Tantangan Pancasila Sebagai Ideologi Negara Menyongsong Indonesia Emas
Pancasila
di masa mendatang akan mempertahankan tegaknya otoritas negara Republik Indonesia dan penegakan hukum serta
menjadi pelindung hak-hak dasar warga negara sebagai manusia. Oleh karena itu,
sangat penting untuk menanamkan kesadaran terhadap potensi bahaya gangguan dari
luar maupun dalam negeri yang dapat merusak serta mengajak semua elemen masyarakat bangsa dan negara Indonesia untuk mempertahankan identitas
bangsa serta meningkatkan ketahanan mental dan ideologi bangsa.
Seharusnya
representasi sosial tentang Pancasila yang diingat orang (semua warga negara Indonesia) adalah Pancasila
ideologi toleransi, Pancasila ideologi pluralisme, dan Pancasila ideologi
multikulturalisme.
Representasi
sosial tentang Pancasila yang dimaksud adalah kerangka acuan nilai bernegara
dan berbangsa yang menjadi identitas Bangsa Indonesia. Bahwa
jika Pancasila menjadi acuan, maka implementasi nilai-nilai Pancasila akan
lebih mudah terlihat dalam praktik bernegara, misalnya saat pengambilan
kebijakan-kebijakan politik hingga kebijakan publik. Bahwa terlihat
Pancasila bisa memberikan solusi di tengah adanya beragam ideologi seperti
sosialis dan liberal serta di tengah usaha politik identitas oleh agama, etnik,
dan kepentingan.
Pancasila
yang merupakan dasar Negara yang mengandung Nilai-nilai luhur yang harus
melekat dan menjadi ciri bangsa Indonesia, harus mampu tercermin dalam
aktivitas kehidupan sehari-hari.
Pancasila
merupakan pondasi, azas dan pandangan serta pedoman hidup bangsa Indonesia.
Pancasila memuat nilai-nilai luhur yang yang mengatur tatanan kehidupan dan menjadi
ciri bangsa yang dimiliki oleh rakyat Indonesia.
Kemajuan
pengetahuan dan teknologi tersebut kiranya dapat menjadi sarana untuk
memudahkan bangsa Indonesia mencapai cita-citanya yakni mewujudkan masyarakat
yang sejahtera mencerdaskan kehidupan bangsa dan turut menjaga ketertiban dunia
sebagaimana yang tercantum pada alinea ke 4 pembukaan UUD 1945.
Bangsa
Indonesia terutama generasi penerus harus memahami, mempelajari dan menanamkan
serta mempedomani nilai-nilai luhur
pancasila sebagai pondasi moral dalam kehidupan sehari-hari serta harus terus
menjaga jati diri bangsa yang berbeda dengan bangsa-bangsa yang lain
Kemajuan
teknologi dan era digital yang melanda dunia sekarang ini telah membawa
berbagai perubahan bagi masyarakat, kemudahan untuk mengakses berbagai
informasi tanpa batas dapat dilakukan dengan mudah, kejadian apapun di belahan
bumi manapun dapat diakses dan diketahui dalam sekejap tanpa ada yang
membatasi.
Kemajuan
teknologi adalah sesuatu hal yang tak bisa dihindari dan dibendung, karena
teknologi berkembang seiring dengan berkembangnya ilmu pengetahuan.
Indonesia
termasuk salah satu negara yang juga menikmati dan dipengaruhi kemajuan
teknologi dan digital tersebut. Kemajuan zaman dan teknologi memiliki pengaruh
positif dan negatif. Meskipun banyak anak bangsa yang memanfaatkan teknologi
untuk hal-hal yang berguna namun pengaruh negatifnya juga telah terlihat nyata.
