Delusional (Delusi)
Keyakinan atau kenyataan semu yang diyakini terus menerus meskipun bukti atau kesepakatan berlawanan, umumnya merujuk pada gangguan mental itulah makna dari Delusi.
Delusi (waham) adalah kondisi ketika seseorang tidak dapat membedakan antara kenyataan dan khayalan. Kondisi ini kerap membuat penderitanya memiliki keyakinan kuat terhadap hal-hal yang tidak sesuai dengan kenyataan. Bahkan, keyakinan tersebut tidak bisa diubah meski sudah dibuktikan salah dengan fakta-fakta.
Delusi adalah gejala atau kondisi psikologis yang bisa membahayakan diri dan orang-orang di sekitarnya. Sebab, orang yang mengalami kondisi ini akan berpegang teguh pada keyakinannya sendiri yang keliru dan tidak sesuai dengan kenyataan. Lantaran dampaknya yang luas dan kerap berbahaya, penting bagi individu yang mengalami delusi untuk mendapatkan penanganan medis dan psikologis yang tepat.
Delusional adalah masalah mental yang dapat menimbulkan bahaya jika terus dibiarkan. Maka dari itu, perlu tahu ciri-ciri delusional yang bisa berhubungan dengan perilaku, kognitif, dan psikososial.
Ciri-Ciri Delusional yang Perlu Diketahui.
Untuk gejala dari masalah ini bisa berbeda-beda, tergantung kepribadian dan jenis delusi yang dihadapi. Delusional yang disebabkan oleh konsumsi obat atau zat lainnya tidak termasuk dalam hitungan.
Berikut beberapa ciri-cirinya:
1. Ciri perilaku
- Memiliki perilaku antagonis, seperti protes terhadap banyak hal.
- Perilaku agresif yang konsisten pada orang lain terkait delusi.
- Pekerjaan terganggu jika berhubungan dengan keyakinan pada delusinya.
- Menurunnya fungsi diri secara relatif yang disebabkan oleh delusi.
2. Ciri kognitif
- Percaya jika orang lain mencoba untuk menyakiti dirinya (tipe persecutory).
- Keyakinan jika orang lain jatuh cinta dengan dirinya (tipe erotomania).
- Keyakinan jika seseorang memiliki bakat yang hebat (tipe muluk).
- Percaya jika pasangan atau orang di sekitartidak setia (tipe cemburu).
- Keyakinan jika tubuh orang lain bau busuk atau tidak berfungsi dengan normal (tipe somatik).
3. Ciri psikososial
- Masalah sosial yang berhubungan dengan delusi.
- Merasakan tekanan dalam hubungan romantis yang berhubungan dengan delusi.
4. Sifat lekas marah.
- Penyebab dan Faktor Risiko dari Gangguan Delusi
- Seperti kebanyakan gangguan psikotik, penyebab pasti dari delusi belum diketahui. Namun ada beberapa faktor yang dapat meningkatkan risiko dari masalah ini, yaitu:
5. Genetik
Gangguan ini lebih rentan terjadi pada seseorang yang memiliki anggota keluarga pengidap delusi atau skizofrenia. Gen terlibat erat pada terjadinya gangguan tersebut. Risikonya lebih tinggi lagi jika orang tua kandung pada anaknya.
6. Biologis
Gangguan delusi juga dapat terjadi akibat adanya bagian otak yang tidak normal. Bermasalahnya daerah otak yang mengontrol persepsi dan pemikiran berhubungan erat dengan masalah ini.
7. Psikologis/Lingkungan
Seseorang yang alami stres berlebih lebih rentan alami gangguan delusi. Selain itu, penyalahgunaan alkohol dan obat-obatan juga berkontribusi akan hal ini. Risiko lainnya adalah seseorang yang terisolasi dan memiliki penglihatan serta pendengaran buruk, kemungkinan alami delusi lebih tinggi.
Perbedaan Ilusi, Delusi, dan Halusinasi.
Sering Dianggap Sama, Ini Perbedaan Ilusi, Delusi, dan Halusinasi.
Ilusi, delusi, dan halusinasi sering kali dianggap bermakna sama, padahal ketiga istilah tersebut punya arti yang berbeda, lho. Namun, yang pasti, ketiganya umum dialami oleh penderita gangguan jiwa tertentu, seperti skizofrenia atau gangguan psikotik.
Ilusi, delusi, dan halusinasi merupakan istilah yang erat kaitannya dengan kesehatan mental. Pasien gangguan jiwa yang mengalami kondisi tersebut sulit untuk membedakan hal yang nyata dan tidak.
Perbedaan Ilusi, Delusi, dan Halusinasi
Supaya lebih jelas dan tidak salah kaprah lagi, simak penjelasan berikut mengenai perbedaan ilusi, delusi, dan halusinasi :
1. Ilusi
Ilusi merupakan kondisi ketika rangsangan yang diperoleh dari salah satu atau beberapa pancaindra salah diartikan, sehingga tidak sesuai dengan kenyataan yang sebenarnya. Ilusi penglihatan juga bisa menyebabkan tejadinya pareidolia, yaitu kondisi saat melihat wajah atau sosok pada benda mati. Kondisi ini kadang bisa dialami oleh orang yang sehat, tetapi lebih umum terjadi pada penderita skizofrenia.
Apa sajakah contoh ilusi ?
Orang yang mengalami ilusi penglihatan bisa merasa melihat hewan tertentu lewat di depannya, padahal sebetulnya yang lewat hanyalah orang bersepeda atau naik motor. Terkadang orang yang mengalami ilusi juga bisa melihat suatu benda dengan ukuran yang lebih besar atau lebih kecil daripada ukuran sebenarnya.
