KISAH PERTEMPURAN MAJAPAHIT VS DEMAK
Sumber foto : brousing Google (ilustrasi peperangan Majapahit VS Demak)
Pertempuran Majapahit dan Demak adalah serangkaian pertempuran antara Kesultanan Demak dan Kerajaan Majapahit. Pertempuran ini terjadi dalam beberapa tahap, yaitu pada tahun 1478, 1524, dan 1527.
Tahap-tahap pertempuran
Tahun 1478
Demak menyerang Majapahit, namun beberapa sejarawan berpendapat bahwa Majapahit diserang oleh Girindrawardhana.
Tahun 1524
Pasukan Demak di bawah pimpinan Sunan Ngudung bertempur melawan pasukan Majapahit yang dipimpin oleh Raden Kusen. Dalam pertempuran ini, Sunan Ngudung gugur.
Tahun 1527
Demak berhasil mengalahkan Majapahit di bawah pimpinan Sunan Kudus. Peristiwa ini menandai berakhirnya kekuasaan Majapahit di Jawa.
Penyebab pertempuran Konflik internal dan perebutan takhta di Majapahit, Penyebaran Islam di Jawa, Melemahnya kekuatan militer dan ekonomi Majapahit, Aliansi Majapahit dengan Portugis di Malaka, Ambisi Demak untuk melanjutkan kejayaan Majapahit.
Perang Demak dan Majapahit menandai kekalahan pasukan yang setia kepada penguasa sah Majapahit, Bhre Kertabhumi.
Konflik Demak-Majapahit
Konflik Demak-Majapahit merupakan rangkaian konflik antara Kesultanan Demak yang sedang bangkit dan Kerajaan Majapahit yang sedang melemah . Hal ini menandai kekalahan pasukan yang setia kepada penguasa sah Majapahit, Bhre Kertabhumi (Pangeran Kertabhumi), oleh Girindrawardhana , putra Singhavikramavardhana, dan kemerdekaan Kesultanan Demak di bawah pimpinan Raden Patah . Tahun 1478 digunakan untuk menandai berakhirnya Kerajaan Majapahit. Sudarma Wisuta merupakan perang terbesar kedua di Jawa kuno. Perang berakhir dengan jalan buntu karena Girindrawardhana membunuh Panglima Demak (Jenderal Ngundung) dan Pasukan Demak menghancurkan logistik Girindrawardhana.
Pertempuran ini merupakan kemenangan strategis bagi Demak, karena setelah pertempuran tersebut kekuatan dan pasukan Demak bertambah besar secara drastis. Pertempuran ini merupakan kesempatan terakhir bagi Daha untuk menaklukkan Demak, karena setelah pertempuran ini Daha kehilangan keunggulan jumlah pasukannya.
Latar belakang
Kesultanan Demak didirikan oleh Raden Patah pada tahun 1475. Menurut Babad Tanah Jawi , ia adalah putra Kertabhumi dan seorang selir Cina. Pada tahun 1468, Kertabhumi merebut Singhavikramavardhana, mengasingkannya ke Daha , dan memerintah sebagai Brawijaya V dari Majapahit. Namun, putra Singhavikramavardhana, Girindrawardhana, mengkonsolidasikan basis kekuatan di Daha untuk merebut kembali tahta. Ia didukung oleh ketegangan agama. Untuk menjaga pengaruh Majapahit dan kepentingan ekonomi, Kertabhumi telah memberikan hak perdagangan pedagang Muslim di pantai utara Jawa, sebuah tindakan yang mendukung Kesultanan Demak. Kebijakan tersebut meningkatkan ekonomi dan pengaruh Majapahit, tetapi melemahkan posisi Hindu - Buddha sebagai agama dominan, karena Islam mulai menyebar lebih bebas di Jawa.
Serangan di Trowulan
Konflik ini memuncak pada tahun 1478. Pararaton menyatakan, ".... bhre Kertabhumi ..... bhre prabhu sang mokta ring kadaton i saka sunyanora-yuganing-wong, 1400" . Pada tahun itu, pasukan Girindrawardhana di bawah Jenderal Udara menerobos pertahanan Trowulan dan membunuh Bhre Kertabhumi di istananya. Demak mengirimkan bala bantuan di bawah pimpinan Sunan Ngudung yang gugur dalam pertempuran dan digantikan oleh Sunan Kudus . Meski berhasil mengusir tentara penyerang, mereka datang terlambat untuk menyelamatkan Kertabhumi. Dalam prasasti Trailokyapuri Jiwu dan Petak, Girindrawardhana mengklaim kekalahan Kertabhumi, dan dengan itu ia menyatukan kembali Majapahit sebagai satu kerajaan.
Setelah konflik tersebut, Girindrawardhana memerintah sebagai Brawijaya VI dari Majapahit hingga ia terbunuh dan digantikan oleh Prabu Udara pada tahun 1498, tetapi Demak memperoleh kemerdekaan dan menjadi negara berdaulat yang tidak lagi tunduk pada Kerajaan Majapahit. Konflik tersebut menyebabkan perang terus-menerus antara Demak dan sisa-sisa Majapahit di Daha, karena penguasa Demak mengklaim sebagai keturunan Kertabhumi. Hal ini berakhir dengan kekalahan Prabu Udara dan jatuhnya Daha pada tahun 1527.
Warisan
Hari ini tahun 1478 diperingati oleh masyarakat Jawa dengan candrasengkala sirna ilang kertaning bumi ( sirna = 0, ilang = 0, kerta = 4, bumi = 1, artinya 1400 Saka) (hilang dan hilang kebanggaan negeri).