Saat ini dampak negatif yang nyata terlihat adalah berkembangnya budaya asing
atau budaya barat yang telah menjadi biasa di Indonesia, telah menggeser budaya
luhur bangsa sendiri. Budaya asing sudah merajalela masuk dalam pola kehidupan
sehari-hari menjadi hal yang lumrah dapat ditemui dimana-mana, mulai dari
kebiasaan berpakaian, berbicara, berprilaku dan sebagainya.
Kecanggihan
teknologi dapat membantu setiap aktivitas manusia, namun pesatnya perkembangan
teknologi memerlukan filter dan buffer (penyaring dan penyangga) untuk dapat menyaring hal-hal yang baik bermanfaat
dan hal-hal yang sia-sia atau bahkan informasi yang memberi pengaruh buruk,
ketidak hati-hatian dan kebebasan dalam menyikapi teknologi memungkinkan
terjadi penyimpangan dan kerugian, kemerosotan nilai-nilai moral dan mengancam
eksistensi nilai-nilai luhur bangsa.
Pandemi
korona dekade tahun kemarin, juga turut andil dalam semakin pesatnya perkembangan teknologi. sebagian
besar aktivitas dilakukan dengan teknologi seperti kegiatan belajar mengajar,
pegawai atau pekerja swasta bahkan berbelanja untuk keperluan sehari-hari.
Pengaruh
teknologi khususnya kecanduan dengan
gadget juga memberi pengaruh buruk terhadap sikap manusia. Hal yang sederhana
yang dapat dilihat secara langsung adalah ketidak pedulian dengan lingkungan
sekitarnya bahkan hal itu terjadi di dalam rumah tangga anak dan orang tua
sibuk dengan gadgetnya sendiri. tidak
seperti dahulu hari-hari yang dipenuhi dengan senda gurau antar individu di
dalam rumah, setiap anggota keluarga sangat sibuk dengan gatgetnya
masing-masing, generasi Indonesia peduli dan manghayati mempelajari,
mempedomani, menghayati dan mengamalkan dalam kehidupan sehari-hari nilai-nilai
luhur bangsa. akankah nilai-nilai yang mengikat tersebut terkikis oleh kemajuan
teknologi dan pengetahuan serta budaya barat. Nilai-nilai luhur yang sudah
menjadi ciri dan cerminan budi pekerti bangsa Indonesia sejak dahulu kala.
Nilai-nilai luhur dari sila-sila pancasila
Nilai-nilai
luhur dari sila-sila pancasila secara garis besar yang harus selalu terpatri
dan menjadi pedoman hidup setiap rakyat Indonesia terutama generasi penerus
yang akan melanjutkan kehidupan mengisi kelangsungan pembangunan dan kedamaian
negeri tercinta ini agar ciri khas akhlak dan budi pekertinya selalu berada
dalam koridor nilai luhur Pancasila.
Nilai-nilai
luhur dari sila-sila Pancasila tersebut adalah :
1.
Ketuhanan yang Maha Esa.
Sila pertama ini mengandung
arti bahwa setiap warga negara Indonesia
harus mempercayai meyakini dan beriman kepada Tuhan Yang Maha Esa. Karena
adanya keyakinan akan Tuhan Yang Maha Esa tersebut maka seluruh warga Negara
Indonesia wajib memiliki agama atau kepercayaan. Di Indonesia terdapat beberapa
agama dan kepercayaan yang dianut oleh Bangsa Indonesia, setiap warga negara
bebas melaksanakan ibadah sesuai dengan agama atau kepercayaan yang dianutnya
dengan rasa aman. Meskipun memiliki agama dan kepercayaan yang berbeda-beda
namun nilai kerukunan hidup beragama, berdampingan dengan menjaga sikap
toleransi, saling menghargai kebebasan beragama serta saling menjaga keamanan
dalam menjalankan ibadah sesuai dengan agama masing-masing, dan tidak
memaksakan kehendak kepada orang lain. sikap toleran telah melahirkan akhlak
yang mulia dan rasa ini telah menumbuhkan dan memupuk rasa persaudaraan
sebangsa dan se tanah air yang selalu hidup berdampingan dengan damai. Keyakinan
kepada Tuhan yang maha esa ini juga memiliki nilai luhur yang dapat menjadi benteng diri agar selalu melakukan
hal-hal yang baik serta dengan taat dan takwa pada ajarannya dan hal ini
tentunya juga akan menjauhkan diri dari perbuatan tercela.
