Mesin politik
Sebuah
mesin politik (atau mesin saja) adalah sebuah orgaisasi politik disiplin tempat
seorang bos atau kelompok kecil otoriter memerintahkan dukungan dari sekelompok
pendukung dan bisnis
(biasanya pekerja kampanye), yang menerima imbalan atas
usaha mereka. Meskipun elemen-elemen ini umum bagi sejumlah partai dan
organisasi politik, mereka adalah dasar dari mesin politik yang bergantung pada
hierarki dan imbalan demi kekuasaan politik, biasanya didorong oleh struktur
cambuk politik yang kuat. Mesin kadang memiliki bos politik yang sering
bergantung pada perlindungan, sistem pemanjaan, pengawasan "di balik
layar", dan hubungan politik jangka panjang di dalam struktur demokrasi
perwakilan. Mesin biasanya diatur dengan dasar permanen dibanding untuk satu
pemilihan saja. Sebutan ini mungkin memiliki kesan peyoratif karena ada
mesin-mesin politik yang korupsi.
Meski
sebutan "mesin politik" muncul pada abad ke-20 di Amerika Serikat,
tempat organisasi seperti itu telah ada di sejumlah munisipalitas dan negara
bagian sejak abad ke-18, mesin sejenis pernah muncul di Amerika Latin, tempat
sistem ini diterapkan (dengan nama klientelisme atau klientelisme politik)
khususnya di pedesaan, juga negara-negara Afrika dan negara demokrasi
berkembang lainnya seperti negara-negara Eropa Timur. Partai Demokratik Liberal
sering disebut sebagai mesin politik lain yang mempertahankan kekuasaan di
pinggiran kota dan pedesaan melalui pengontrolan biro pertanian dan agen
konstruksi jalan. Di Jepang, kata jiban (secara haragiah berarti
"dasar" atau "pondasi") adalah kata yang digunakan untuk
mesin politik. Di Republik Romawi kuno, sistem perlindungan sejenis juga muncul
Sering
Disebut Sebagai Andalan Parpol di Pilkada, Seperti Apa Bentuk Mesin Politik
Itu?
Pilkada
serentak 2018 baru saja memulai tahapan awalnya, yakni KPUD berbagai daerah
membuka pendaftaran paslon peserta pilkada. Namun rasanya suhu politik sudah
mulai panas duluan, padahal belum masuk tahap pemilihan loh ini. Berbagai
Parpol di Indonesia tampaknya sudah mulai memanaskan mesin politiknya.
Mesin?
Iya benar, kamu tidak salah baca dan saya juga tidak sedang typo. Saya memang
menuliskan kata "mesin politik". Para politikus kerab kedapatan
menyebut istilah mesin politik pada beberapa kesempatan. Mesin politik sering
ditujukan pada sebuah andalan atau " senjata" bagi parpol guna
mendulang suara. Lalu apa bentuk sebenarnya mesin politik yang dimaksud diatas?
Apa seperti bentuk mesin fotocopy atau mesin uap?
Mengutip
penjelasan dari Wikipedia, mesin politik adalah sebuah organisasi politik
disiplin tempat seorang bos atau kelompok kecil otoriter memerintahkan dukungan
dari sekelompok pendukung dan bisnis (biasanya pekerja kampanye), yang menerima
imbalan atas usaha mereka. Meskipun elemen-elemen ini umum bagi sejumlah partai
dan organisasi politik, mereka adalah dasar dari mesin politik yang bergantung
pada hierarki dan imbalan demi kekuasaan politik, biasanya didorong oleh
struktur cambuk politik yang kuat.
Sederhananya,
Partai Politik juga bisa disebut mesin politik. Begitu juga organisasi
turunannnya. Konon menjadi andalan parpol guna mendongkrak elektabilitas atau
tingkat keterpilihan paslon di pilkada yang biasanya belum dikenal publik. Jadi
istilah mesin politik bukan berarti berbentuk mesin. Melainkan
organisasi-organisasi yang biasanya terkait pemilihan umum, menjaring dukungan,
kampanye dan biasanya ada upahnya. Mungkin karena sistem kerjanya yang
sedemikian masiv dan massal, makanya disebut mesin karena kerjanya sama seperti
mesin.
Istilah
mesin politik tidak hanya digunakan di Indonesia saja, namun di dunia juga
sudah mengenal praktik seperti ini. Meski sebutan "mesin politik"
muncul pada abad ke-20 di Amerika Serikat, tempat organisasi seperti itu telah
ada di sejumlah munisipalitas dan negara bagian sejak abad ke-18, mesin sejenis
pernah muncul di Amerika Latin, tempat sistem ini diterapkan (dengan nama
klientelisme atau klientelisme politik) khususnya di pedesaan, juga
negara-negara Afrika dan negara demokrasi berkembang lainnya seperti
negara-negara Eropa Timur.
