SUJUD (SAJDAH)
Sajdah atau sujud merupakan kata Arab yang dapat disamaartikan dengan perbuatan menempatkan dahi, hidung, kedua telapak tangan, kedua lutut, dan kedua ujung kaki pada kondisi serentak di lantai dengan tujuan tertentu karena Allah pada waktu dan saat-saat tertentu. Ketika sujud, Muslim diwajibkan membaca bacaan tertentu dalam perbuatannya itu.
Definisi sujud ini bisa disejajarkan dengan kewajiban bersujud yang telah diperintahkan Allah dan RasulNya. Sabda Rasullullah s.a.w. yang berarti :
Aku diperintah (oleh Allah) bahwa aku sujud di atas tujuh anggota, di atas dahi dan diisyarat dengan tangannya di atas hidungnya, dan dua tangan dan dua lutut dan perut-perut anak jari dua kaki. (Hadis Muttafaqun Alaih).
Perintah sujud dan akibatnya di akhirat disebutkan di dalam Al-Qur'an pada Surah Al-Qalam ayat 42 dan 43. Dalam ayat ini, Allah menjelaskan tentang balasan bagi manusia yang tidak mau bersujud kepada Allah ketika masih hidup di dunia. Ketika di akhirat mereka diliputi dengan kehinaan. Kehinaan yang diberikan kepada mereka ialah posisi tubuhnya yang terbalik dari posisi sujud. Posisi punggung menggantikan posisi kepala. Keadaan ini diberikan kepada orang kafir dan munafik.
QS Al-Hajj [22]: 77
يَاأَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا ارْكَعُوا وَاسْجُدُوا
وَاعْبُدُوا رَبَّكُمْ وَافْعَلُوا الْخَيْرَ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ
Hai orang-orang yang beriman, rukuklah kamu, sujudlah kamu,
sembahlah Tuhanmu dan perbuatlah kebajikan, supaya kamu mendapat kemenangan.
QS An-Najm [53]: 62
فَاسْجُدُوا لِلَّهِ وَاعْبُدُوا
Maka bersujudlah kepada Allah dan sembahlah (Dia).
QS Al-Hijr [15]: 98
فَسَبِّحْ بِحَمْدِ رَبِّكَ وَكُنْ مِنَ السَّاجِدِينَ
Maka bertasbihlah dengan memuji Tuhanmu (Allah) dan jadilah kamu termasuk orang-orang yang sujud
QS Al-Insan [76]: 26
وَمِنَ اللَّيْلِ فَاسْجُدْ لَهُ وَسَبِّحْهُ لَيْلًا طَوِيلًا
Dan sebagian dari malam, maka sujudlah kepada-Nya (Allah) dan bertasbihlah (beribadah) di malam yang panjang.
Rasullullah s.a.w. bersabda yang berarti: "Aku diperintah (oleh Allah) bahwa aku sujud di atas tujuh anggota, di atas dahi dan diisyarat dengan tangannya di atas hidungnya, dan dua tangan dan dua lutut dan perut-perut anak jari dua kaki." (Hadis Muttafaqun Alaih)
Sujud ini dilaksanakan ketika mendirikan solat fardhu yaitu ketika :
1. Salat Subuh
2. Salat Zuhur
3. Salat Asar
4. Salat Magrib
5. Salat Isya
SUJUD VERTIKAL DAN HORIZONTAL
Allah SWT berfirman: Dan (ingatlah) ketika Kami berfirman kepada para malaikat, “Sujudlah kalian kepada Adam,” maka sujudlah mereka kecuali iblis; ia enggan dan takabur, dan adalah dia termasuk golongan orang-orang yang kafir (Al Baqarah ayat 34).
Alhamdulilah hari ini kita masuk pada perenungan surat Al Baqarah ayat 34. Semakin menikmati Al Qur’an akan menghadirkan hikmah yang luar biasa, karena tataran hikmah tertinggi adalah ketika manusia sudah mampu benar-benar mengenal (makrifah) kepada Allah SWT. Tidak ada jalan mengenal Allah SWT, mengenal aturan Nya kecuali berbahagia menikmati sajian Al Qur’an.
Kemarin sudah kita bahas bagaimana manusia sebagai makhluk konseptual, yang memiliki kemuliaan yang sangat tinggi (ahsani taqwim) bahkan lebih mulia dari malaikat yang bergelar hamba yang dimuliakan (‘ibadun mukromun). Hal ini nampak dengan perintah Allah SWT kepada malaikat Dan (ingatlah) ketika Kami berfirman kepada para malaikat, “Sujudlah kalian kepada Adam,” maka sujudlah mereka kecuali iblis; ia enggan dan takabur, dan adalah dia termasuk golongan orang-orang yang kafir.
Ayat tersebut menunjukkan perintah sujud kepada Adam. Para malaikat ketika mendapatkan perintah sujud maka mereka langsung sujud, karena ini adalah sifat mereka yang selalu taat. Akan tetapi berbeda dengan iblis yang menolak sujud.
