Invasi Kerajaan Chola terhadap Sriwijaya: Serangan Laut yang Mengubah Sejarah Asia Tenggara
https://en.wikipedia.org/wiki/Chola_invasion_of_Srivijaya
# *Invasi Kerajaan Chola terhadap Sriwijaya: Serangan Laut yang Mengubah Sejarah Asia Tenggara*
_Green Berrryl & Pxai_
Pada tahun 1025 M, Kerajaan Chola di bawah pimpinan Rajendra Chola I melancarkan serangan laut terhadap pelabuhan-pelabuhan Kerajaan Sriwijaya di kawasan Asia Tenggara Maritim. Invasi ini menjadi peristiwa penting dalam sejarah Indonesia karena berhasil melemahkan kekuasaan Sriwijaya sebagai kerajaan maritim yang dominan di kawasan ini. Serangan naval ini merupakan peristiwa unik dalam sejarah India dan hubungan damai timbal baliknya dengan negara-negara Asia Tenggara, serta berdampak signifikan pada perubahan geopolitik kawasan dan perkembangan jalur perdagangan internasional.[3][6]
## *Latar Belakang Hubungan Chola-Sriwijaya*
Sepanjang sebagian besar sejarahnya, India dan Indonesia memiliki hubungan yang damai dan bersahabat, menjadikan invasi Chola ini sebagai peristiwa yang tidak biasa dalam sejarah Asia.[1] Pada abad ke-9 dan 10, Sriwijaya memiliki hubungan erat dengan Kekaisaran Pala di Bengal. Sebuah prasasti Nalanda tahun 860 mencatat bahwa Maharaja Balaputra dari Sriwijaya mendedikasikan sebuah biara di Nalanda Mahavihara di wilayah Pala.[2]
Hubungan antara Sriwijaya dan dinasti Chola di India selatan juga berjalan baik selama masa pemerintahan Raja Raja Chola I. Pada tahun 1006, Raja Maravijayattungavarman, seorang Maharaja Sriwijaya dari dinasti Sailendra, mendirikan Chudamani Vihara di kota pelabuhan Nagapattinam.[2] Namun, ketika Rajendra Chola I menjadi raja, hubungan kedua kerajaan memburuk hingga terjadilah serangan Chola ke kota-kota Sriwijaya.[2]
Kerajaan Sriwijaya sendiri didirikan pada 671 M oleh Sri Jayanasa (Dapunta Hyang) dan pada masa keemasannya memiliki kekuasaan yang luas meliputi Pulau Sumatra, Semenanjung Melayu, Pulau Jawa, dan Thailand selatan.[8] Saat Kerajaan Chola menyerang, Sriwijaya diperintah oleh Sri Maharaja Sangrama Vijayottungga Warmadewa dari wangsa Sailendra.[8]
## *Motif Invasi*
Terdapat beberapa teori mengenai alasan di balik invasi Kerajaan Chola terhadap Sriwijaya:
### *Persaingan Perdagangan*
Sriwijaya mengendalikan dua titik strategis jalur pelayaran utama yakni Selat Malaka dan Selat Sunda, menjadikannya kerajaan dagang yang memiliki kekuatan angkatan laut yang kuat.[2][8] Bagian barat laut Selat Malaka dikendalikan dari Kedah di Semenanjung Melayu dan dari Pannai di sisi Sumatra, sementara Malayu (di Jambi) dan Palembang mengendalikan bagian tenggara dan Selat Sunda.[2]
Sriwijaya menerapkan monopoli perdagangan laut, memaksa kapal-kapal yang melewati perairan mereka untuk singgah di pelabuhan-pelabuhan Sriwijaya atau berisiko dijarah.[2][8] Sejarawan India Nilakanta Sastri berpendapat bahwa konflik mungkin muncul dari upaya Sriwijaya menghalangi perdagangan Chola dengan Timur, terutama dengan Tiongkok.[2][8]
### *Ambisi Ekspansi*
Kemungkinan lain adalah keinginan Rajendra Chola I untuk memperluas kekuasaannya ke negeri-negeri seberang laut, atau *digvijaya* (penaklukan dunia), untuk menambah prestise pemerintahannya.[2][8]
### *Faktor Geopolitik*
Teori ketiga berkaitan dengan faktor geopolitik dan diplomatik. Raja Suryavarman I dari Kerajaan Khmer meminta bantuan dari Rajendra Chola I untuk melawan kerajaan Tambralinga. Sebagai respons, kerajaan Tambralinga meminta bantuan dari raja Sriwijaya, Sangrama Vijayatunggavarman.[2][8] Konflik ini semakin rumit karena perbedaan agama: Kerajaan Chola dan Khmer menganut Hindu Siwa, sedangkan Tambralinga dan Sriwijaya menganut Buddha Mahayana.[8]
## *Proses Invasi*
Invasi Chola ke Sriwijaya merupakan kampanye cepat yang membuat Sriwijaya tidak siap. Pada abad ke-11, angkatan laut Chola telah menjadi kekuatan yang tangguh, sementara kekuatan laut Sriwijaya melemah.[2]