![]() |
Sumber foto : brousing Google |
Secara umum, perang antara Majaphit melawan Demak yang diceritakan naskah-naskah babad cuma terjadi satu kali. Yaitu hanya pada 1478 Masehi. Perang tersebut dikenal dengan nama perang Sudarma Wisuta, perang ini jugalah yang dimaknai sebagai perang yang mengahiri riwayat Majapahit.
Belakangan perang Sudarma Wisuta bertentangan dengan fakta sejarah seiring ditemukannya Prasasti Petak dan Pasasti Jiyu, karena dalam pasasti tersebut menginformasikan bahwa Brawijaya bukan dijatuhkan Demak melainkan dijatuhkan Giriwardana Dyah Ranawijaya Tahun 1478 M.
Naskah babad tidak mengisahkan adanya lagi perang antara Majapahit Vs Demak sesudah 1478 M. Padahal menurut catatan Potugis dan Kronik China dari Kuil Sam Po Kong, bahwa perang Majapahit Vs Demak terjadi lebih dari dua kali.
Menurut Kronik China, bahwa pada 1517 M, Pa-Bu-Ta-La yang bekerjasama dengan bangsa asing dari Ma-Lok-Sa (Maksudnya Potugis dari Malaka) mengundang kemarahan Jin-Bun (Raden Patah), Jin Bun kemudian menyerang Majapahit, penyerangan menyebabkan kekalahan Majapahit, akan tetapi Jin-Bun mengampuni Pa-Bu-Ta-La karena istrinya adalah adik dari Jin-Bun.
Selanjutnya, catatan Portugis menyebutkan, bahwa pernah terjadi perang antara Majapahit Vs Demak, Panglima Majapahit dipimpin oleh seorang Bupati dari Tuban bernama Pate Vira.
Selain itu, masih dalam berita Portugis menyebutkan Majapahit menyerang Kerajaan Giri Kedaton, sekutu Demak, serangan ke Giri tersebut gagal sementara Panglima perangnya yang bernama Matalim Jagalapati masuk Islam.
Sepeninggal Raden Patah, yaitu pada tahun 1518 M, Demak diperintah oleh Patih Unus hingga kewafatannya pada1521. Selanjutnya Demak dipimpin oleh Sultan Trenggono. Dalam masa Sultan Trenggono di Demak terjadi perebutan tahta, antara Trenggono dan Raden Kikin.
Kisruh tahta di Di Demak dalam pergantian Sultan Tenggono, menurut Kronik China dimanfaatkan oleh Pa-Bu-Ta-La untuk kembali bekerja sama dengan Portugis, Pa-Bu-Ta-La menghendaki Majapahit kembali menguasai Demak dan tidak mau menjadi bawahan Demak.
Pertempuran Majapahit Vs Demak ini terjadi pada 1524 M. Pasukan Demak dipimpin oleh Sunan Ngundung, sementara Pasukan Majapahit dipimpin Raden Kusen/Huasin. Dalam pertempuran pertama, Pangeran Ngundung yang juga merupakan ayah Sunan Kudus tebunuh.
Selanjutnya, pada perang yang terakhir, yaitu pada 1527 M, Pasukan Demak yang dipimpin Sunan Kudus dapat mengalahka Majapahit. Raden Kusen ditawan dengan hormat. Mengingat Raden Kusen sebenanya mertua Sunan Kudus.
Sementara menurut Kronik China, dalam perang Majapahit Vs Demak pada 1527 M, tentara Demak dipimpin oleh anak Tung-Ka-Lo (Sultan Tenggono), yang bernama Toh-a-Bo (kemungkinan maksudnya Raden Mukmin atau Sunan Perwoto). Pa-Bu-Ta-La Raja Majapahit terakhir dalam catatan Kronik China wafat pada 1527 M, sebelum pasukan Demak merebut Istana.
Peristiwa kekalahan Pa-Bu-Ta-La atau Giriwardana Dyah Ranawijaya menandai berakhirnya riwayat Majapahit, sehingga orang-orang Majapahit yang kala itu masih setia pada Raja dan Kerajaannya menolak kekuasaan Demak, mereka melaikan diri ke Pulau Bali, sebagian lainnya melarikan diri ke daerah Jawa tengah dan Pasundan.
Memahami kisah peperangan antara Demak Vs Majapahit di atas, dapatlah dimengerti bahwa menurut fakta sejarah, pada 1478 M Brawijaya V, ayah Raden Patah yang kala itu menjadi Raja Majapahit yang berkedudukan di Trowulan di kudeta oleh Ranawijaya. Ibukota Majapahit dipindahkan ke Kediri.
Tidak terima dengan hal itu, sekaligus juga karena hawatir Ranawijaya bersekutu dengan Portugis, pada tahun 1517 Demak menyerang Majapahit, dalam perang ini Majapahit takluk dan dijadikan wilayah bawahan Demak.
Selepas Sultan Tenggono memerintah, Majapahit memanfaatkan suasana ketidak setabilan Demak, pada 1524 M Majapahit kembali berusaha besekutu dengan Portugis dan mencoba kembali berusaha menjadi penguasa di Jawa, sehingga perang diantara keduanya meletus, dalam perang ini Demak dapat dikalahkan Majapahit.
Pada tahun 1527 M, perang antara Majapahit Vs Demak kembali meletus, perang ini merupakan perang penentuan, yaitu perang yang mengahiri riwayat Majapahit untuk selama-lamanya.
Artikel by POINT Consultant