2.
Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab.
Nilai yang terkandung dalam sila
kedua ini adalah adanya persamaan hak, harkat, martabat, derajat bagi seluruh
rakyat Indonesia sebagai makhluk ciptaan Tuhan tanpa membedakan suku, agama,
ras/keturunan, jenis kelamain, kedudukan sosial dan semua telah terpatri dalam
satu semboyan Bhineka Tunggal Ika. Nilai lain adalah menumbuhkan rasa saling
mencintai, memiliki perilaku tenggang rasa, toleransi, selalu memupuk rasa
persaudaraan saling menghormati hak dan kewajiban.
3.
Persatuan Indonesia.
Nilai luhur pada Sila Persatuan
Indonesia ini adalah merupakan nilai inti dalam bernegara dan berbangsa yakni
adanya satu arah dan satu tekat untuk menjaga kedaulatan bangsa dan negara.
Semua warga negara harus memiliki satu tujuan yakni menjaga persatuan dan
negara yang kokoh berdaulat aman dan menumbuhkan spirit cinta tanah air. Warga
negara harus siap membela negara dari berbagai ancaman persatuan Indonesia baik
ancaman dari dalam negeri sendiri maupun dari luar negeri Indonesia. Setiap
warga negara harus menempatkan kepentingan persatuan dan kesatuan dan
keselamatan bangsa diatas kepentingan pribadi, atau golongan, selalu
mempertahankan rasa nasionalisme, mengobarkan semangat untuk membela tanah air,
memiliki kebanggaan pada tanah air, mencintai perdamaian bersatu untuk
persatuan Indonesia.
4.
Kerakyatan Yang Dipimpin Oleh Hikmat Kebijaksanaan
Dalam Permusyawaratan Perwakilan.
Sila ini memiliki nilai luhur yang
mencerminkan kehidupan bermasyarakat dan berbangsa memiliki hak dan kewajiban
yang sama, Dalam mengambil keputusan harus dilaksanakan dengan musyawarah dan
tidak memaksakan kehendak, namun mendahulukan azas musyawarah untuk mufakat
dengan menjunjung tinggi dan menghargai setiap keputusan yang diambil secara
bermusyawarah.
5.
Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia.
Nilai luhur dalam sila ini adalah
adanya sikap kekeluargaan, gotong royong, demokrasi yang mengatur keseimbangan
hak dan kewajiban sesama warga negara menghargai hak orang lain dan mewujudkan
kemajuan yang merata dan berkeadilan sosial.
Pancasila dan Kehidupan Global
Penerapan
Pancasila dalam kehidupan global merupakan suatu hal yang penting dan strategis
bagi bangsa Indonesia. Pancasila dapat memberikan manfaat dan peluang bagi kita
untuk menghadapi tantangan dan perubahan yang terjadi di dunia. Namun,
Pancasila juga harus dijaga dan diperkuat agar tidak tergusur atau terkikis
oleh ideologi-ideologi lain yang masuk ke Indonesia. Oleh karena itu, kita
harus senantiasa ber-Pancasila dalam segala aspek kehidupan kita sebagai bangsa
yang berdaulat, beradab, berbudaya, dan beragam.
Pancasila
adalah ideologi negara dan dasar filsafat bangsa Indonesia yang terdiri dari
lima sila, yaitu Ketuhanan Yang Maha Esa, Kemanusiaan yang Adil dan Beradab,
Persatuan Indonesia, Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam
Permusyawaratan/Perwakilan, dan Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia.
