhkan dalam UUD 1945 sebagai:
"Ketuhanan Yang Maha Esa" — menjadi sila pertama, sebagai fondasi moral kebangsaan.
> "Pancasila lahir dari keringat petani, dari musyawarah desa, dan dari doa para leluhur."
⚠️ Situasi Hari Ini: Pancasila Diuji Diam-Diam
Saat ini, Pancasila tidak sedang ditolak secara frontal, tetapi perlahan-lahan dilupakan.
Kepentingan kelompok sering diutamakan melebihi bangsa.
Agama digunakan sebagai alat politik, bukan cahaya penerang.
Demokrasi dikebiri menjadi soal hitungan suara, bukan kualitas hikmah.
Keadilan ekonomi dipermainkan oleh oligarki dan ketimpangan.
> Jika kita diam, maka Pancasila hanya akan tinggal nama — tanpa makna.
🌱 Solusi dan Jalan Pulang
Sebagai bangsa, kita tidak boleh kehilangan arah. Maka saya usulkan:
1. Pendidikan nilai berbasis lokal & spiritualitas kebangsaan.
2. Kepemimpinan moral: bukan hanya bisa bicara, tapi mampu memberi teladan.
3. Penguatan masyarakat adat & komunitas desa sebagai penjaga harmoni.
4. Reformasi demokrasi menjadi musyawarah hikmat, bukan dominasi mayoritas.
5. Perekonomian berkeadilan yang berpihak kepada rakyat kecil.
> "Pancasila adalah jalan pulang bagi bangsa ini. Jika ia hilang, kita bukan lagi Indonesia."
🔥 Penutup
Pancasila tidak lahir untuk diperingati, tapi untuk diteruskan sebagai jalan hidup bangsa ini.
Hari ini saya menulis bukan karena pangkat, tapi karena cinta dan tanggung jawab sebagai anak bangsa.
Selama darah prajurit dan doa ibu masih mengalir di bumi ini —
api Pancasila tidak akan padam.
Selamat Hari Lahir Pancasila.
Mari hidupkan kembali jiwa bangsa dari kejujuran hati dan keberanian bertindak.
Brigjen (Purn.) TNI MJP Hutagaol
Diposting ulang oleh POINT Consultant

