KING MAKER
Kingmaker adalah pencetak pemimpin.
King Maker jika diartikan dalam bahasa Indonesia adalah
pembuat raja.
Jika diartikan kamus yang artinya pembuat raja/pemimpin
(seseorang yang menjadikan orang lain raja/pemimpin), maka siapapun bisa
seseorang atau sekelompok orang (partai, kualisi, kumpulan, group, konsursium, korporasi) bisa disebut The King
Maker.
King maker dalam Pilpres / pileg / pilkada / pemimpin /
leadhership adalah orang atau kelompok yang memiliki dan mampu mengerakan
kekuatan besar dalam upaya menentukan visi dan misi serta tujuan kelangsungan
kedepan grand by design sebuah hasil
pemilihan atau menciptakan pemimpin / leadhership.
Kingmaker adalah istilah yang merujuk kepada seseorang atau kumpulan yang mempunyai pengaruh yang besar dalam penggantian diraja atau politik, tanpa menjadi calon yang layak.
King Makers boleh menggunakan cara
politik, kewenangan, agama, dan ketenaraan (publik figur) untuk mempengaruhi penggantian. Pada
asalnya, istilah itu digunakan untuk aktiviti Richard Neville, Earl of Warwick
ke-16.
Pada zaman kerajaan dahulu kala, sosok seorang Raja
(King) yang didambakan oleh rakyatnya adalah sosok yang cerdas, berani, serta
arif bijaksana. Meskipun kenyataannya tidak semua Raja seperti itu, tetapi
setidaknya itulah dambaan masyarakat di kerajaan tersebut.
Kingmaker adalah orang atau kelompok yang memiliki
pengaruh besar pada suksesi kerajaan atau politik, tanpa diri mereka sendiri
menjadi kandidat yang layak.
King Makers dapat menggunakan cara politik, moneter (ekonomi),
agama, seni dan budaya, hukum, militer, ide gagasan pemikiran unresonable (tak masuk
akal), untuk mempengaruhi suksesi menyukseskan visi misi dan tujuan.
Awalnya, istilah ini diterapkan pada aktivitas Richard
Neville, Earl of Warwick ke-16 Warwick the Kingmaker selama Perang Mawar (1455–1487)
di Inggris.
Tetapi yang sering terlupakan adalah, siapakah yang
berada di belakang layar yang bertugas untuk mendidik sang Pangeran agak kelak
mampu menjadi Raja yang cerdas, berani, serta arif bijaksana tersebut. Setelah
sang Pangeran menjadi Raja, orang ini juga menjadi tempat bertanya dan diskusi
mengenai berbagai persoalan kenegaraan.
Tetapi walaupun demikian, orang itu tetap berada di
belakang layar. Inilah yang kita kenal dengan istilah The King Maker.
Pada zaman sekarang ini, King Maker adalah istilah yang
diberikan kepada orang-orang yang berada di belakang layar yang tugasnya
menyiapkan para pemimpin melalui berbagai proses pendidikan, dan sekaligus
biasanya menjadi tempat bertanya dan diskusi sang Pemimpin (Leader) untuk
memecahkan berbagai persoalan.
Seorang King Maker harus tetap mampu menjaga obyektivitas
dalam pemikiran karena dia akan ditanyai pendapat oleh si Pemimpin atau Raja
(King) mengenai banyak hal. Tentu saja karena banyak bergaul dengan bergaia
persoalan nyata hari demi hari, seorang pemimpin bisa saja tidak mampu
memandang sesuatu dengan obyektif dan dia membutuhkan pandangan dari perspektif
lain.
Pada saat itulah, seorang King Maker, apakah guru, dosen,
konsultan, staf ahli, atau penasehat, pileg, pilkada, pengurus partai hingga pilihan presidenpun,
harus mampu memberikan pandangan yang obyektif dari berbagai perspektif.
Dengan demikian, sangatlah penting untuk mereka yang
berprofesi untuk tetap menjaga sikap obyektif dan helicopter-view dalam memandang
setiap fenomena. Tidak terjebak ke dalam pusaran yang menjadi ranah seorang
King (Raja).
Jika sudah terbenam di sana, maka dikhawatirkan kemampuan
analisis yang obyektif dan independen itu akan hilang, dan daya kritisnya dalam
mencermati setiap persoalan juga hilang, minimal jauh berkurang.
Menjadi Pemimpin yang cerdas, berani, serta arif
bijaksana itu tentu sangat mulia, tetapi tidak semua orang bisa berada di
posisi seperti itu. Tetapi jangan salah, di balik seorang pemimpin yang cerdas,
berani, serta arif bijaksana, pasti ada sosok di balik layar yang mampu
berpikir independen, obyektif, dan tetap kritis kepada seorang pemimpin, dan
itulah The King Maker.