Pancasila merupakan hasil perumusan dari nilai-nilai luhur yang hidup dalam
masyarakat Indonesia sejak zaman pra-kolonial hingga kemerdekaan.
Kehidupan
global adalah kondisi di mana dunia menjadi semakin terhubung dan terintegrasi
dalam berbagai aspek, seperti ekonomi, politik, sosial, budaya, teknologi, dan
lingkungan. Kehidupan global ditandai dengan adanya arus informasi, barang,
jasa, modal, tenaga kerja, dan ide yang melintasi batas negara dengan cepat dan
mudah. Kehidupan global juga mempengaruhi perkembangan ilmu pengetahuan, seni,
hukum, agama, dan nilai-nilai kemanusiaan.
Peluang
Penerapan Pancasila dalam Kehidupan Global
Penerapan
Pancasila dalam kehidupan global memiliki beberapa peluang, antara lain :
1.
Pancasila dapat menjadi filter atau penyeleksi budaya
yang dapat diterima dan bermanfaat bagi bangsa dan negara Indonesia. Dengan
Pancasila, kita dapat membedakan mana budaya yang sesuai dengan nilai-nilai
luhur bangsa kita dan mana yang tidak. Pancasila juga dapat membantu kita untuk
mengambil hal-hal positif dari budaya luar yang dapat meningkatkan kualitas
hidup kita.
2.
Pancasila dapat menjadi alat untuk menjaga eksistensi
kepribadian bangsa Indonesia di tengah kehidupan global yang penuh persaingan
dan perbedaan. Dengan Pancasila, kita dapat menunjukkan identitas kita sebagai
bangsa yang berdaulat, beradab, berbudaya, dan beragam. Pancasila juga dapat
menjadi landasan untuk menjalin kerjasama dan toleransi dengan bangsa-bangsa
lain yang memiliki ideologi dan kepentingan yang berbeda.
3.
Pancasila dapat menjadi sumber inspirasi untuk
mengembangkan ilmu pengetahuan, teknologi, seni, dan kreativitas bangsa
Indonesia. Dengan Pancasila, kita dapat menggali potensi dan bakat yang ada di
dalam diri kita sebagai bangsa yang cerdas dan kreatif. Pancasila juga dapat
memberikan arah dan tujuan bagi pengembangan ilmu pengetahuan, teknologi, seni,
dan kreativitas kita agar sesuai dengan kebutuhan dan aspirasi rakyat
Indonesia.
Tantangan Penerapan Pancasila dalam Kehidupan Global
Penerapan
Pancasila dalam kehidupan global juga memiliki beberapa tantangan, antara lain :
1.
Pancasila harus bersaing dengan ideologi-ideologi lain
yang masuk ke Indonesia melalui arus globalisasi. Beberapa ideologi tersebut
mungkin bertentangan dengan nilai-nilai Pancasila atau bahkan mencoba
menggantikan Pancasila sebagai ideologi negara. Oleh karena itu, kita harus
waspada dan kritis terhadap ideologi-ideologi tersebut dan tidak mudah
terpengaruh atau terprovokasi olehnya.
2.
Pancasila harus menghadapi perubahan-perubahan yang
terjadi di dunia akibat perkembangan teknologi dan informasi. Beberapa
perubahan tersebut mungkin membawa dampak positif maupun negatif bagi kehidupan
bangsa Indonesia. Oleh karena itu, kita harus selektif dan adaptif terhadap
perubahan-perubahan tersebut dan tidak mudah terlena atau terjebak olehnya.
3.
Pancasila harus memperkuat implementasi dan
internalisasi nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan sehari-hari masyarakat
Indonesia. Beberapa masyarakat Indonesia mungkin belum memahami atau
mengamalkan Pancasila secara utuh dan konsisten. Oleh karena itu, kita harus
meningkatkan pemahaman dan pengamalan Pancasila melalui pendidikan,
sosialisasi, dan budaya.
