hoaks
Indonesia, ‘hoaks’ adalah ‘berita
bohong.’ Dalam Oxford English dictionary, ‘hoax’ didefinisikan sebagai
‘malicious deception’ atau ‘kebohongan yang dibuat dengan tujuan jahat’.
Sayangnya, banyak netizen yang sebenarnya mendefinisikan ‘hoax’ sebagai ‘berita
yang tidak saya sukai’.
Sejarah
Kata Hoax
Perkembangan kata hoax dari
bentuk-bentuk sebelumnya dapat ditelusuri dalam buku “A Glossary: Or,
Collection of Words, Phrases, Names dan Allusions to Customs”, karangan Robert
Nares yang terbit pada 1822 di London dimana kata hoax mulai dipakai di Inggris
pada abad ke-18.
Robert Nares menulis bahwa hoax berasal
dari hocus, sebuah kata Latin yang merujuk pada hocus pocus. Pada lema (kata
atau frasa yang masukan dalam kamus berikut keterangan ringkas) kata hocus,
Nares menambahkan arti “to cheat” atau “menipu”.
Hocus pocus menurut Robert Nares mengacu
pada mantra para penyihir yang kemudian dipakai para pesulap ketika memulai
trik. Hocus pocus diambil dari nama penyihir Italia yang terkenal, yakni Ochus
Bochus.
Pengertian “menipu” di sini ditujukan
untuk mengacaukan orang lain demi hiburan. Dengan artian orang yang ditipu tak
merasa dirugikan dan paham ia sedang dikacaukan. Dalam buku itu, Nares menyebut
mantra tersebut sebagai konfirmasi kuat asal kata hoax.
Pengertian hoax sejak awal mula menurut
Robert Nares adalah “kabar bohong yang dibuat untuk melucu” atau sengaja
membingungkan penerima informasi dengan maksud bercanda. Hoax bisa disejajarkan
dengan lelucon April Mop atau legenda-legenda perkotaan yang tak bisa
dibuktikan dimana kita tahu bahwa cerita-cerita tersebut bohong dan menerimanya
sebagai hiburan.
Seiring waktu, istilah hoax berkembang
menjadi canda yang agak serius. Terlebih pada musim panas tahun 1996, Alan
Sokal seorang profesor fisika di New York University menggunakan hoax untuk
menguji standar intelektual akademisi humaniora di Amerika Serikat.
Alan Sokal mengirimkan paper
“Transgressing the Boundaries: Towards a Transformative Hermeneutics of Quantum
Gravity” yang berisi argumen dan fakta palsu ke jurnal Social Text.
Beberapa minggu setelah paper Sokal
terbit, Alan Sokal menulis esai berjudul “Physicist Experiments with Cultural
Studies” yang terbit di jurnal Lingua Franca pada 15 April 1996. Dalam esainya,
Sokal membeberkan bahwa papernya yang terbit di Social Text itu hanyalah parodi
untuk mengejek para pemikir posmodern. Di kemudian hari insiden ini masyhur
dikalangan publik akademisi dengan nama hoax Sokal.
Pengertian
Hoax
Hoax
menurut Google.
Secara bahasa hoax (synonyms: practical
joke, joke, jest, prank, trick) adalah lelucon, cerita bohong, kenakalan,
olokan, membohongi, menipu, mempermainkan, memperdaya, dan memperdayakan.
Dalam
Kamus Bahasa Indonesia (KBBI).
Hoax diserap menjadi hoaks dan diartikan
sebagai “berita bohong”.
Dalam Kamus Jurnalistik, saya
mengartikan Berita Bohong (Libel) sebagai berita yang tidak benar sehingga
menjurus pada kasus pencemaran nama baik.
Fabricated
News/Fake News.
Istilah lain berita bohong dalam konteks
jurnalistik adalah Berita Buatan atau Berita Palsu .
Hampir sama dengan berita bohong, berita
buatan adalah pemberitaan yang tidak berdasarkan kenyataan atau kebenaran
(non-factual) untuk maksud tertentu.
Dengan demikian, dalam dunia
jurnalistik, hoax bukanlah hal baru.
Hoax (hoaks) bertumbuh-kembang seiring
dengan meningkatnya popularitas media sosial.
Media sosial memungkinan semua orang
menjadi publisher atau penyebar berita, bahkan “berita” yang dibuatnya sendiri,
termasuk berita palsu atau hoax.
Hoax umumnya bertujuan untuk “having
fun” atau humor. Namun, hoax juga bisa dijadikan alat propaganda dengan tujuan
politis, misalnya melakukan pencitraan atau sebaliknya, memburukan citra seseorang
atau kelompok.
Dewan Pers sampai melakukan sertifikasi
media guna memerangi hoax. Padahal, menurut survei, hoax lebih banyak muncul
dan tersebar di media sosial.