Dalam referensi tafsir banyak dibahas siapa iblis sebenarnya? Iblis ada yang memahami bahwa dia adalah malaikat yang dari kelompok jin. Mengapa disebut jin? karena Iblis yang diberi nama azazil (gelar tertinggi) adalah penjaga surga (Jannah) sehingga dia sangat dekat dengan Allah, beribadah luar biasa, dan memiliki ilmu Yang sangat tinggi dibanding Malaikat yang lain. Dengan kemampuannya itulah maka Iblis merasa sombong (takabur) sehingga dia enggan (Al iba’) untuk melakukan sujud kepada Adam.
Dalam referensi lain iblis adalah malaikat yang memimpin peperangan terhadap makhluk yang menjadi penghuni bumi sebelum diciptakan manusia, ada yang mengatakan mereka adalah jin. Sehingga iblis yang mampu mengalahkan jin, sampai para jin lari ke gunung, lembah dan laut, merasa berjasa dan sombong.
Maka ketika Allah SWT memerintahkan sujud kepada Adam sifat gengsi (enggan) dan sombong (istikbar)nya muncul, dan akhirnya dia dimurkai Allah SWT dan diberi predikat sebagai orang kafir.
Ini adalah dalil bahwa sujud dalam ayat ini bukan sujud ibadah, sebagaimana sujud kepada Allah SWT
Tapi sujud dalam rangka pengakuan dan penghormatan akan kemuliaan Adam as. Inilah yang menyebabkan Iblis merasa enggan, karena dia merasa lebih mulia, dia diciptakan dari api yang menyala, sedangkan Adam dari tanah, dia sudah beribadah lebih lama bahkan sudah banyak jasa.
Dalam ayat ini kita dapat memahami beberapa hal :
Yang pertama, makna sujud vertikal dan horizontal
Sujud asal kata dari sajada yang bermakna meletakan wajah ke tanah, dengan rasa tunduk dan khusyu’ dalam rangka ibadah kepada Allah SWT. Artinya sujud adalah penundukan diri kepada objek sujud.
Ketika objek sujud adalah Allah SWT, maka ini adalah makna sujud hakiki, bahwa beribadah, meletakkan kepala di tanah, hanya kepada Allah SWT. Sujud seperti ini khusus untuk Allah, barang siapa sujud kepada selain Allah maka itu adalah kemusyrikan.
Penulis menyebut ini sebagai sujud vertikal (sujud ilahi). Sujud inilah yang paling dicintai oleh Rasulullah Saw, bahkan tidak ada sesuatu yang paling membahagiakan di dunia kecuali sujud, tidak ada waktu terdekat dengan Allah SWT kecuali manusia dalam keadaan sujud. Bahkan dalam riwayat Nabi Muhammad Saw akan bersujud untuk syafaat manusia di akhirat, manusia sejak zaman nabi Adam sampai Nabi Muhammad Saw. Ketika semua umat manusia menemui beliau di Padang Mahsyar maka beliau menuju bawah ‘Arasy. Di sana beliau bersujud pada Tuhan. Lalu Allah membukakan kebaikan-kebaikan-Nya kepadanya, yang belum pernah dibukakan kepada seorang pun sebelumnya. Setelah itu, terdengarlah seruan, ‘Wahai Muhammad, angkatlah kepalamu. Mintalah engkau, niscaya diberi. Mintalah pertolongan, niscaya dipenuhi.’ Aku mengangkat kepala dan berkata, ‘Umatku, ya Tuhan. Umatku, ya Tuhan. Umatku, ya Tuhan.’ Terdengar lagi ada yang bicara, ‘Wahai Muhamad, masukkanlah umatmu dari golongan hamba yang tidak dihisab ke dalam surga melalui pintu sebelah kanan. Namun sekelompok mereka masuk dari selain puntu itu” (HR al-Bukhari dan Muslim)
Inilah sujud vertikal sebagaimana sholat manusia kepada Allah SWT, sehingga pada hari kiamat mereka akan dapat dikenali karena bekas sujud mereka, sebagainya dalam Hadits:
ما من أمتي من أحد إلا وأنا أعرفه يوم القيامة قالوا: وكيف تعرفهم يا رسول الله في كثرة الخلائق، قال: أرأيت لو دخلت صبرة فيها خيل دهم بهم وفيها فرس أغر محجل أما كنت تعرفه فيها؟ قال: بلى، قال: «فإن أمتي يومئذ غر من السجود محجلون من الوضو
“Tidak ada seorang pun dari umatku, kecuali aku mengenalnya nanti pada hari Kiamat”. Para sahabat bertanya, “Bagaimana engkau mengenal mereka wahai Rasulullah, mereka berada di antara banyak makhluk?” Beliau menjawab, “Bagaimana pendapatmu jika engkau masuk dalam shirath” di dalamnya terdapat kumpulan kuda berwarna hitam, dan dalam kumpulan itu terdapat seekor kuda yang memiliki ghurrah (wama putih cerah di dahinya) dan muhajjal (berkaki putih), bukankah kamu dapat mengenalinya?” Sahabat itu menjawab, “Ya”. Lalu beliau bersabda, “Sungguh, umatku pada hari itu mempunyai wajah yang putih karena sujud, serta anggota wudhu yang putih karena wudhu'” (HR Ahmad).