Peluang dan tantangan penerapan Pancasila
Pancasila
merupakan ideologi negara Indonesia yang menceminkan nilai-nilai dalam
kehidupan berbangsa dan bernegara.
Nilai-nilai
dalam Pancasila dijadikan sebagai acuan dan pedoman dalam kehidupan
sehari-hari.
Tujuan
menjadikan Pancasila sebagai pedoman dalam kehidupan sehari-hari agar tercipta
persatuan dan kesatuan di Indonesia.
Masyarakat
Indonesia diharapkan selalu menjadikan Pancasila sebagai pedoman dalam tingkah
laku di kehidupan sehari-hari.
Menjadikan
Pancasila sebagai pedoman tingkah laku tidak memandang era atau zaman.
Di
era globalisasi dan digital saat ini, muncul peluang dan tantangan tersendiri
dalam penerapan Pancasila.
Berikut
peluang dan tantangan penerapan Pancasila :
Pancasila adalah ideologi negara yang dijadikan sebagai pedoman kehidupan dan memunculkan peluang dan tantang dalam penerapannya.
Peluang dan Tantangan Penerapan Pancasila antara lain sebagai berikut :
1.
Peluang Penerapan Pancasila.
Apa yang dimaksud dengan peluang
penerapan Pancasila ? Peluang penerapan Pancasila merupakan kesempatan dan
usaha mencapai persatuan dan kesatuan dengan menerapkan nilai-nilai Pancasila. Peluang
penerapan Pancasila dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Di era
globalisasi dan digital seperti sekarang, peluang penerapan Pancasila bisa
dilakukan menggunakan teknologi informasi. Dengan teknologi informasi kita bisa
mengampanyekan nilai-nilai Pancasila ke seluruh dunia dengan mudah dan cepat. Sehingga,
praktik kehidupan sehari-hari yang berpedoman pada Pancasila bisa menjadi
insipirasi negara-negara lain di dunia. Contohnya bahan kampanye Indonesia
kepada negara-negara lain di dunia seperti kerukunan dalam keberagaman di
Indonesia yang disebarluaskan melalui teknologi indformasi. Selain itu,
Pancasila sebagai ideologi negara yang terbuka juga dapat menyerap nilai-nilai
baru yang bermanfaat dan tidak menyimpang dengan nilai-nilai sebelumnya bagi
masyarakat dan bangsa Indonesia. “Peluang penerapan Pancasila bisa dijadikan
sebagai bahan kampanye dan menyerap nilai-nilai baru yang bermanfaat bagi
Indonesia.”
2.
Tantangan Penerapan Pancasila.
Penerapan Pancasila dalam kehidupan
sehari-hari juga memunculkan tantangan tersendiri. Berikut tantangan penerapan
Pancasila dalam kehidupan sehari-hari :
a.
Munculnya paham atau pemikiran baru yang bertentangan
dengan nilai-nilai dan ideologi Pancasila.
b.
Masuknya budaya asing yang mengikis budaya asli
Indonesia.
c.
Masuknya kebiasaan dan informasi yang tidak sesuai
dengan nilai-nilai Pancasila.
Tantangan Pancasila di Era Globalisasi dan Cara Menghadapinya
Era
globalisasi tak hanya memberikan dampak positif bagi kehidupan masyarakat
Indonesia. Perkembangan zaman dan teknologi di era globalisasi juga menimbulkan
berbagai tantangan, khususnya terhadap nilai-nilai Pancasila.
Tantangan
Pancasila di era globalisasi tentu perlu diantisipasi oleh setiap lapisan
masyarakat.
Setiap
orang perlu memahami cara menghadapi tantangan Pancasila di era globalisasi.
Secara
definitif, menurut Bapak Sosiologi Indonesia, Selo Soemardjan, globalisasi
adalah terbentuknya komunikasi dan organisasi antar-masyarakat yang berbeda di
seluruh dunia dengan tujuan sama. Globalisasi membuat batas-batas antarnegara
menjadi pudar.
