Mengenal Istilah Greedflation dan Dampak Negatifnya
Menaikkan harga selama periode inflasi bisa dianggap sebagai langkah oportunistik, yang didorong oleh keinginan untuk mengeksploitasi situasi dengan mengorbankan konsumen.
Sebuah teori inflasi baru telah muncul, yang disebut dengan greedflation. Ini menunjukkan inflasi yan didasarkan pada keserakahan perusahaan.
Penelitian tahun 2022 menunjukkan, perusahaan yang bersiap menghadapi prospek inflasi mungkin telah membantu mendorongnya. Ekonom dengan Federal Reverse Bank berusaha memeriksa bagaimana markup perusahaan atau laba terkait dengan inflasi.
Mereka kemudian menemukan bukti bahwa pertumbuhan markup merupakan kontributor utama inflasi pada tahun 2021. Markup tumbuh sebesar 3,4 persen sepanjang tahun, sementara inflasinya sebesar 5,8 persen. Mereka menyebut, markup itulah yang mungkin menyumbang lebih dari setengah inflasi pada tahun 2021.
Andrew Glover, rekan penulis studi dan ekonom senior di departemen ekonomi di Federal Reverse Bank of Kansas City mengatakan, itu menyiratkan jika sebagian besar inflasi pada tahun 2021 sesungguhnya terjadi karena markup tumbuh lebih cepat dari biasanya.
Apa yang mereka temukan dalam periode kenaikan harga dan sifat kenaikan yang luas, meski permintaan dan tekanan inflasi tidak sama adalah perusahaan cenderung menaikkan harga untuk mengantisipasi biaya bisnis yang lebih tinggi di masa depan.
Terkait dengan apakah perusahaan menggunakan inflasi sebagai kedok menaikkan harga, para peneliti enggan berspekulasi. Namun, dari penelitian mereka tersebut mengakui adanya istilah greedflation. Konsep itu kemudian ditangkap baik Robert Reich, mantan Menteri Tenaga Kerja Amerika Serikat dan pendiri Economic Policy Institute.
Robert mencatat, laba perusahaan berada pada level tertinggi dalam 70 tahun.
Ketika perusahaan begitu dibanjiri uang tunai, dia mempertanyakan, kenapa mereka justru menaikkan harga, yang bukan akibat dari kenaikan biaya pasokan dan komponen atau pekerja yang mendapatkan kenaikan gaji.
Greedflation digambarkan sebagai fenomena di mana perusahan memanfaatkan periode inflasi untuk menaikkan harga produk atau layanannya secara berlebihan untuk tujuan memaksimalkan keuntungan, meski biaya produksi yang mendasarinya tidak meningkat secara proporsional.
Perilaku ini dapat mengakibatkan kenaikan signifikan pada tingkat harga keseluruhan, yang menyebabkan penurunan daya beli mata uang dan berkontribusi bagi inflasi.
Selama periode inflasi, tingkat harga umum barang dan jasa cenderung meningkat, yang dapat disebabkan beberapa faktor, seperti meningkatnya jumlah uang beredar, perubahan permintaan dan penawaran barang, serta perubahan kebijakan pemerintah.
Dalam situasi ini, pemasok mungkin tergoda menaikkan harga guna mendapatkan margin keuntungan yang lebih besar. Namun, jika biaya produksi yang mendasarinya tidak meningkat secara signifikan, kenaikan harga tersebut dapat dianggap sebagai langkah oportunistik, yang didorong oleh keinginan untuk mengeksploitasi situasi dan keuntungan dengan mengorbankan konsumen.
Selain itu, ada beberapa dampak negatif dari greedflation, yaitu :
1. Mengurangi akses ke produk esensial
Ketika harga produk utama, seperti makanan meningkat dengan cepat karena greedflation, ini dapat menyebabkan berkurangnya akses bagi mereka yang tidak mampu membeli. Akibatnya, kerawanan pangan dan kelaparan terjadi, terutama di rumah tangga berpendapatan rendah yang berjuang mati-matian untuk memenuhi kebutuhannya.
2. Kesulitan ekonomi
Dengan meningkatnya harga akan menambah tekanan keuangan pada rumah tangga dan individu yang sudah berjuang mengelola pengeluaran mereka. Hal ini dapat menyebabkan kesulitan ekonomi, yang dapat bermanifaste dalam berbagai cara, seperti utang, ketidakmampuan membayar tagihan, dan ketidakamanan finansial.
3. Tekanan inflasi
Greedflation dapat menciptakan inflasi dalam perekonomian, sehingga menyebabkan peningkatan keseluruhan harga barang dan jasa, serta mengurangi daya beli konsumen. Ini juga dapat berdampak negatif pada perekonomian secara keseluruhan, yang menyebabkan pertumbuhan ekonomi lebih lambat dan pengangguran melonjak lebih tinggi.
4. Keuntungan jangka pendek, kerugian jangka panjang
Sementara, greedflation menghasilkan keuntungan jangka pendek untuk bisnis yang terlibat dalam praktik tersebut, hal ini bisa menyebabkan kerugian jangka panjang bagi industri karena dapat merusak kepercayaan dan loyalitas konsumen, yang menyebabkan hilangnya pelanggan dan penurunan penjualan. Ini juga dapat menyebabkan pemerintah mengambil tindakan regulasi, yang dapat menimbulkan kerugian finansial lebih lanjut bagi industri.
Perusahaan memang perlu menaikkan harga selama periode inflasi, namun memenuhi kebutuhan pelanggan lebih utama ketimbang meningkatkan margin keuntungan.