Sujud dan wudhu adalah amalan di dunia yang akan dijadikan media Nabi Muhammad SAW, mengenali umatnya. Sebab ini pula yang menempatkan sujud dan wudhu mempunyai keistimewaan.
Bahkan Rasulullah dapat mengenali mereka lewat bekas tanda dalam sujudnya. Dikutip dari buku Sifat Shalat Nabi, Rasulullah bersabda:
ما من أمتي من أحد إلا وأنا أعرفه يوم القيامة قالوا: وكيف تعرفهم يا رسول الله في كثرة الخلائق، قال: أرأيت لو دخلت صبرة فيها خيل دهم بهم وفيها فرس أغر محجل أما كنت تعرفه فيها؟ قال: بلى، قال: «فإن أمتي يومئذ غر من السجود محجلون من الوضو
“Tidak ada seorang pun dari umatku, kecuali aku mengenalnya nanti pada hari Kiamat”. Para sahabat bertanya, “Bagaimana engkau mengenal mereka wahai Rasulullah, mereka berada di antara banyak makhluk?” Beliau menjawab, “Bagaimana pendapatmu jika engkau masuk dalam shirath” di dalamnya terdapat kumpulan kuda berwarna hitam, dan dalam kumpulan itu terdapat seekor kuda yang memiliki ghurrah (wama putih cerah di dahinya) dan muhajjal (berkaki putih), bukankah kamu dapat mengenalinya?” Sahabat itu menjawab, “Ya”. Lalu beliau bersabda, “Sungguh, umatku pada hari itu mempunyai wajah yang putih karena sujud, serta anggota wudhu yang putih karena wudhu'” (HR Ahmad).
Dalam hadits lainnya Rasulullah bersabda :
“Jika Allah hendak memberi rahmat orang-orang yang dikehendaki-Nya dari penghuni Neraka, Allah akan memerintahkan para malaikat untuk mengeluarkan orang-orang yang beribadah kepada Allah. Para Malaikat pun mengeluarkan mereka. Para Malaikat itu mengenali mereka dari bekas sujud. Allah mengharamkan neraka untuk membakar bekas sujud, maka mereka pun keluar dari neraka. Seluruh badan anak Adam akan dibakar oleh Neraka, kecuali bekas sujud.” (HR Bukhari dan Mmuslim)
Inilah bentuk sujud vertikal mutlak kepada Allah SWT, sujud ini hendaknya menjadi habbit bagi para insan profetis, yang ingin mendapatkan ketenangan jiwa, kebersihan berfikir, hikmah dalam hidupnya dan pundi ridho dan pahala Allah SWT.
Sujud kedua adalah sujud horizontal, yaitu sujud dalam rangka menghormati dan mengakui hak-hak insani (kemanusiaan).
Dalam tradisi kerajaan Saudi ini disebut Khidmah (pelayanan). Artinya sebagai manusia kita hendaknya mengakui hak saudara kita, jangan sampai melanggar dan merusak hak mereka. Layani dengan baik manusia, sehingga manusia akan berbuat baik dengan kita.
Inilah yang diajarkan dalam Islam, bagaimana Islam sangat menghargai hak hidup manusia, tidak membeda-bedakan manusia baik warna kulita, status sosial ekonomi, bahkan gender. Semua mendapatkan layanan yang adil dalam Islam. Islam hadir untuk memenuhi fitrah kemanusiaan ini, sehingga dunia akan seimbang perjalanannya.
Masjid sebagai tempat sujud tidak hanya berfungsi sebagai tempat sujud vertikal, tetapi memenuhi hak kemanusiaan, bagaiamana masjid ramah anak, bersih, menyediakan kebutuhan manusia dan seterusnya, sehingga manusia yang terlayani akan betah dan nyaman di masjid.
Sama dalam sebuah institusi, sujud horizontal ini sangat penting, dengan melayani manusia sebaik mungkin, Sehingga mereka akan merasa dihormati dan dimuliakan, maka mereka akan semakin cinta dengan Islam.
Tunjukan islam rahmatan Lil Al-Amin, jangan malah masuk dengan budaya lain agar budaya lain ikut dengan kita. budaya pluralisme untuk menyatakan kesamaan hak manusia menurut saya kurang tepat, karena akan hilang identitas kebenaran. Tunjukan saja nilai kebaikan kita, bahwa kita menghargai dan menghormati siapapun.
Yang kedua, sombong dan gengsi, ciri fixed mindset.
Merasa hebat, mampu, pintar dan kaya, adalah penyakit. Renald Kasali menyebut sebagai fixed mindset. Orang yang sudah merasa cukup dengan dirinya, dan cenderung merendahkan orang lain dan menolak informasi baru dan ilmu baru.