Hal
ini membuat pertukaran informasi antar-individu dan kelompok secara global
menjadi lebih bebas, bahkan tidak terbatas. Kondisi semacam ini tentu
menguntungkan dari banyak hal, khususnya dari pendidikan, perkembangan
teknologi, dan ekonomi. Jika tidak diwaspadai, globalisasi bisa melunturkan
nilai-nilai yang dijunjung tinggi oleh suatu negara.
Tantangan Penerapan Pancasila pada Era globalisasi
Globalisasi
dapat menimbulkan berbagai tantangan pada penerapan nilai-nilai Pancasila.
Menurut Machmudi dan Dahliyana dalam Pendidikan dan Pembinaan Ideologi
Pancasila (2022), terdapat tujuh tantangan Pancasila di era globalisasi.
Tantangan
tersebut berkaitan dengan meningkatnya individualisme, kosmopolitanisme, hingga
radikalisme. Selain tujuh hal yang disebutkan Machmudi dan Dahliyana, ada
banyak tantangan penerapan Pancasila pada era globalisasi.
Berikut
ini 10 tantangan Pancasila di era globalisasi :
1.
Menguatnya individualisme . Individualisme adalah
paham yang mementingkan hak individu atau perseorangan, mengesampingkan hak
masyarakat umum. Pada era globalisasi
paham-paham terkait individualisme semakin meningkat. Hal ini seiring dengan
meningkatnya kemudahan pemenuhan kebutuhan yang tak lagi harus dilakukan secara
fisik. Sebagai contoh, dewasa ini bekerja, berbelanja, bahkan bersekolah sudah
marak dilakukan secara virtual tanpa interaksi manusia secara fisik. Kondisi semacam ini semakin memperkuat paham
individualisme. Paham individualisme sendiri bisa jadi melunturkan nilai-nilai
Pancasila menganut keyakinan bahwa manusia adalah makhluk sosial. Hal ini
tertuang dalam sila kedua tentang kemanusiaan dan sila ketiga tentang
kebangsaan. Jika dibiarkan terus berlanjut, nilai-nilai sosial dalam Pancasila
itu akan luntur seiring dengan meningkatnya individualisme akibat globalisasi.
2.
Maraknya kosmopolitanisme Kosmopolitanisme adalah
paham yang menganggap bahwa seluruh manusia merupakan anggota dari komunitas
global. Paham ini memberi dampak positif untuk menekan diskriminasi dan isu
rasial. Sayangnya, paham kosmopolitanisme yang kuat juga bisa melemahkan
identitas dan solidaritas kebangsaan. Padahal sikap solidaritas dan rasa
kebersamaan sebagai satu bangsa Indonesia adalah salah satu nilai yang
dijunjung tinggi dalam Pancasila. Bahkan pada kasus ekstrem, kosmopolitanisme
menyebabkan masyarakat ingin identitas mereka sebagai warga negara atau bangsa
dihilangkan. Hal ini tentu berisiko menimbulkan masalah keamanan dan masalah
sosial lainnya.
3.
Meningkatnya fundamentalisme pasar Fundamentalisme
pasar adalah gagasan bahwa mekanisme pasar, yaitu transaksi jual-beli, bukan
hanya untuk memenuhi kebutuhan saja. Gagasan ini menilai bahwa mekanisme pasar
adalah satu-satunya prinsip yang bisa mengendalikan kehidupan bermasyarakat.
Sisi baiknya, fundamentalisme pasar dapat meningkatkan kemajuan ekonomi
individu atau kelompok. Sayangnya, fundamentalisme pasar juga membuat
masyarakat terus menerus mengejar keuntungan. Demi mengejar keuntungan
tersebut, penganut fundamentalisme pasar akan melakukan apapun, termasuk
merebut hak orang lain. Dengan kata lain, orang menjadi tak peduli dengan nilai-nilai
yang dijunjung tinggi dalam Pancasila. Ini termasuk nilai ketuhanan,
kemanusiaan, demokrasi dan keadilan sosial yang dijunjung pada Pancasila.
