Tentang Jus Soli (Ius soli) & Ius Sanguinis
Kewarganegaraan adalah status hukum yang menunjukkan hubungan seseorang dengan sebuah negara. Kewarganegaraan mencakup :
- Hak dan kewajiban hukum yang dimiliki oleh seorang warga negara
- Keanggotaan dalam suatu bangsa berdasarkan kesamaan budaya, bahasa, dan kesadaran nasional
- Status kewarganegaraan diakui oleh undang-undang maupun peraturan yang berlaku di negara tersebut.
- Sistem kewarganegaraan adalah ketentuan atau pedoman yang digunakan dalam menentukan kewarganegaraan seseorang.
- Dalam UU Kewarganegaraan, dikenal 4 asas kewarganegaraan, yaitu: Ius sanguinis, Ius soli, Kewarganegaraan tunggal, Kewarganegaraan ganda terbatas.
- Indonesia merupakan salah satu negara yang menganut asas kewarganegaraan ius sanguinis, bersama dengan China, Belanda, dan Jepang.
Jus soli atau ius soli
Ius soli adalah asas kewarganegaraan yang menentukan kewarganegaraan seseorang berdasarkan tempat kelahirannya. Asas ini juga dikenal sebagai law of the soil yang berarti "hak tanah" atau "hak tempat lahir".
Jus soli atau ius soli (bahasa Latin untuk "hak untuk wilayah") adalah asas yang menentukan kewarganegaraan seseorang ditentukan oleh tempat kelahirannya. Jus soli berasal dari kata jus (dibaca "yus") dan solum. Jus berarti hukum, dalil, atau pedoman, sedangkan solum berarti negeri, tanah atau daerah.
Asas jus soli lazim diberlakukan oleh negara-negara yang memiliki jumlah warga negara yang sedikit, yang kebanyakan penduduk di negara itu merupakan warga pendatang yang diterima untuk melaksanakan berbagai pekerjaan bagi perkembangan perekonomiannya, atau para imigran yang diterima dengan baik di negara yang bersangkutan.
Biasanya sebuah peraturan praktikal pemerolehan nasionalitas atau kewarganegaraan sebuah negara oleh kelahiran di wilayah tersebut diberikan oleh sebuah hukum turunan disebut lex soli. Banyak negara memberikan lex soli tertentu, dalam aplikasi dengan jus soli yang bersangkutan, dan aturan ini yang paling umum untuk memperoleh nasionalitas. Sebuah pengecualian lex soli diterapkan bila anak yang dilahirkan orang tuanya adalah seorang diplomat dari negara lain, yang dalam misi di negara bersangkutan namun banyak negara memperketat lex soli dengan mengharuskan paling tidak salah satu orang tua harus memiliki warga negara yang bersangkutan atau izin tinggal resmi lainnya pada saat kelahiran anak tersebut. Alasan utama menerapkan aturan tersebut adalah untuk membatasi jumlah orang bepergian ke negara lain dengan tujuan mendapatkan kewarganegaraan untuk seorang anak.
Asas ius soli lebih sesuai dengan kondisi global saat ini, di mana kewarganegaraan seseorang tidak ditentukan oleh ras, etnis, atau agama. Asas ini juga memungkinkan terciptanya undang-undang kewarganegaraan yang lebih terbuka dan multikultural.
Di Indonesia, asas ius soli diberlakukan secara terbatas bagi anak-anak. Kewarganegaraan Indonesia pada umumnya diperoleh berdasarkan asas ius sanguinis, yaitu lahir di luar negeri dari minimal satu orang tua berkewarganegaraan Indonesia.
Beberapa negara yang menggunakan asas ius soli di antaranya :
Argentina, Amerika, Peru, Brazil, Meksiko, Thailand, New Zealand, Kanada, Chile, Kuba, Peru.
Asas ius soli atau law of the soil adalah asas yang menentukan kewarganegaraan seseorang berdasarkan tempat kelahiran.
Beberapa negara menerapkan asas ius soli dengan persyaratan, seperti :
- Australia, yang memberikan kewarganegaraan kepada anak yang lahir di wilayahnya jika salah satu orang tuanya adalah warga negara Australia
- Malaysia, yang memberikan kewarganegaraan kepada bayi yang lahir di wilayahnya jika orang tuanya memiliki izin tinggal permanen
- Republik Dominika, yang memberikan kewarganegaraan jika orang tua bayi tinggal di negara itu secara legal
- Di Indonesia, asas ius soli diberlakukan secara terbatas bagi anak-anak.
Asas ius sanguinis
Asas ius sanguinis adalah asas kewarganegaraan yang ditentukan berdasarkan keturunan orang tersebut. Sedangkan asas ius soli adalah kewarganegaraan seseorang yang ditentukan berdasarkan tempat kelahirannya.
Menurut hukurn kewarganegaraan positif Indonesia yaitu UU No_62 Tahun 1958 tentang Kewarganegaraan RI menganut asas kewarganegaraan berdasarkan keturunan (ius sanguinis).
Macam asas kewarganegaraan di Indonesia.
Pemerintah suatu negara biasanya menggunakan 2 macam stelsel untuk menentukan status kewarganegaraan seseorang yaitu:
1. Stelsel aktif: Seseorang melakukan tindakan hukum secara aktif agar bisa menjadi warga negara tertentu (naturalisasi biasa).