Ciri-Ciri
Hoax
Menurut Dewan Pers, ciri-ciri hoax
adalah sebagai berikut:
Mengakibatkan kecemasan, kebencian, dan
permusuhan.
Sumber berita tidak jelas. Hoax di media
sosial biasanya pemberitaan media yang tidak terverifikasi, tidak berimbang,
dan cenderung menyudutkan pihak tertentu.
Bermuatan fanatisme atas nama ideologi,
judul, dan pengantarnya provokatif, memberikan penghukuman serta menyembunyikan
fakta dan data.
Ciri khas lain hoax adalah adanya HURUF
KAPITAL, huruf tebal (bold), banyak tanda seru, dan tanpa menyebutkan sumber
informasi.
Ciri utama hoax adalah tanpa sumber.
Penyebar hoax biasanya menuliskan: “copas dari grup sebelah” atau “kiriman
teman”.
Jika Anda mendapatkan informasi, baik
berupa teks, video, maupun foto, yang tidak jelas sumbernya, maka waspadalah…
itu hoax!
7
Ciri Hoaks di Media Sosial
Menurut pengamat media sosial dari Forum
Keamanan Informasi, Liza Darmawan Lumy, ada 7 ciri hoaks di media sosial.
1.
Tidak
Lengkap & Tanpa Link. Ciri hoax di media sosial yang pertama adalah
informasi hanya sepotong, namun menonjolkan daya tarik bagi siapa pun yang
sekilas membaca atau melihatnya. Tidak ada keterangan waktu, nama pembuat atau
kontak, tidak ada info tautan yang terpercaya. Kalaupun ada tautan (link),
umumnya menyaru dengan menggunakan nama terkenal, seperti tokoh atau merek yang
banyak orang kenal atau pakai. Contoh:
You can now activate the new multicolor Whatsapp! Click here to activate! http://g*2l.ink/1eop.
2.
Tautan
Palsu & Aneh. Ciri hoax di media sosial yang kedua adalah ada tautan palsu
atau link yang aneh. Biasanya, ada di alamat URL maupun di konten website yang
dituju yang dibuat serupa tapi tak sama dengan yang asli. Masyarakat diimbau
tidak mengeklik sama sekali link itu karena kerap bisa menjadi “triger” browser
yang sudah disusupi malware.
3.
Bahasa
& Gambar. Ciri ketiga, hoaks biasanya dibuat dengan bahasa dan gambar
sederhana agar mudah menyebar lewat media-media sosial, group chat, dan
lain-lain. Apalagi biasanya konten hoaks memiliki isu yang tengah ramai di
kalangan masyarakat dan menghebohkan sehingga membuatnya sangat mudah memancing
orang untuk membagikannya (share).
4.
Data
Palsu. Agar lebih meyakinkan, hoax sering dilengkapi dengan data statistik dan
angka palsu, nama dan alamat palsu, tautan yang juga palsu.
5.
Logika
Tak Serasi. Ciri kelima, hoax biasanya ditunjukkan dengan logika yang tidak
serasi misalnya ketika judul, gambar, atau keterangan tidak mendukung konten
atau tidak terkait antara satu dengan yang lainnya.
6.
Konten
Umum. Konten yang paling sering dibuat hoaks biasanya terkait dengan golongan
banyak orang, khalayak banyak, masalah yang umumnya semua orang punya, supaya
cukup sekali menyebar akan terus mudah bergulir. Konten-konten tersebut seperti
kesehatan, agama, politik, bencana alam, lowongan pekerjaan, penipuan
berhadiah, peristiwa ajaib, juga bisa pakai sebutan umum yang banyak dipakai
seperti ‘mama minta pulsa’ atau ‘bapak kirim paket’.
7.
Kalimat
Persuasif. Umumnya hoaks ditambahkan dengan kalimat persuasif untuk melakukan
satu tindakan sederhana.
Contohnya: ‘sebarkan minimal ke 7 orang,
Anda akan bahagia!’; ‘Bagikan info ini ke 10 orang lalu lihat mukjizat apa yang
terjadi!; ‘Buka tautan link berikut untuk mendapatkan hadiah Anda;
https://nggak.janji.com atau misalnya ‘Viralkan, Anda akan masuk sorga!”
Cara
Menangkal Hoax
Liza menyarankan untuk menangkal hoaks
secara sederhana dapat dilakukan dengan tiga langkah:
Copy paste (copas) informasi yang
dicurigai hoaks, telusuri melalui internat, kemudian capture lalu bagikan hasil
screenshoot yang menerangkan bahwa informasi tersebut hoaks.
Jika hoaks yang lebih kompleks
kontennya, maka perlu lebih banyak upaya untuk mencari tahu informasi tersebut,
seperti mencari tahu atau bertanya kepada sumber berita, mengkonfirmasi kepada
ahlinya, dan bisa juga dengan membaca artikel atau jurnal terkait yang
terpercaya.