Penyakit ini sering masuk kedalam dunia akademik, dengan gelar yang sudah dicapai merasa sudah mampu, dan hebat, sehingga dia menjadi dinosaurus yang punah, karena tak mampu beradaptasi dengan perubahan zaman.
Tapi di sana ada orang dengan pendidikan formal rendah tetapi mindset nya berkembang (growth mindset) sehingga dia lebih sukses dan mampu mengikuti perkembangan zaman.
Al Qur’an mengidentifikasi orang seperti ini dengan iblis yang merasa tidak nyaman dengan Adam, tidak nyaman dengan kesuksesan orang, tidak nyaman dengan kompetitor baru. Andai saja iblis mampu menerima dan berkolaborasi maka dirinya akan menjadi lebih hebat dan baik.
Insan profetis adalah manusia yang selalu menjadikan dirinya ibarat gelas kosong, yang selalu siap menerima segala kebaikan, kebenaran, walau harus merubah apa yang ada dalam dirinya. Dia tidak malu menjadi pelajar, dan selalu menjadi pembelajar (teachable) bahkan belajar sampai liang lahat.
Sujud merupakan ibadah istimewa. Sujud merupakan bentuk ketaatan paling nyata kepada Allah. Sujud ini pula (meski bentuknya berbeda) yang membedakan hamba yang taat seperti malaikat dan hamba yang durhaka seperti iblis. Inilah keistimewaan sujud. Imam Al-Ghazali juga mengutip hadits riwayat HR Muslim, Abu Dawud, dan An-Nasa’i sebagai berikut:
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ أَقْرَبُ مَا يَكُونُ الْعَبْدُ مِنْ رَبِّهِ وَهُوَ سَاجِدٌ فَأَكْثِرُوا الدُّعَاءَ
Artinya, “Dari Abu Hurairah, Rasulullah SAW bersabda, ‘Momentum terdekat seorang hamba dan Tuhannya adalah ketika sujud. Oleh karena itu, perbanyaklah doa saat itu,’” (HR Muslim, Abu Dawud, An-Nasa’i).
Allah membuka momentum kedekatan dengan hamba-Nya terutama pada saat mereka melakukan sujud. Allah memberikan rahmat-Nya paling dekat saat di mana hamba-Nya tengah bersujud. Kedekatan Allah ini dapat dirasakan oleh hamba-Nya sebagaimana penjelasan Imam Al-Ghazali berikut ini:
فالساجد إذا أذيق طعم السجود يقرب لأنه يسجد ويطوي بسجوده بساط الكون ما كان وما يكون ويسجد على طرف رداء العظمة فيقرب
Artinya, “Orang yang bersujud ketika dicicipkan kepadanya rasa manisnya sujud akan merasa dekat dengan Allah. Dengan sujudnya, ia melipat hamparan jarak alam raya. Dengan demikian ia bersujud di atas hamparan salah satu sudut keagungan Allah sehingga ia menjadi dekat,” (Imam Al-Ghazali, Raudhatut Thalibin wa ‘Umdatus Salikin, [Beirut, Darul Fikr: tanpa tahun], halaman 87).
Imam Al-Ghazali juga memaknai sujud sebagai ibadah istimewa yang menghapus “jarak” Allah dan hamba-Nya. Beliau menganalogikan sujud dengan lorong waktu dan tempat yang “mendekatkan” Allah (yang maha suci dari tempat dan waktu) dan hamba-Nya.
Keistimewaan sujud ini yang juga membuat ibadah shalat menjadi istimewa. Dengan keistimewaan ini, tidak heran kalau Rasulullah SAW menjadikan ibadah shalat sebagai puncak kesenangan dan kebahagiannya sebagaimana sabda Rasulullah yang menyebutkan shalat sebagai kesenangannya karena shalat menjadi penyambung dirinya dan Allah SWT, momentum munajat, dan jalan pengangkatan derajat.
Pada saat kiamat, bumi ini mengabarkan tentang penghuninya. Allah swt. berfirman,
إِنَّا نَحْنُ نُحْيِي الْمَوْتَىٰ وَنَكْتُبُ مَا قَدَّمُوا وَآثَارَهُمْ ۚ وَكُلَّ شَيْءٍ أَحْصَيْنَاهُ فِي إِمَامٍ مُبِينٍ
''Sungguh, Kamilah yang menghidupkan orang-orang yang mati, dan Kamilah yang mencatat apa yang telah mereka kerjakan dan bekas-bekas yang mereka (tinggalkan). Dan, segala sesuatu Kami kumpulkan dalam kitab yang jelas (lauh mahfudz).'' (QS Yasin [36]: 12).
Mungkin kita jarang menghitung berapa kali kita mencium tanah (bumi) sehari semalam? Sholat wajib yang kita dirikan ada 17 rakaat, sama dengan sembilan tahiyat, 34 kali sujud. Berarti sehari kita mencium bumi minimal 34 kali. Belum ditambah sholat sunat qabliyah, badiyah, dhuha, tahajjud, sholat hajat, dan seterusnya. Bumi akan menjadi saksi dan kelak di hari Akhir, dia akan mengungkapkan kesaksiannya.