Biasanya kapal-kapal India berlayar ke timur melintasi Teluk Benggala, berhenti di pelabuhan-pelabuhan di Lamuri, Aceh, atau Kedah di Semenanjung Melayu sebelum memasuki Selat Malaka. Namun, armada Chola berlayar langsung ke pantai barat Sumatra. Pelabuhan Barus di pantai barat Sumatra Utara, yang dikendalikan oleh serikat dagang Tamil, menjadi titik perlengkapan ulang setelah melintasi Samudra Hindia.[2] Dari sana, armada Chola berlayar ke selatan sepanjang pantai barat Sumatra dan memasuki Selat Sunda.[2]
Armada laut Sriwijaya yang ditempatkan di Kedah dekat pembukaan barat laut Selat Malaka tidak menyadari invasi Chola yang mendekat dari selatan melalui Selat Sunda.[2] Kota Sriwijaya pertama yang diserang adalah Palembang, ibukota kerajaan. Serangan mendadak ini memungkinkan Chola untuk menjarah kota, merampas istana kerajaan *Kadatuan* dan biara-biara.[2] Prasasti Thanjavur mencatat bahwa Rajendra Chola menangkap Raja Sangrama Vijayottunggavarman dari Sriwijaya dan menyita harta, termasuk Vidhyadara Torana, 'gerbang perang' berhias permata milik Sriwijaya.[2][8]
Meskipun berhasil, Chola tidak mendirikan kendali jangka panjang atas kota-kota yang ditaklukkan, karena kampanye ini terutama melibatkan serangan dan penjarahan cepat.[2] Armada Chola kemungkinan memanfaatkan angin monsun Asia Tenggara untuk bergerak cepat antar pelabuhan.[2] Taktik serangan cepat dan tak terduga ini berkontribusi pada kesuksesan Chola, karena mencegah *mandala* Sriwijaya mengorganisir pertahanan, memasang respons, atau mencari bantuan.[2]
## *Dampak dan Akibat Invasi*
### *Keruntuhan Dinasti Sailendra*
Dengan Maharaja Sangrama Vijayottunggavarman ditawan dan sebagian besar kotanya hancur, *mandala* Sriwijaya yang tak memiliki pemimpin memasuki periode kekacauan dan kebingungan, menandai akhir dinasti Sailendra.[2] Menurut Sejarah Melayu abad ke-15, Rajendra Chola I, setelah serangan laut yang sukses pada 1025, menikahi Onang Kiu, putri Sangrama Vijayottunggavarman.[2][8]
### *Perubahan Geopolitik*
Invasi ini memaksa Sriwijaya untuk berdamai dengan kerajaan Kahuripan di Jawa. Kesepakatan damai ini diperantarai oleh putri Sangrama Vijayottunggavarman yang berhasil melarikan diri dari kehancuran Palembang dan datang ke istana Raja Airlangga di Jawa Timur. Dia juga menjadi permaisuri Airlangga bernama Dharmaprasadottungadevi dan pada 1035, Airlangga membangun biara Buddha bernama Srivijayasrama yang didedikasikan untuk permaisurinya.[2]
Invasi ini sangat melemahkan hegemoni Sriwijaya dan memungkinkan pembentukan kerajaan-kerajaan regional seperti Kahuripan dan penggantinya, Kediri di Jawa yang berbasis pada pertanian daripada perdagangan pesisir dan jarak jauh.[2] Sri Deva dinobatkan sebagai raja baru dan aktivitas perdagangan dilanjutkan. Dia mengirim duta ke istana Tiongkok pada 1028 M.[2]
### *Pengaruh Tamil di Asia Tenggara*
Pengendalian Chola atas Sriwijaya berlangsung selama beberapa dekade. Kronik Tiongkok menyebutkan *Sanfoqi Zhu-nian guo* yang berarti "negara Chola dari Sanfoqi", kemungkinan merujuk ke Kedah.[2] *Sanfoqi Zhu-nian guo* mengirim misi ke Tiongkok pada 1077, 1079, 1082, 1088, dan 1090.[2] Sangat mungkin bahwa Chola menempatkan seorang putra mahkota di area yang didominasi Tamil di Selat Malaka.[2]
Kolonisasi Tamil di Selat Malaka tampaknya berlangsung selama satu abad. Chola meninggalkan beberapa prasasti di Sumatra utara dan Semenanjung Melayu.[2] Pengaruh Tamil dapat ditemukan dalam karya seni (patung dan arsitektur kuil), menunjukkan aktivitas pemerintahan daripada perdagangan.[2] Kekuasaan Chola di Sumatra utara dan Semenanjung Melayu berkurang pada abad ke-12 — puisi Tamil *Kalingatupparani* sekitar 1120 menyebutkan penghancuran Kadaram (Kedah) oleh Kulottungga. Setelah itu, Kedah menghilang dari sumber-sumber India.[2]
## *Kesimpulan*
Invasi Kerajaan Chola terhadap Sriwijaya merupakan peristiwa penting yang mengubah lanskap politik dan ekonomi di kawasan Asia Tenggara. Serangan ini tidak hanya melemahkan hegemoni Sriwijaya sebagai kekuatan maritim dominan tetapi juga membuka jalan bagi munculnya kerajaan-kerajaan baru di kawasan ini.