Kalau merasa masih resah gara-gara
hoaks, jangan diam saja, adukan. Ini bisa mulai dari menggunakan fitur Report
Status di media sosial atau dengan mengirimkan email ke aduankonten@mail.kominfo.go.id.
Contoh
Hoax
ilustrasi-hoaxIni salah salah satu
contoh hoax: Romelu Lukaku Muslim.
Ironisnya, pembuat dan penyebar hoax
tersebut media Inggris yang tidak melakukan verifikasi atau “investigasi”.
Contoh hoax lainnya adalah hoax tentang
kesehatan. Menurut salah satu survei, hoax terbanyak adalah tentang kesehatan.
Saya juga pernah mengulas Hoax Erdogan
Ganti Foto Ataturk dengan Al-Fatih.
Cara
Mengecek Hoax
Cara mengecek hoax sangat mudah,
terutama jika berupa gambar atau foto.
Jika berupa gambar/foto, buka saja
Google Image. Klik icon Kamera dan upload gambar yang mau dicek atau copas
link/url gambar yang akan dicek kebenarannya.
Jika berupa link, cek URL-nya dan cek
kredibilitas situsnya dengan mengidentifikasi pemilik situs atau admin
websitenya di menu/halaman “About Us” atau “Tentang Kami”.
Jika informasi yang diduga hoax itu
diperoleh di WhatsApp (WA), tanyakan kepada pengirimnya, dari mana ia
memperoleh informasi tersebut.
Jika jawabannya “kiriman teman” atau
“copas dari grup sebelah”, waspadalah… itu hoax!
Ajaran Islam sudah mengingatkan
pemeluknya agar mewaspadai hoax.
“Hai orang-orang yang beriman, jika
datang kepadamu orang fasik membawa suatu berita, maka periksalah dengan
teliti, agar kamu tidak menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum tanpa mengetahui
keadaannya yang menyebabkan kamu menyesal atas perbuatanmu itu” [QS. Al Hujurat
: 6].
Umat Islam juga sudah “berpengalaman”
dengan hoax, yaitu tersebarnya hadits-hadits palsu (maudhû’). Apa itu hadits
palsu, silakan Googling dengan kata kunci “hadits palsu”.
Demikian pengertian dan ciri-ciri hoax.
Jangan asal share, apalagi infonya terkesan “mengagetkan” atau “aneh banget”.
Lakukan cek dan ricek ke Google dengan
mengetikkan kata kunci (keywords), lalu buka sebanyak-banyaknya informasi yang
mengandung kata kunci tersebut.
Apa
itu hoax dan bagaimana agar kita tidak tertipu.
‘Hoax’
atau ‘fake news’ bukan sesuatu yang baru, dan sudah banyak beredar sejak
Johannes Gutenberg menciptakan mesin cetak pada tahun 1439. Sebelum zaman
internet, ‘hoax’ bahkan lebih berbahaya dari sekarang karena sulit untuk
diverifikasi.
Berikut
beberapa jenis hoax:
1. Hoax proper. Hoax
dalam definisi termurninya adalah berita bohong yang dibuat secara sengaja.
Pembuatnya tahu bahwa berita itu bohong dan bermaksud untuk menipu orang dengan
beritanya.
2. Judul heboh tapi
berbeda dengan isi berita. Kebiasaan buruk banyak netizen adalah hanya membaca
headline berita tanpa membaca isinya. Banyak beredar artikel yang isinya benar
tapi diberi judul yang heboh dan provokatif yang sebenarnya tidak sama dengan
isi artikelnya.
3. Berita benar
dalam konteks menyesatkan. Kadang-kadang berita benar yang sudah lama
diterbitkan bisa beredar lagi di sosial media. Ini membuat kesan bahwa berita
itu baru terjadi dan bisa menyesatkan orang yang tidak mengecek kembali
tanggalnya
Apa
saja konsekuensi membuat dan menyebarkan berita menyesatkan.
Ø
Membuat
masyarakat menjadi curiga dan bahkan membenci kelompok tertentu.
Ø
Menyusahkan
atau bahkan menyakiti secara fisik orang yang tidak bersalah.
Ø
Memberikan
informasi yang salah kepada pembuat kebijaksanaan
Lalu,
kiat-kiat apa saja untuk menghadapi hoax.
Ø
Orang
yang paling rentan hoax adalah orang yang jarang mengonsumsi berita dan mampu
menganalisa kefaktualan berita tersebeut dengan komperativ berita-berita dari
media-media yang punya brandid.
Ø
Mengikuti
informasi-informasi update (press relerese).
Ø
Jika
perlu survey sendiri di lokasi (TKP) dan question dgn nara sumber/saksi.