Partai
Demokratik Liberal sering disebut sebagai mesin politik lain yang mempertahankan
kekuasaan di pinggiran kota dan pedesaan melalui pengontrolan biro pertanian
dan agen konstruksi jalan. Di Jepang, kata jiban (secara haragiah berarti
"dasar" atau "pondasi") adalah kata yang digunakan untuk
mesin politik. Di Republik Romawi kuno, sistem perlindungan sejenis juga
muncul.
Mesin politik formal dan
informal
Berdasarkan
sumber yang saya jumpai, mesin politik terdiri dari dua. Yakni formal dan
informal. Sederhana saja saya jelaskan ya, mesin politik formal berarti resmi,
biasanya terdapat di dalam sistem pemerintahan. Sementara informal sebaliknya,
berasal dari oraganisasi masyarakat.
Misalnya
di Indonesia yang menganut sistem Trias Politica dengan pembagian kekuasan
eksekutif, legislatif dan yudukatif. Jika menarik kesimpulan, mesin politik
bisa dikatakan sebagai sistem dukung mendukung. Jadi di dalam pemerintahan
harus ada hubungan yang saling mendukung antara lembaga negara seperti
eksekutif, legislatif dan yudikatif untuk menjamin terselenggaranya
pemerintahan yang baik.
Sementara
mesin politik informal bisa tujukan bagi parpol dan LSM ataupun ormas. Sebuah
infrastruktur politik guna mengalang dukungan yang memang dimaksudkan untuk
memilih pada satu pilihan di pemilihan umum.
Mesin politik di Indonesia
Perkembangan
politik di Indonesia bisa dibilang cukup berliku. Di era orde lama kondisi
politik Indonesia kerab tidak stabil. Gangguan internal maupun eksternal
membuat pemerintahan Bung Karno sering tidak solid. Menurut saya hal demikian
mungkin saja terjadi karena melihat kondisi Indonesia sebagai negara baru
merdeka yang belum mapan di segala bidang, kecuali semangat rakyatnya yang tak
perbah padam. Namun masih saja diganggu dengan berbagai gangguan keamanan,
pemberontakan sampai agresi Belanda serta intervensi asing.
Di
era Orde baru, Soeharto presiden kedua RI melakukan "koreksi total"
pada orde lama. Kondisi politik di Indonesia sempat mencapai titik stabilitas
luar biasa. Hal ini tak terlepas dari sokongan Golkar, aparat, serta kapitalis
asing.
Kemudian
krisis finansial Asia membuat harga barang kebutuhan melambung tinggi. Lalu
timbul demonstran mahasiswa di Indonesia. Orde Baru lengser dan Indonesia
memasuki era Reformasi 1998. Dimana ruang untuk berserikat terbuka lebar bagi
masyarakat umum. Dan memunculkan banyak partai baru di Indonesia.
Mesin politik di masa kini
Parpol
dikenal sebagai organisasi politik yang cukup efektif mendulang suara, dalam
hal ini untuk kontestasi di pemilihan umum. Misalnya di pilkada, meski nama
paslon belum pamiliar ditelinga masyarakat. Namun dengan daya juang mesin
politik yang militan membuat elektabilitas paslon terdongkrak. Kondisi ini
sangat mungkin terjadi mengingat syarat parpol peserta pemilu harus memiliki
minimal 1000 anggota di setiap kabupaten/kota, belum lagi berbagai organisasi
sayap dan antek-anteknya. Ya tinggal dikali-kali saja.
Namun
tidak selamanya mesin politik beroperasi dengan lancar, kadang juga sering
"ngadat". Hal ini karena latar belakang parpol yang tidak terlalu
mengesankan. Terlebih lagi adanya riwayat korupsi yang sering dilakukan kader
parpol ataupun paslon itu sendiri membuat paslon yang diusung kurang laku
"dijual".
Sejauh
pengamatan saya, Pemilih atau pemegang
suara dalam pemilu kini semakin pintar dengan kemajuan teknologi informasi
sedemikian rupa seperti sekarang ini. Pemilih kini lebih tertarik pada kandidat
dari pendekatan secara personal. Mengikuti rekam jejak hasil kerja nyata. Dan
tidak hanya melihat latar belakang parpolnya saja.
Sistem
mesin politik memang berbuntut pada imbalan. Sebutan ini mungkin memiliki kesan
negatif karena terkadang mesin-mesin politik yang korupsi. Maka itu pada suatu
kondisi, masyarakat tidak percaya pada parpol. Dan mesin parpol pun tidak dapat
diandalkan lagi. Mungkin inilah karma dari korupsi.