Saat seorang shalat sungguh dia sedang berbicara dan Allah Ta’ala pendengarnya. Dan pada saat yang bersamaan, Allah Ta’ala adalah pembicara dan hamba sedang mendengarkannya. Dengan harmonisasi dialogis akan terjadi kehidupan yang penuh kedamaian, ketenteraman dan keindahan. Itulah sebabnya kata akhir dalam shalat adalah ungkapan salam, yakni kedamaian, ketenteraman dan kebahagiaan. Pendek kata, hakikat makna sujud adalah komitmen hamba kepada Tuhannya yang melahirkan kedamaian.
Orang yang cinta dunia tidak akan suka pada hal ini. Orang yang pandangan hidupnya materialistis tidak akan suka mengerjakan hal yang sungguh ''berat'' bagi mereka ini. Hanya yang yakin dengan adanya hari pembalasan yang mau melakukan ini, mau melangkah di waktu Shubuh, menembus udara dingin dan menahan kantuk untuk menyambut seruan adzan Subuh: berjamaah memuji-Nya.
Tak ada waktu yang paling istimewa yang diberikan Allah selama 24 jam selain waktu fajar. Karena, saat itulah para malaikat turun ke dunia untuk menyaksikan ketaatan seorang hamba yang melaksanakan ibadah atau hamba yang masih terlena dalam buaian mimpi indah. Keimanan seorang hamba bisa diukur dari ibadah pada waktu sepertiga malam terakhir. Ia mengerjakan qiyamullail tahajud, tadabur Alquran, dan Shalat Subuh berjamaah di masjid. Orang yang sudah terbiasa dengan rutinitas ibadah seperti itu berhak mendapatkan hidayah fajar dari Allah SWT.
Inilah yang disebut dalam Alquran: mereka laki-laki yang menyukai kesucian, melangkah ke tempat yang suci, berjalan atau berkendaraan menuju tempat yang suci, berbondong-bondong menuju tempat yang suci, dan Allah menyucikan mereka. Selain Allah dan para malaikatnya, ada penyaksi aktivitas fajar kita, yaitu bumi yang kita injak. Bila kita mengimani kitab-Nya, maka disebutkan di dalamnya betapa bumi yang kita injak ini berbicara. Allah SWT berfirman:
يَوْمَئِذٍ تُحَدِّثُ أَخْبَارَهَا بِأَنَّ رَبَّكَ أَوْحَىٰ لَهَا
"Pada hari itu bumi menyampaikan beritanya, kerena sesungguhnya Tuhanmu telah memerintahkan (yang demikian itu) padanya. (QS Az-Zalzalah [99]: 4-5).
Selain sujud yang dilakukan ketika sholat wajib maupun sunnah, juga terdapat macam-macam sujud lain yang perlu kita ketahui dan kita amalkan. Karena kondisi itulah, maka dianjurkan untuk berdoa ketika sedang melakukan sujud. Terdapat beberapa anggota badan yang harus menempel di tanah sewaktu kita sujud. Anggota badan tersebut ialah kening dan hidung, kedua telapak tangan, kedua lutut, dan kedua kaki. Hal ini seperti yang telah diriwayatkan dalam hadits berikut, “Aku diperintahkan untuk sujud di atas tujuh anggota badan: kening (lalu beliau menunjuk juga pada hidungnya), kedua tangan, kedua lutut, dan kedua kaki.” (HR. Bukhari, Muslim).
Oleh karena itu, perbanyak sujud untuk mendekatkan diri kepada Allah. Di antara sujud yang sangat dianjurkan adalah sebagai berikut :
Pertama adalah sujud Sahwi. Sujud Sahwi berasal dari bahasa Arab, Sahwun yang berarti lalai atau lupa. Secara istilah syahwi ialah ada sesuatu, baik gerakan atau bacaan dalam shalat yang terlupakan. Sujud Sahwi ini dilakukan ketika seseorang sedang melakukan ibadah shalat dan merasa ragu atau lupa atas gerakan atau jumlah rakaat shalat yang sedang dilaksanakannya. Dalam keadaan seperti ini, seseorang diberi kesempatan untuk melakukan sujud sahwi. Hukum sujud syahwi adalah sunnah, namun, akan lebih baik untuk dikerjakan.
Kedua adalah sujud Tilawah. Sujud Tilawah merupakan gerakan sujud yang dilakukan ketika kita mendengar atau membaca salah satu penggalan ayat Sajdah dari Al-Quran, baik ketika sedang shalat atau pun di luar shalat. Hukum melakukan sujud tilawah adalah sunnah. Anjuran untuk melakukan sujud tilawah sesuai dengan hadits berikut, "Dari Ibnu Umar r.a, sesungguhnya Rasulullah SAW, suatu saat beliau pernah membaca al-Quran di depan kami, maka ketika beliau sampai pada ayat sajdah, beliau takbir dan bersujud, dan kamipun ikut bersujud bersama beliau." (HR. Abu Dawud, Imam Bukhari).