2. Stelsel pasif: Seseorang mendapatkan status kewarganegaraan dengan sendirinya tanpa melakukan suatu tindakan hukum tertentu (naturalisasi istimewa).
Berkaitan dengan stelsel di atas, pada dasarnya seorang warga negara memiliki dua hal berikut ini :
1. Hak opsi yang merupakan hak memilih suatu kewarganegaraan dalam stelsel aktif
2. Hak repudiasi yang merupakan hak menolak suatu kewarganegaraan dalam stelsel pasif.
Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2006 tentang Kewarganegaraan Republik Indonesia, negara kita menganut 4 macam asas dalam menentukan kewarganegaraan seseorang.
Penjelasan tentang 4 macam asas tersebut diantaranya sebagai berikut :
1. Asas ius sanguninis (law of the blood): Asas yang menentukan kewarganegaraan seseorang berdasarkan keturunan dan bukan atas negara tempat lahirnya.
2. Asasa ius soli (law of the soil) secara terbatas: Asas untuk menentukan kewarganegaraan seseorang berdasarkan negara tempat kelahiran, yang berpaku terbatas untuk anak-anak sesuai dengan ketentuan yang diatur undang-undang.
3. Asas kewarganegaraan tunggal adalah asas menentukan suatu kewarganegaraan bagi setiap orang.
4. Asas kewarganegaraan ganda terbatas adalah asas yang menentukan kewarganegaraan ganda untuk anak-anak sesuai ketentuan yang tercantum dalam undang-undang.
Asas-Asas Kewarganegaraan dalam UU Kewarganegaraan
UU Kewarganegaraan mengenal 4 asas kewarganegaraan : ius sanguinis, ius soli, kewarganegaraan tunggal, dan kewarganegaraan ganda terbatas.
Terkait asas kewarganegaraan ini, Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2006 tentang Kewarganegaraan Republik Indonesia atau UU Kewarganegaraan memuat sejumlah asas-asas kewarganegaraan sebagai berikut.
Asas ius sanguinis atau (law of the blood) adalah asas yang menentukan kewarganegaraan seseorang berdasarkan gubungan darah atau keturunan, bukan berdasarkan negara tempat kelahiran. Secara sederhana, dengan asas ini, kewarganegaraan seorang anak ditentukan berdasarkan kewargangeraan orang tuanya.
Asas ius soli atau (law of the soil) adalah asas yang menentukan kewarganegaraan seseorang berdasarkan tempat kelahiran. Di Indonesia, asas ini diberlakukan secara terbatas bagi anak-anak yang kemudian peraturannya diatur lebih rinci dalam undang-undang.
Asas kewarganegaraan tunggal adalah asas yang menentukan satu kewarganegaraan bagi setiap orang.
Asas kewarganegaraan ganda terbatas adalah asas yang menentukan kewarganegaraan ganda bagi anak-anak yang ketentuannya diatur lebih rinci dalam undang-undang.
Penting untuk diketahui bahwa kewarganegaraan ganda atau bipatride serta tanpa kewarganegaraan atau apatride tidak kenal dalam undang-undang. Namun, status kewarganegaraan ganda yang diberikan kepada anak merupakan suatu pengecualian khusus.
8 Asas Khusus sebagai Dasar UU Kewarganegaraan
Lebih lanjut, bagian Penjelasan UU Kewarganegaraan juga merincikan sejumlah asas khusus yang menjadi dasar penyusunan undang-undang tersebut. Asas yang mendukung penetapan asas-asas kewarganegaraan yang dimaksud adalah sebagai berikut :
1. Asas kepentingan nasional adalah asas yang menentukan bahwa peraturan kewarganegaraan mengutamakan kepentingan nasional Indonesia, yang bertekad mempertahankan kedaulatannya sebagai negara kesatuan yang memiliki cita-cita dan tujuannya sendiri.
2. Asas perlindungan maksimum adalah asas yang menentukan bahwa pemerintah wajib memberikan perlindungan penuh kepada setiap Warga Negara Indonesia (WNI) dalam keadaan apapun baik di dalam maupun di luar negeri.
3. Asas persamaan di dalam hukum dan pemerintahan adalah asas yang menentukan bahwa setiap WNI mendapatkan perlakuan yang sama di dalam hukum dan pemerintahan.
4. Asas kebenaran substantif adalah prosedur. pewarganegaraan seseorang tidak hanya bersifat administratif, tetapi juga disertai substansi dan syarat-syarat permohonan yang dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya.
5. Asas nondiskriminatif adalah asas yang tidak membedakan perlakuan dalam segala hal ikhwal yang berhubungan dengan warga negara atas dasar suku, ras, agama, golongan, jenis kelamin dan gender.
6. Asas pengakuan dan penghormatan terhadap hak asasi manusia adalah alas yang dalam segala hal ikhwal yang berhubungan dengan warga negara harus menjamin, melindungi, dan memuliakan hak asasi manusia pada umumnya dan hak warga negara pada khususnya.
7. Asas keterbukaan adalah asas yang menentukan bahwa dalam segala hal ihwal yang berhubungan dengan warga negara harus dilakukan secara terbuka.
8. Asas publisitas adalah asas yang menentukan bahwa seseorang yang memperoleh atau kehilangan Kewarganegaraan Republik Indonesia diumumkan dalam Berita Negara Republik Indonesia agar masyarakat mengetahuinya.
Point Consultant