Pada ilusi pendengaran, orang yang mengalaminya bisa merasa mendengar suara orang berlari, tetapi sebenarnya orang itu hanya berjalan. Contoh lain juga bisa berupa mendengar suara tangisan seseorang, padahal suara tersebut berasal dari desiran angin atau orang yang sedang berbicara.
2. Delusi
Delusi merupakan salah satu gejala khas dari gangguan mental, seperti psikosis, skizofrenia, gangguan kepribadian, gangguan bipolar, dan demensia. Namun, terkadang delusi juga bisa dialami oleh orang yang depresi atau terkena penyakit Parkinson.
Delusi adalah kondisi di mana penderitanya tidak dapat membedakan hal yang nyata dan tidak. Orang yang mengalami gangguan delusi sering kali akan menganggap apa yang dialami, dilihat, atau didengarnya benar-benar terjadi dan meyakinkan orang lain bahwa hal tersebut adalah fakta.
Delusi yang sering juga disebut waham ada beberapa macam, yaitu waham paranoid, waham kebesaran, erotomania, waham bizzare, dan waham somatik. Contoh dari delusi paranoid adalah ketika seseorang merasa ada orang lain yang membenci atau ingin menyakiti mereka, padahal tidak ada.
Sementara contoh untuk delusi bizzare bisa bermacam-macam dan aneh. Ketika mengalami waham ini, seseorang akan memercayai suatu hal yang cenderung tidak masuk akal, misalnya jiwa dan pikiran mereka dikendalikan oleh televisi atau mereka hendak diculik makhluk luar angkasa.
3. Halusinasi
Halusinasi adalah gangguan persepsi yang membuat seseorang mendengar, melihat, mencium, dan merasa sesuatu yang sebenarnya tidak ada. Tidak seperti ilusi yang merupakan kesalahan dalam persepsi pancaindra, sensasi pada halusinasi diciptakan oleh pikiran pasien sendiri tanpa adanya sumber yang nyata.
Contoh halusinasi adalah ketika penderitanya melihat objek atau mendengar sesuatu, tapi sebenarnya hal tersebut tidak ada dan tidak dilihat oleh orang lain. Contoh dari kondisi ini adalah seseorang merasa mendengar bisikan atau suara orang lain yang berbicara kepadanya, padahal ia sedang sendirian di kamar.
Halusinasi biasanya disebabkan oleh gangguan kejiwaan tertentu, seperti skizofrenia, skizofrenia paranoid, demensia, gangguan kepribadian ambang, dan gangguan bipolar atau depresi dengan gejala psikosis. Selain itu, orang yang mengalami gangguan saraf dan otak, seperti penyakit Parkinson, delirium, stroke, dan penyakit Alzheimer, juga bisa mengalami halusinasi.
Cara Mengatasi Delusi
Penanganan gangguan delusi biasanya melibatkan pendekatan holistik yang membutuhkan berbagai keahlian di bidang medis. Di antaranya :
- Terapi psikologis untuk membantu pasien mengenali dan mengubah pola pikir yang keliru
- Obat-obatan antipsikotik yang bisa digunakan jika perlu untuk mengurangi gejala delusi yang menimbulkan gangguan signifikan
- Penanganan pasien delusi bisa sangat rumit dan sulit karena individu yang mengalaminya sangat berkukuh pada keyakinannya dan menolak mencari bantuan. Karena itu, hal pertama yang penting dilakukan adalah menjalin hubungan yang baik antara dokter dan pasien. Ketika hubungan ini sudah terjalin, dokter bisa membujuk pasien untuk berpartisipasi dalam perawatan.
- Dukungan sosial dari keluarga dan orang lain di sekitar pasien juga penting sebagai bagian dari upaya perawatan. Dokter bisa meminta pasien menjalani rawat inap bila ada kemungkinan pasien membahayakan diri atau orang di sekitarnya.
Komplikasi Delusi
Tanpa penanganan yang memadai, delusi bisa menyebabkan berbagai komplikasi yang merugikan, seperti :
- Kesulitan dalam menjalani aktivitas sosial dan menjalin hubungan interpersonal
- Mengalami hambatan dalam bekerja atau bisnis yang dijalankan
- Berisiko mengalami cedera karena ada kecenderungan emosional untuk melakukan hal yang membahayakan diri atau orang lain
Penyalahgunaan narkotik dan obat-obatan berbahaya
Masalah kesehatan mental lain, terutama depresi dan gangguan kecemasan
Pencegahan Delusi
Tidak ada cara pasti untuk mencegah delusi. Namun terdapat sejumlah langkah yang bisa diambil untuk membantu mengurangi risikonya, seperti :
- Mengendalikan stres lewat metode tertentu, seperti latihan pernapasan atau yoga
- Menjaga hubungan sosial yang sehat dengan keluarga dan lingkungan sekitar
- Menerapkan gaya hidup sehat dan aktif dengan makan makanan bergizi seimbang, rutin berolahraga, dan cukup beristirahat
- Menjalani perawatan medis tepat waktu jika ada kondisi medis yang bisa menjadi faktor berkembangnya delusi
Kapan Harus ke Dokter ?
Orang yang mengalami delusi tidak selalu menunjukkan perilaku yang aneh. Mereka bisa saja berfungsi dengan relatif baik dalam kehidupan sehari-hari, kecuali ketika gejala delusi itu menyebabkan masalah yang serius. Maka jika curiga ada gejala delusi, sebaiknya segera datangi dokter untuk berkonsultasi. Terutama jika ada riwayat gangguan psikologis dalam keluarga yang meningkatkan risiko delusi pada seseorang.
Sumber Referensi :
- Cecilia Helmina Erfani Sinaga, M. Psi., Pisikolog
- Psikolog Klinis
- Primaya Hospital Karawang
Artikel by POINT Consultant