Sedangkan bacaan untuk sujud tilawah bisa dengan membaca : “Sajada Wajhiya Lilladzii Khalaqahuu Wa Shawwarahuu Wa Syaqqa Samahu Wa Basharahuu Tabaarakallaahu Ahsanul Khaliqiin”
Artinya: Aku bersujud kepada Dzat (Allah swt.) yang telah menciptakanku dan membentukku dan yang telah membukakan pendengaranku dan penglihatanku dengan kekuasaan dan kekuatan-Nya. Maha Yang Memberkahi Allah Dzat Yang Maha Sebaik-Baiknya Pencipta.
Ketiga adalah sujud Syukur. Sujud Syukur ini dilakukan ketika seseorang mendapat kenikmatan yang istimewa dari Allah SWT. Bisa berupa keselamatan dari bencana, mendapat suatu pencapaian, atau kenikmatan-kenikmatan lainnya. Sujud syukur ini hukumnya sunnah, dan bisa dilakukan kapan saja dan di mana saja. Rasulullah SAW sendiri juga melakukan sujud ini ketika mendapatkan kabar gembira atau mendapat suatu kenikmatan. Dari Abu Bakrah r.a, dari Nabi SAW: "Apabila datang kepada nabi saw. Kabar yang menggembirakan atau yang membahagiakan, beliau langsung bersujud untuk berterima kasih kepada Allah SWT." (HR. Abu Dawud)
RAHASIA PERINTAH SUJUD
Subhanallah walhamdulillah diantara rahasia perintah sujud dan ruku'. Simaklah Kalam Allah dengga iman : "Wahai hamba hamba yg beriman! Ruku'lah, sujudlah, dan sembahlah Tuhanmu, dan berbuatlah kebaikan agar kamu beruntung" (QS AL-Hajj 77). "...Bersujudlah dan mendekatlah kepada Allah (QS Al Alaq 19).
Rasulullah bersabda, "Sesungguhnya apabila seseorang hamba berdiri untuk shalat maka diletakkan semua dosa-dosanya di atas kepala dan kedua bahunya. Setiap kali, ia ruku' atau sujud berjatuhanlah dosa-dosanya itu" (HR At-Tabrani).
Rasulullah bersabda, "Apabila imam bangun dari ruku' serta membaca doa, maka hendaklah kamu membaca 'Allahuma Rabbana lakal hamdu' karena siapa yang bersamaan bacaannya dg bacaan Malaikat, niscaya diampunkan dosanya yang telah lalu" (HR Bukhari dan Muslim).
Rasulullah bersabda, "Sedekat-dekatnya seorang hamba kepada Tuhannya ialah ketika dia sedang bersujud, karena itu perbanyaklah doa" (HR Muslim).
Jangan pernah mempercepat sujud ruku' lagi, jangan menganggap biasa lagi sujud, ruku' itu, hayatilah, nikmatilah, rasakanlah saat saat sujud ruku' itu, kita sedang berhadapan dg serba Maha, Yang Menguasai, Yang Mengatur, Yang Menghidupkan, Yang Mematikan, Yang Menatap, dan Yang Mendengar kita saat saat sujud ruku' dihadapanNya.
Ayat Sajdah dalam Al Quran yang Disepakati Ulama.
Jakarta - Ada 15 ayat sajdah dalam Al Quran yang disepakati para ulama sesuai hadits Nabi Muhammad SAW. Berikut hadits yang diceritakan Amr bin Ash, salah satu sahabat Rasulullah SAW,
عَنْ عَمْرِو بْنِ الْعَاصِ، أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ ـ صلى الله عليه وسلم ـ أَقْرَأَهُ خَمْسَ عَشْرَةَ سَجْدَةً فِي الْقُرْآنِ مِنْهَا ثَلاَثٌ فِي الْمُفَصَّلِ وَفِي الْحَجِّ سَجْدَتَيْ
Artinya: Seperti diceritakan 'Amr bin Ash, "Rasulullah mengajarinya 15 ayat sajdah dalam Al Quran, termasuk tiga dalam Mufassal, dan dua dalam Al Hajj." (HR Ibnu Majah).
Dikutip dari buku Step by Step Sukses Membaca Al-Qur'an dengan Tartil karya Siti Pramitha Retno Wardhani, ayat sajdah menurut adalah ayat-ayat tertentu dalam Al Quran. Muslim disunahkan sujud tilawah jika mendengar atau membaca ayat sajdah.
Melansir dari tulisan Ustaz Agus Arifin dalam bukunya yang berjudul Penuntun Praktis Shalat Sudah Benarkah Shalat Kita, adapun 15 ayat sajdah dalam Al Quran yang disunnahkan untuk melakukan sujud tilawah di antaranya sebagai berikut :
15 ayat sajdah dalam Al Quran yang disepakati ulama.