Dampak invasi ini juga terlihat pada perkembangan kebudayaan dan perdagangan di kawasan Asia Tenggara, dengan masuknya pengaruh Tamil yang lebih kuat. Invasi ini juga berperan dalam perubahan pola perdagangan internasional, dimana bangsa Melayu tersingkir dari rute perdagangan internasional dan digantikan oleh bangsa Tamil dari Kerajaan Chola yang menjadi penguasa dan dapat dengan mudah berlayar menuju Tiongkok.[8]
Meskipun menjadi peristiwa yang relatif singkat dalam sejarah, invasi Chola ke Sriwijaya meninggalkan jejak yang mendalam pada geopolitik kawasan dan menjadi contoh bagaimana kekuatan maritim dapat mempengaruhi perjalanan sejarah suatu wilayah. Hingga kini, peristiwa ini tetap menjadi bagian penting dalam kajian sejarah Indonesia dan hubungan antar peradaban di kawasan Asia Tenggara.
Citations:
[1] Chola_invasion_of_Srivijaya https://en.wikipedia.org/wiki/Chola_invasion_of_Srivijaya
[2] Chola invasion of Srivijaya - Wikipedia https://en.wikipedia.org/wiki/Chola_invasion_of_Srivijaya
[3] Invasi Sriwijaya oleh Chola - Wikipedia https://id.wikipedia.org/wiki/Invasi_Sriwijaya_oleh_Chola
[4] Kerajaan Chola - Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas https://infokuliah.palcomtech.ac.id/kuliahpedia/wiki/Kerajaan_Chola
[5] Could the Cholas have used elephants in Naval Warfare ... - Reddit https://www.reddit.com/r/IndianHistory/comments/1bmk1gw/could_the_cholas_have_used_elephants_in_naval/
[6] Invasi Sriwijaya oleh Chola - P2K Stekom https://p2k.stekom.ac.id/ensiklopedia/Invasi_Sriwijaya_oleh_Chola
[7] The Chola Empire's Naval Blitzkrieg: A Forgotten Legacy of Indian ... https://www.linkedin.com/pulse/chola-empires-naval-blitzkrieg-forgotten-legacy-indian-hemaasri-rajan-1e
[8] Serangan Kerajaan Chola ke Sriwijaya dalam Sejarah Indonesia https://nationalgeographic.grid.id/read/133901654/serangan-kerajaan-chola-ke-sriwijaya-dalam-sejarah-indonesia?page=all
[9] Kemaharajaan Sriwijaya - YouTube https://www.youtube.com/watch?v=shnfDssDXp4
[10] Sriwijaya - Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas https://id.wikipedia.org/wiki/Sriwijaya
[11] Sri Dewa - Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas https://infokuliah.palcomtech.ac.id/kuliahpedia/wiki/Sri_Dewa
[12] Alasan Cola Serang Sriwijaya - Historia https://historia.id/kuno/articles/alasan-cola-serang-sriwijaya-6lJbo
[13] Srivijaya - Wikipedia https://en.wikipedia.org/wiki/Srivijaya
[14] Kerajaan Chola - Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas https://id.wikipedia.org/wiki/Kerajaan_Chola
[15] Śrīvijaya Revisited: Reflections on State Formation of a Southeast ... https://www.persee.fr/doc/befeo_0336-1519_2016_num_102_1_6231
[16] Serbuan Cola ke Sriwijaya - Historia https://historia.id/kuno/articles/serbuan-cola-ke-sriwijaya-P940m
[17] SRIVIJAYA KINGDOM | Facts and Details https://factsanddetails.com/indonesia/History_and_Religion/sub6_1a/entry-3940.html
[18] “Invasi maritim besar-besaran kerajaan Chola menyerang Sriwijaya ... https://www.instagram.com/bukukobam/reel/C0jEV93x_Lf/
Diposting ulang oleh POINT Consultant