4.
Meningkatnya dominasi sistem hukum modern Tantangan
Pancasila di era globalisasi lainnya adalah meluasnya pandangan tentang hukum
modern. Hal ini menyebabkan masyarakat mulai melirik sistem hukum modern
sebagai salah satu landasan pembuat keputusan. Sistem hukum modern yang
dimaksud termasuk sistem hukum bangsa Barat yang erat kaitannya dengan
kebebasan individu. Di satu sisi, hal ini bisa membuka banyak potensi di
berbagai bidang, termasuk ekonomi dan teknologi. Namun, pada banyak kasus
sistem hukum modern cenderung mendukung fundamental pasar dan individualisme.
Jika terus menerus dirujuk sebagai landasan, maka sistem hukum modern bisa-bisa
menggeser sistem hukum kerakyatan yang ada di Indonesia. Jika terus menerus
dibiarkan, maka kesenjangan ekonomi dan sosial dapat semakin tinggi.
5.
Maraknya radikalisme dan ekstremis Masifnya pertukaran
informasi selama era globalisasi ikut menjembatani penyebaran ideologi radikal
dan ekstremis. Seperti yang diketahui, radikalisme, dan ekstremisme adalah dua
hal yang bertentangan dengan Pancasila. Keduanya membuat individu atau kelompok
menjadi condong terhadap paham tertentu sehingga memaksa orang lain untuk
setuju dengan mereka. Ini tentu bertentagan dengan sila kedua tentang
kemanusiaaan dan sila ketiga tentang keadilan sosial.
6.
Maraknya intoleransi Intoleransi adalah sikap yang
tidak memiliki tenggang rasa atau toleransi. Dikutip dari situs web resmi
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, intoleransi dapat muncul sebagai
diskriminasi, seksisme, dan rasisme. Intoleransi dapat dipicu oleh
ketidaksiapan masyarakat dalam menerima perubahan atau perbedaan. Pada era
globalisasi, berbagai informasi tentang budaya, ideologi, nilai-nilai, dan
agama, dapat terekspos ke seluruh dunia. Sayangnya, tidak semua orang bisa menerima
perbedaan tersebut. Akibatnya, orang yang intoleran cenderung melakukan
tindakan diskriminatif terhadap perbedaan baik secara sadar maupun tidak.
Perilaku diskriminatif sendiri bertentangan dengan sila kedua Pancasila terkait
kemanusiaan yang adil dan beradab.
7.
Mengabaikan Pancasila sebagai objek ilmu pengetahuan
Pancasila adalah ideologi yang mempersatukan seluruh bangsa Indonesia.
Pancasila tentunya bisa dijadikan sebagai objek ilmu pengetahuan di dunia
pendidikan Indonesia. Sayangnya, di era globalisasi ada banyak objek ilmu
pengetahuan lain yang dinilai lebih penting untuk dipelajari dari pada
Pancasila. Akibatnya, banyak institusi pendidikan yang cenderung mengabaikan
Pancasila sebagai objek ilmu pengetahuan. Padahal, nilai-nilai Pancasila penting
untuk dipelajari sebagai pedoman menjadi bangsa Indonesia yang baik. Jika hal
ini terus terjadi, nilai-nilai Pancasila akan semakin terkikis di kalangan para
pelajar.
8.
Kemiskinan Di era globalisasi, terlebih di iklim pasar
bebas, orang dengan bebas memperkaya diri sesuai kemampuan mereka. Orang-orang
yang punya privilese punya peluang besar dalam upaya menyejahterakan dirinya.
Namun, kalangan menengah ke bawah yang tidak punya privilese akan semakin sulit
menjangkau kesejahteraan ekonomi. Selain faktor pendidikan yang tidak merata,
kebijakan yang tidak adil juga memengaruhi kemiskinan kalangan bawah. Hal itu
menjadi tantangan tersendiri bagi nilai-nilai Pancasila, terutama sila ke-5,
yang menyebutkan, "Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia."
