The Bloop
The Bloop adalah sebutan untuk suara bawah laut berfrekuensi sangat rendah dan beramplitudo tinggi yang terdeteksi oleh NOAA pada tahun 1997. Meskipun suaranya mirip dengan suara hewan laut seperti paus, namun Bloop jauh lebih keras dan frekuensinya sangat rendah, sehingga menimbulkan misteri asal-usulnya.
Berikut beberapa poin penting terkait Bloop :
1. Asal Suara.
NOAA menduga Bloop berasal dari gempa es besar di Antartika, karena spektrogramnya mirip dengan suara gempa es.
2. Karakteristik.
Suara Bloop sangat keras dan memiliki jangkauan yang sangat jauh, bahkan dapat dideteksi oleh sensor yang berjarak ribuan kilometer.
3. Misteri.
Meskipun ada penjelasan ilmiah, Bloop tetap menjadi topik yang menarik karena amplitudonya yang luar biasa dan frekuensinya yang tidak biasa.
4. Spekulasi.
Ada spekulasi bahwa Bloop berasal dari makhluk laut raksasa, tetapi NOAA cenderung menolak teori ini.
Penyelidikan NOAA.
NOAA telah melakukan penelitian mendalam terkait Bloop, termasuk membandingkannya dengan suara-suara lain yang dihasilkan oleh pergerakan es di Antartika.
Bloop.
Perkiraan kasar ukuran Bloop dibandingkan dengan paus biru; Bloop beberapa kali lebih besar daripada paus.
Bloop adalah suara bawah air berfrekuensi sangat rendah yang kuat dan asal usulnya tidak diketahui, yang terdeteksi oleh NOAA (National Ocean and Atmospheric Administration) pada tahun 1997 di Pasifik Selatan. Menurut spekulasi sebelumnya, suara tersebut kemungkinan dipancarkan oleh mamalia laut yang sangat besar dan belum ditemukan, yang juga dinamai "Bloop" berdasarkan suara tersebut.
Namun, pada tahun 2012, NOAA menetapkan bahwa suara tersebut "konsisten dengan suara yang dihasilkan melalui krioseisme non-tektonik yang berasal dari pergerakan gletser seperti pencairan es, atau gempa es; pengikisan dasar laut oleh es".
Suara tersebut menunjukkan kemiripan yang ekstrem dengan suara yang dihasilkan oleh gempa es di gunung es besar, dan gunung es besar yang menggesek dasar laut . Sumber suara itu berasal dari ujung Amerika Selatan. Suara itu terdeteksi beberapa kali oleh susunan hidrofon otonom Samudra Pasifik Khatulistiwa. Sistem ini dikembangkan sebagai susunan hidrofon otonom yang dapat digunakan di wilayah oseanografi mana pun untuk memantau fenomena tertentu. Sistem ini terutama digunakan untuk memantau kegempaan bawah laut, kebisingan es, serta populasi dan migrasi mamalia laut. Ini adalah sistem mandiri yang dirancang dan dibangun oleh Laboratorium Lingkungan Laut Pasifik (PMEL) NOAA untuk menambah penggunaan NOAA atas Sistem Pengawasan Suara Angkatan Laut AS yang merupakan peralatan yang awalnya dirancang untuk mendeteksi kapal selam Soviet.
Namun, telah dikemukakan bahwa pola variasi suara tersebut menunjukkan asal usul hewan. Dengan asumsi kemampuan menghasilkan suara yang serupa dengan paus biru (spesies hewan terbesar yang diketahui), Bloop pasti dihasilkan oleh hewan dengan panjang lebih dari 72 meter (lihat perbandingan ukuran di atas). Yang lain menunjukkan bahwa tidak semua hewan menghasilkan suara dengan intensitas yang sama untuk ukuran mereka. Misalnya, udang pistol, yang panjangnya hanya beberapa sentimeter, dapat menghasilkan suara sekeras mesin jet. Dengan demikian, telah dikemukakan bahwa hewan yang mengeluarkan suara "Bloop" mungkin jauh lebih kecil daripada perkiraan umum.
Pada tahun 2014, terdapat argumen bahwa Bloop adalah suara es laut yang pecah dari lapisan es Antartika, namun konfirmasi teori ini belum dapat dipastikan. Teori lain melibatkan letusan gunung berapi bawah laut; namun, gunung berapi mungkin tidak dapat menghasilkan frekuensi yang aneh tersebut.
Pada tahun 2023 dikonfirmasi bahwa "Bloop" kemungkinan adalah suara yang dihasilkan oleh es gletser.
The Bloop Misteri Suara Laut Dalam.