1. Surat Al A'raf ayat 206
إِنَّ الَّذِينَ عِندَ رَبِّكَ لَا يَسْتَكْبِرُونَ عَنْ عِبَادَتِهِ وَيُسَبِّحُونَهُ وَلَهُ يَسْجُدُونَ
Artinya: "Sesungguhnya orang-orang yang ada di sisi Tuhanmu tidak merasa enggan untuk menyembah Allah dan mereka menyucikan-Nya dan hanya kepada-Nya mereka bersujud."
2. Surat Ar Ra'd ayat 15
وَلِلَّهِ يَسْجُدُ مَن فِي السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ طَوْعًا وَكَرْهًا وَظِلَالُهُم بِالْغُدُوِّ وَالْآصَالِ
Artinya: "Dan semua sujud kepada Allah baik yang di langit maupun yang di bumi, baik dengan kemauan sendiri maupun terpaksa (dan sujud pula) bayang-bayang mereka, pada waktu pagi dan petang hari."
3. Surat An Nahl ayat 50
يَخَافُونَ رَبَّهُمْ مِنْ فَوْقِهِمْ وَيَفْعَلُونَ مَا يُؤْمَرُونَ
Artinya: "Mereka takut kepada Tuhan yang (berkuasa) di atas mereka dan melaksanakan apa yang diperintahkan (kepada mereka)."
4. Surat Al Isra' ayat 109
وَيَخِرُّونَ لِلْأَذْقَانِ يَبْكُونَ وَيَزِيدُهُمْ خُشُوعًا
Artinya: "Dan mereka menyungkurkan wajah sambil menangis dan mereka bertambah khusyuk."
5. Surat Maryam ayat 58
أُولَٰئِكَ الَّذِينَ أَنْعَمَ اللَّهُ عَلَيْهِم مِّنَ النَّبِيِّينَ مِن ذُرِّيَّةِ آدَمَ وَمِمَّنْ حَمَلْنَا مَعَ نُوحٍ وَمِن ذُرِّيَّةِ إِبْرَاهِيمَ وَإِسْرَائِيلَ وَمِمَّنْ هَدَيْنَا وَاجْتَبَيْنَا ۚ إِذَا تُتْلَىٰ عَلَيْهِمْ آيَاتُ الرَّحْمَٰنِ خَرُّوا سُجَّدًا وَبُكِيًّا
Artinya: "Mereka itulah orang yang telah diberi nikmat oleh Allah, yaitu dari (golongan) para nabi dari keturunan Adam, dan dari orang yang Kami bawa (dalam kapal) bersama Nuh, dan dari keturunan Ibrahim dan Israil (Yakub) dan dari orang yang telah Kami beri petunjuk dan telah Kami pilih. Apabila dibacakan ayat-ayat Allah Yang Maha Pengasih kepada mereka, maka mereka tunduk sujud dan menangis."
6. Surat Al Hajj ayat 18
أَلَمْ تَرَ أَنَّ اللَّهَ يَسْجُدُ لَهُ مَن فِي السَّمَاوَاتِ وَمَن فِي الْأَرْضِ وَالشَّمْسُ وَالْقَمَرُ وَالنُّجُومُ وَالْجِبَالُ وَالشَّجَرُ وَالدَّوَابُّ وَكَثِيرٌ مِّنَ النَّاسِ ۖ وَكَثِيرٌ حَقَّ عَلَيْهِ الْعَذَابُ ۗ وَمَن يُهِنِ اللَّهُ فَمَا لَهُ مِن مُّكْرِمٍ ۚ إِنَّ اللَّهَ يَفْعَلُ مَا يَشَاءُ
Artinya: "Tidakkah engkau tahu bahwa siapa yang ada di langit dan siapa yang ada di bumi bersujud kepada Allah, juga matahari, bulan, bintang, gunung-gunung, pohon-pohon, hewan-hewan yang melata dan banyak di antara manusia? Tetapi banyak (manusia) yang pantas mendapatkan azab. Barangsiapa dihinakan Allah, tidak seorang pun yang akan memuliakannya. Sungguh, Allah berbuat apa saja yang Dia kehendaki."
7. Surat Al-Hajj ayat 77
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا ارْكَعُوا وَاسْجُدُوا وَاعْبُدُوا رَبَّكُمْ وَافْعَلُوا الْخَيْرَ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ
Artinya: "Wahai orang-orang yang beriman! Rukuklah, sujudlah, dan sembahlah Tuhanmu; dan berbuatlah kebaikan, agar kamu beruntung."
8. Surat Al Furqan ayat 60
وَإِذَا قِيلَ لَهُمُ اسْجُدُوا لِلرَّحْمَٰنِ قَالُوا وَمَا الرَّحْمَٰنُ أَنَسْجُدُ لِمَا تَأْمُرُنَا وَزَادَهُمْ نُفُورًا
Artinya: Dan apabila dikatakan kepada mereka: "Sujudlah kamu sekalian kepada yang Maha Penyayang", mereka menjawab: "Siapakah yang Maha Penyayang itu? Apakah kami akan sujud kepada Tuhan Yang kamu perintahkan kami(bersujud kepada-Nya)?", dan (perintah sujud itu) menambah mereka jauh (dari iman).