9.
Konflik sosial Konflik sosial di era globalisasi juga
menjadi tantangan berat bagi Pancasila. Konflik tersebut bisa terjadi karena
banyak hal seperti protes masyarakat terkait kebijakan, ketidakadilan dari
pemerintah terhadap rakyatnya, dan lain sebagainya. Konflik tersebut semakin
banyak terjadi, apalagi berkaitan dengan hajat hidup masyarakat kecil.
Pancasila ditantang menyelesaikan masalah tersebut, khususnya yang berkaitan
dengan persatuan dan keadilan. Terlebih, dalam sila ke-2 disebutkan, "Kemanusiaan
yang adil dan beradab."
10. Ujaran kebencian
Di era globalisasi yang sarat akan perkembangan teknologi, ujaran kebencian
marak ditemukan, terutama di media sosial. Kebebasan berpendapat, yang
seharusnya mengarah ke debat logis, berubah menjadi lontaran ejekan yang
berdasarkan subjektivitas. Ujaran kebencian tersebut berisiko menimbulkan
perpecahan antarmasyarakat. Itu menjadi tantangan berat bagi Pancasila untuk
tetap bersatu, selaras dengan sila ke-3, "Persatuan Indonesia."
Cara Menghadapi Tantangan Pancasila di Era globalisasi
Cara
yang bisa dilakukan untuk menghadapi tantangan Pancasila di era globalisasi
adalah mempertahankan dan memperkuat penerapan nilai-nilai Pancasila sebagai
ideologi bangsa. Menurut Paristiyanti Nurwardani, dkk., dalam Pendidikan
Pancasila untuk Perguruan Tinggi (2016), upaya mempertahankan Pancasila di era
globalisasi salah satunya tertuang dalam Pasal 32 Undang-undang Dasar 1945.
Berdasarkan pasal tersebut, disebutkan bahwa pemerintah harus memajukan ilmu
pengetahuan dan teknologi dengan menjunjung tinggi nilai-nilai agama dan
persatuan bangsa. Perlu diketahui, bahwa upaya menghadapi tantangan Pancasila
ini berlaku untuk semua lapisan masyarakat. Artinya, baik pemerintah,
masyarakat, maupun organisasi sosial lainnya harus berkolaborasi untuk
menghadapi tantangan.
Berikut
beberapa cara menghadapi tantangan Pancasila di era globalisasi yang bisa
dilakukan Bersama :
1.
Menanamkan nilai-nilai Pancasila di setiap aspek
pendidikan di berbagai jenjang.
2.
Menetapkan regulasi yang mendukung nilai Pancasila,
misalnya kebijakan menghapus monopoli pasar.
3.
Mempromosikan sikap cinta tanah air dan bangsa dengan
menunjukkan kekayaan dalam negeri, baik dari budaya, teknologi, dan sumber daya
alam.
4.
Mengidentifikasi kebenaran informasi sebelum mempercayai
atau menyebarkannya.
5.
Meningkatkan partisipasi masyarakat dalam mengambil
keputusan dan menjunjung tinggi demokrasi.
6.
Berinvestasi di sektor pendidikan, kesehatan, dan
kesejahteraan lingkungan untuk menciptakan sumber daya manusia yang berkualitas
dan mampu bersaing di era globalisasi.
7.
Mengutamakan keberlanjutan lingkungan dan memastikan
kegiatan ekonomi tidak merusak lingkungan.
8.
Menyusun regulasi yang adil dan tidak menyengsarakan
rakyat, sesuai sila ke-5, "Keadilan sosial bagi seluruh rakyat
Indonesia."
9.
Membekali anak-anak dengan nilai-nilai Pancasila
sehingga bisa menjadikannya bekal di era globalisasi.