The Bloop adalah fenomena suara misterius yang terdengar di Samudra Pasifik pada tahun 1997. Suara ini sangat kuat, bahkan tercatat lebih keras dari suara paus yang biasa terdengar. Menariknya, suara ini sangat dalam dan memiliki frekuensi yang tidak dapat dijelaskan oleh sumber alami yang biasa.
Fenomena ini kemudian memicu berbagai spekulasi mengenai asal-usulnya, mulai dari teori ilmiah hingga spekulasi tentang makhluk laut yang belum teridentifikasi. Berdasarkan analisis dari NOAA (National Oceanic and Atmospheric Administration), The Bloop diduga berasal dari aktivitas geologis bawah laut, seperti gempa bumi atau pergerakan lempeng tektonik.
Namun, ada juga yang berpendapat bahwa suara tersebut mungkin berasal dari hewan laut yang sangat besar. Meskipun sudah ada penjelasan ilmiah, hingga kini The Bloop tetap menjadi misteri yang menarik perhatian banyak orang, terutama yang tertarik pada fenomena laut dalam.
Fenomena The Bloop juga mengingatkan kita akan potensi laut sebagai sumber misteri yang belum terpecahkan. Laut dalam, yang mencakup lebih dari 70% permukaan bumi, masih menyimpan banyak rahasia yang belum ditemukan. Kementerian Kelautan dan Perikanan Indonesia (KKP) bahkan mengajak masyarakat untuk lebih peduli terhadap pentingnya eksplorasi dan konservasi laut guna menjaga ekosistemnya yang sangat berharga. Ini menjadi pelajaran bahwa masih banyak yang harus kita pelajari tentang dunia bawah laut.
Walaupun The Bloop belum sepenuhnya terpecahkan, fenomena ini memberi gambaran betapa luas dan dalamnya misteri laut. Dengan teknologi yang semakin maju, siapa tahu ada lebih banyak fenomena serupa yang akan ditemukan di masa depan. Untuk itu, penting bagi kita untuk terus mendukung penelitian ilmiah dan menjaga kelestarian laut, agar kita dapat terus belajar dari keajaiban alam yang tersembunyi di bawah permukaan laut.
Makhluk Laut Raksasa Ini Terlihat di Sekitar Kutub Selatan.

Foto : Makhluk misterius yang ditangkap Google Earth. Sumber : Youtube/wowforreeel
Gambar misterius ini tertangkap di dekat Antartika (Kutub Selatan) melalui Google Earth yang memicu spekulasi di dunia maya tentang berbagai teori. Mulai UFO (unidentified flying object) hingga monster laut yang mistis “Kraken.”
Gambar yang sulit dipahami ini, pertama kali terdeteksi di pantai Pulau Deception di Shetlands Selatan lewat Google Earth, 9 April 2016. Videonya menjadi viral di dunia maya, sebagai salah satu misteri samudera untuk dipecahkan.

Foto : Panjang makhluk ini diperkirakan 120 meter. Sumber : Youtube/wowforreeel
Diperkirakan, makluk tersebut memiliki panjang 120 meter, dan membuat beberapa orang percaya bahwa legenda monster laut Kraken telah ditemukan, sebagaimana diberitakan Mirror.co.uk.
“Menurut saya, itu Kraken. Bisa jadi, cerita dan legenda tentang monster laut raksasa yang selama ini kita dengar itu benar adanya” kata Scott Warring dari UFO Sightings Daily.
Menurut legenda, monster laut bernama Kraken ini mirip dengan cumi cumi raksasa, menjelajahi lautan di sekitar Norwegia dan Greenland dan menyerang kapal-kapal dengan cara menggenggam kapal-kapal tersebut dengan tentakelnya yang panjang.
Teori lain menyebutkan, makluk ini sebenarnya adalah Plesiosaur, reptil laut yang hidup di periode Jurassic. “Saat melihatnya, saya berpikir ini adalah Plesiosaur” kata sebuah komentar di Youtube. Sementara komentar yang lain menyebutkan bahwa bisa jadi, gambar tersebut adalah sumber “The Bloop”.
The Bloop adalah suara dengan frekuensi ultra-rendah yang terdeteksi oleh US National Oceanic and Atmospheric Administration (NOAA) pada 1997. Penemuan waktu itu memunculkan banyak teori dengan kemungkinan adanya makhluk laut besar, yang belum terindentifikasi selama ini. Meski akhirnya NOAA mengatakan bahwa sumber suara tersebut kemungkinan besar berasal dari gempa es di lautan, namun banyak yang meragukan kesimpulan tersebut.
Pendapat lain menyatakan, makhluk yang terdekteksi di Kutub Selatan tersebut adalah cumi cumi raksasa yang menyerang ikan paus. Gambar ini bisa dideteksi di Google Earth pada koordinat 63° 2’56.73″S 60°57’32.38″W.
Artikel by, POINT Consultant