9. Surat An Naml ayat 26
اللَّهُ لَا إِلَٰهَ إِلَّا هُوَ رَبُّ الْعَرْشِ الْعَظِيمِ
Artinya: "Allah, tidak ada tuhan melainkan Dia, Tuhan yang mempunyai 'Arsy yang agung"
10. Surat As Sajdah ayat 15
إِنَّمَا يُؤْمِنُ بِآيَاتِنَا الَّذِينَ إِذَا ذُكِّرُوا بِهَا خَرُّوا سُجَّدًا وَسَبَّحُوا بِحَمْدِ رَبِّهِمْ وَهُمْ لَا يَسْتَكْبِرُونَ
Artinya: "Orang-orang yang beriman dengan ayat-ayat Kami, hanyalah orang-orang yang apabila diperingatkan dengannya (ayat-ayat Kami), mereka menyungkur sujud dan bertasbih serta memuji Tuhannya, dan mereka tidak menyombongkan diri."
11. Surat Fushilat ayat 38
فَإِنِ اسْتَكْبَرُوا فَالَّذِينَ عِندَ رَبِّكَ يُسَبِّحُونَ لَهُ بِاللَّيْلِ وَالنَّهَارِ وَهُمْ لَا يَسْأَمُونَ
Artinya: "Jika mereka menyombongkan diri, maka mereka (malaikat) yang di sisi Tuhanmu bertasbih kepada-Nya pada malam dan siang hari, sedang mereka tidak pernah jemu."
12. Surat Sad ayat 24
قَالَ لَقَدْ ظَلَمَكَ بِسُؤَالِ نَعْجَتِكَ إِلَىٰ نِعَاجِهِ ۖ وَإِنَّ كَثِيرًا مِّنَ الْخُلَطَاءِ لَيَبْغِي بَعْضُهُمْ عَلَىٰ بَعْضٍ إِلَّا الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ وَقَلِيلٌ مَّا هُمْ ۗ وَظَنَّ دَاوُودُ أَنَّمَا فَتَنَّاهُ فَاسْتَغْفَرَ رَبَّهُ وَخَرَّ رَاكِعًا وَأَنَابَ
Artinya: Dia (Dawud) berkata, "Sungguh, dia telah berbuat zhalim kepadamu dengan meminta kambingmu itu untuk (ditambahkan) kepada kambingnya. Memang banyak di antara orang-orang yang bersekutu itu berbuat zhalim kepada yang lain, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan kebajikan; dan hanya sedikitlah mereka yang begitu." Dan Dawud menduga bahwa Kami mengujinya; maka dia memohon ampunan kepada Tuhannya lalu menyungkur sujud dan bertobat.
Namun, pendapat dari Imam Jalalludin As Suyuty dalam kitab Al Itqan menyebut bahwa ayat ini bukan tergolong dalam ayat sajdah.
13. Surat An Najm ayat 62
فَاسْجُدُوا لِلَّهِ وَاعْبُدُوا
Artinya: "Maka bersujudlah kepada Allah dan sembahlah (Dia)."
14. Surat Al Insyiqaq ayat 21
وَإِذَا قُرِئَ عَلَيْهِمُ الْقُرْآنُ لَا يَسْجُدُونَ
Artinya: "Dan apabila Al-Qur'an dibacakan kepada mereka, mereka tidak (mau) bersujud."
15. Surat Al 'Alaq ayat 19
كَلَّا لَا تُطِعْهُ وَاسْجُدْ وَاقْتَرِب
Artinya: "sekali-kali tidak! Janganlah kamu patuh kepadanya; dan sujudlah serta dekatkanlah (dirimu kepada Allah)."
Sunnah melakukan sujud tilawah setelah membaca ayat sajdah ini didasarkan pada sabda Rasulullah SAW. Dari Abu Hurairah, Rasulullah SAW bersabda,
إِذَا قَرَأَ ابْنُ آدَمَ السَّجْدَةَ فَسَجَدَ اعْتَزَلَ الشَّيْطَانُ يَبْكِى يَقُولُ يَا وَيْلَهُ - وَفِى رِوَايَةِ أَبِى كُرَيْبٍ يَا وَيْلِى - أُمِرَ ابْنُ آدَمَ بِالسُّجُودِ فَسَجَدَ فَلَهُ الْجَنَّةُ وَأُمِرْتُ بِالسُّجُودِ فَأَبَيْتُ فَلِىَ النَّارُ
Artinya: Jika anak Adam membaca ayat sajadah, lalu dia sujud, maka setan akan menjauhinya sambil menangis. Setan pun akan berkata-kata: "Celaka aku. Anak Adam disuruh sujud, dia pun bersujud, maka baginya surga. Sedangkan aku sendiri diperintahkan untuk sujud, namun aku enggan, sehingga aku pantas mendapatkan neraka." (HR Muslim).