Playing Victim dan Victim Blaming
Kedua istilah tersebut menggambarkan perilaku berbeda, yaitu playing victim dan victim blaming. Sekilas keduanya terlihat mirip, namun ada perbedaan mendasar yang penting untuk dipahami.
Playing victim dan victim blaming adalah dua konsep yang berbeda namun seringkali terkait dalam konteks perilaku dan interaksi sosial. Playing victim adalah perilaku seseorang yang selalu merasa menjadi korban, meskipun kenyataannya mungkin tidak demikian, dan cenderung menyalahkan orang lain atas masalah yang dihadapi. Sementara itu, victim blaming adalah tindakan menyalahkan korban atas kejadian buruk yang menimpanya, seringkali dengan mengabaikan peran pelaku.
Playing victim adalah sikap atau perilaku seseorang yang secara konstan merasa menjadi korban, bahkan ketika situasi sebenarnya tidak demikian. Mereka cenderung menyalahkan orang lain atau keadaan atas masalah yang mereka hadapi, dan seringkali menggunakan sikap ini untuk mendapatkan perhatian, simpati, atau menghindari tanggung jawab. Ciri-ciri orang yang playing victim antara lain: selalu merasa menjadi korban, menyalahkan orang lain, mencari perhatian dan simpati, dan menghindari tanggung jawab.
Victim blaming adalah kecenderungan untuk menyalahkan korban atas kejadian buruk yang menimpanya, alih-alih menyalahkan pelaku. Hal ini sering terjadi dalam kasus kekerasan, pelecehan, atau kejahatan lainnya, di mana korban justru disalahkan atas tindakan yang dilakukan oleh pelaku. Contoh victim blaming adalah menyalahkan korban pemerkosaan atas pakaian yang dikenakannya atau menyalahkan korban perundungan atas sikapnya.
Perbedaan Playing Victim Dan Victim Blaming
Perbedaan utama antara playing victim dan victim blaming adalah pada siapa yang disalahkan dan tujuan perilaku tersebut. Playing victim adalah perilaku pelaku, sementara victim blaming adalah sikap menyalahkan korban.
Penting untuk memahami perbedaan ini agar :
1. Mencegah ketidakadilan.
Memahami perbedaan ini membantu kita untuk tidak terjebak dalam perilaku victim blaming dan memberikan dukungan yang tepat kepada korban.
2. Melindungi korban.
Dengan tidak menyalahkan korban, kita dapat memberikan ruang yang aman bagi mereka untuk pulih dan mencari keadilan.
3. Menghindari manipulasi.
Memahami playing victim membantu kita untuk tidak terjebak dalam manipulasi yang dilakukan oleh pelaku yang berpura-pura menjadi korban.
Contoh Perbedaan :
- Playing victim.
Seorang karyawan selalu mengeluh tentang pekerjaannya yang berat dan menyalahkan atasannya atas segala masalah yang terjadi, meskipun sebenarnya ia kurang disiplin dan tidak bekerja dengan efektif.
- Victim blaming.
Seorang perempuan yang menjadi korban kekerasan dalam rumah tangga disalahkan karena tidak meninggalkan pasangannya yang abusive, atau karena ia dianggap memprovokasi pasangannya.
Dengan memahami perbedaan antara playing victim dan victim blaming, kita dapat berkontribusi pada lingkungan yang lebih adil dan suportif bagi semua orang.
Apa Itu Playing Victim ?
Playing victim adalah perilaku seseorang yang secara sengaja memanipulasi situasi dengan mencitrakan diri sebagai korban, meskipun mereka mungkin memiliki peran atau tanggung jawab dalam situasi tersebut. Orang yang melakukan playing victim biasanya berusaha mendapatkan simpati, perhatian, atau keuntungan tertentu dengan cara ini.
Ciri-ciri Playing Victim :
1. Menolak Tanggung Jawab: Mereka enggan mengakui kesalahan atau kontribusi mereka dalam situasi yang terjadi.
2. Ahlinya Manipulasi Emosi: Seringkali menggunakan air mata, nada bicara dramatis, atau cerita yang dilebih-lebihkan untuk memanipulasi emosi dan mendapatkan dukungan orang lain.
3. Menghindari Introspeksi: Tidak mau melihat ke dalam diri sendiri untuk memahami peran mereka dalam masalah dan mencari solusi konstruktif.
Contoh Playing Victim :
- Bayangkan seorang teman yang selalu terlambat saat janjian, namun selalu berdalih dengan cerita dramatis tentang kemacetan parah atau masalah keluarga yang dibuat-buat. Tujuannya? Mendapatkan perhatian dan menghindari rasa bersalah.
Apa Itu Victim Blaming ?
Victim blaming terjadi ketika korban suatu situasi yang merugikan justru disalahkan atas apa yang menimpanya. Ini bisa berupa komentar langsung, asumsi negatif, atau sikap yang membuat korban merasa bersalah dan semakin terpuruk. Akibatnya, victim blaming bisa memperparah trauma, menghalangi korban untuk mencari bantuan, dan memperkuat budaya menyalahkan yang tidak adil.
Dampak Negatif Victim Blaming :
1. Memperparah Trauma Korban: Korban yang disalahkan justru akan merasa semakin terpuruk dan trauma yang dialami bisa bertambah parah.
2. Mencegah Korban Mencari Bantuan: Korban yang takut disalahkan mungkin enggan menceritakan pengalaman buruk dan mencari bantuan.
3. Membudayakan Menyalahkan: Victim blaming dapat memperkuat budaya menyalahkan dan mengesampingkan suara para korban.
Contoh Victim Blaming :
- Komentar seperti “Kita semua seharusnya lebih berhati-hati,” kepada korban pelecehan seksual, justru menyalahkan korban dan mengabaikan tindakan pelaku.
- Menganggap korban kekerasan dalam rumah tangga “provokatif” dan “membawa diri/ memancing kekerasan” adalah contoh victim blaming yang keliru dan tidak adil.
POINT Consultant

